Chapter 1: the Murder of dr. Thomas Rutherford

215 14 10
                                    

Kamar Nomor 201,
Apartemen Nyonya Lisa,
London, Inggris

***

Huufff...

Bosan. Tidak ada apa-apa selain duduk, mengotak-atik ponsel, dan kadang tidur. Kalau sudah lapar makan dan kalau sudah bosan pasti akan terulang lagi seperti sebelumnya. Aku bukan pengangguran. Aku seorang pekerja yang sedang menganggur. Belum ada panggilan tugas lagi setelah tiga minggu lalu menangani kasus 'Hilangnya Permata Nyonya Lockwood'. Kasus yang sangat rumit--mungkin kapan-kapan akan aku ceritakan.

Namaku Nathaniel Fredericton Wagner. Kau bisa memanggilku Nathan atau Niel atau apapun yang kalian inginkan, asal jangan memanggilku Anthony. Aku tidak akan menoleh. Aku berasal dari kota London. Aku besar di sini dan sekolah di sini bahkan bekerja di sini. Sampai saat ini aku masih berada di London. Tentang keluargaku... nanti aku ceritakan.

Langsung saja ke waktu aku saat ini. Sekarang aku sedang berbaring sambil menekan-nekan layar ponselku, menggeser layar ponselku dengan jari telunjuk, dan kadang aku membuka akun media sosialku, melihat teman-teman SMA-ku yang kunci sudah tidak pernah aku temui lagi. Ada yang sudah menikah di Australia--dia adalah Johan si pemalas, ada juga yang sedang kuliah di Jerman--dia adalah Francisca Theresa. Lalu ada Roger si gemuk yang kini sedang menjalankan diet khusus. Buktinya, baru saja ia memamerkan foto perutnya yang mulai mengecil 1 milimeter dan berat badannya yang berkurang 1 miligram--lumayan daripada tidak sama sekali.

Ada juga yang sama menganggurnya dengan diriku. Dia adalah Michael, Michael Webber Turner, sahabatku sejak SMA sampai sekarang kami menjadi partner dalam pekerjaan besar kami ini. Aku akan mengundangnya menemuiku di apartemen.

Menurutku, dia teman yang baik, setia, walau kadang keras kepala. Ia juga lumayan pemberani, tetapi karena terlalu berani kadang ia menjadi ceroboh dan nekat. Kadang aku kesal dengannya karena sering sulit diatur. Waktu kami masih SMA, ia sering mentraktirku dan yang lainnya. Dan kebetulan juga, kami mejadi sangat dekat dan akhirnya bekerja bersama sebagai penyelidik swasta.

Aku meneleponnya sekarang, "Hallo," kataku.

"Ada apa kau menelponku? Ada tugas baru?" Tanya anak--ia baru berumur 19 tahun, sama sepertiku--itu dengan suara lemas. Aku menduga kalau ia baru saja bangun tidur. Tapi tidak mungkin, sekarang sudah hampir pukul 11 siang tidak mungkin ia baru bangun tidur.

"Kau baru bangun?" Tanyaku karena penasaran.

"Tentu. Seharusnya aku masih tidur saat ini. Kau mengganggu mimpiku," balasnya. Aku hanya bisa tertawa mendengarnya. Aku jadi merasa bersalah.

"Kau mau mampir ke apartemenku?" kataku "Aku bosan sendirian seperti ini. Tiga minggu menganggur. Rasanya dunia sudah semakin aman dan tidak membutuhkan kita lagi."

"Ya sudah, aku ke sana sekarang," balasnya. Aku tahu ia malas, terdengar dari suaranya yang lemas itu.

"Baiklah. Sampai jumpa." Aku menutup panggilan itu. Mengundang Michael selesai. Sekarang aku ingin mengundang sahabatku yang satunya, Will, William Howard Goldberg.

Menurutku, Will orang yang misterius. Ia lumayan pendiam, tapi kadang ia juga sering memberikan ide-ide unik tapi sesuai. Ia tidak seperti Michael, ia tidak nekat dan tidak berani. Biasanya ia akan bekerja di belakang layar. Walau begitu, dulu banyak gadis yang menyukainya. Padahal ia hanya diam dan tidak berusaha seperti aku dan Michael yang harus melakukan pendekatan sulit. Yang paling penting, ia yang paling sabar dan netral di antara kami bertiga.

The Nutcracker : The Secret of Blue StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang