Lee Taemin bergerak gelisah. Berguling ke kanan dan kiri tak nyaman. Deru nafasnya saling beradu, bersahut sahutan. Dahinya sudah dipenuhi buliran keringat dingin.
Pada akhirnya, ia memaksakan dirinya untuk terbangun. Berhasil. Karena mimpi buruk yang baru saja menghampiri dirinya akhirnya lenyap setelah kedua maniknya terbuka sepenuhnya.
Helaan nafas panjang keluar dengan cepat dari bibir penuh pemuda Lee itu. Kembali memejamkan mata sejenak, hanya untuk beberapa detik, Taemin akhirnya sadar sepenuhnya.
"Mimpi itu lagi.." Taemin mendesah kesal.
Taemin mendudukkan dirinya, melempar tatapannya ke arah jendela kamarnya yang tak tertutup rapat, membuat beberapa celah yang menyebabkan cahaya bisa merambat masuk. Ternyata sudah pagi, bahkan jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh.
"Eoh? Bau apa ini?"
Hidung bangir Taemin tiba tiba mencium sekelebat bau harum yang menyeruak tiba tiba. Bau yang sangat enak dan mengundang rasa lapar. Akibatnya, perut Taemin jadi keroncongan mendadak.
Taemin akhirnya keluar dari kamarnya, menelusuri seisi rumahnya untuk mencari asal bau tersebut. Dapur adalah tujuan utamanya. Jelas sekali bau harum itu adalah bau masakan.
Benar saja. Di dapur akhirnya Taemin menemukan sesosok gadis bertubuh kurus yang mengenakan kemeja putih kebesaran. Rambut hitam panjang gadis itu digelung ke atas, menampakkan leher jenjangnya yang indah.
Tak salah lagi, gadis itu sudahlah pasti Son Naeun. Gadis yang semalam ditolong oleh Taemin.
"Naeun-ssi!" panggil Taemin pelan.
Naeun menoleh, selanjutnya melempar senyum manis pada Taemin. "Tuan sudah bangun?"
Sebuah senyum teduh yang entah mengapa membuat hati Taemin menghangat. Kedua sudut bibir Taemin akhirnya ikut terangkat, membalas senyum Naeun, walaupun terasa sangatlah kaku. Iya, karena Lee Taemin sendiri lupa kapan terakhir kalinya ia tersenyum.
"Duduklah! Aku akan segera menyelesaikan masakanku."
Naeun tersenyum sekali lagi, dengan gesit memainkan spatula dan menggoyang goyangkan penggorengan guna mengaduk nasi goreng yang sedang dimasaknya agar bumbunya tercampur rata. Tak menyadari jika Taemin bahkan tak sanggup mengalihkan pandangan darinya.
Namun Taemin tetap menuruti apa kata Naeun. Ia duduk di bangku pantry kecil yang memang ia tempatkan di dapur karena ia sendiri tak punya ruang makan. Dalam diam, Taemin memandang Naeun lekat.
Walau sebenarnya banyak lontaran pertanyaan yang ingin Taemin tanyakan pada gadis itu, namun rasanya sangat canggung untuk bertanya, jadi Taemin memilih memendamnya saja.
Tak butuh waktu lama, masakan sederhana yang Naeun buat akhirnya selesai. Naeun menyajikannya dengan cantik dan menyodorkan sepiring nasi goreng kimchi untuk Taemin. Ia lalu duduk di depan si pemuda Lee.
"Silahkan dimakan, Tuan. Maaf, hanya ini yang bisa aku berikan sebagai ucapan terima kasihku."
Naeun tersenyum lagi. Sangat manis, hingga membuat Taemin terpaku sesaat. Gadis Son itu membuka ikatan celemeknya, melipatnya dengan rapi dan meletakkan kembali pada tempatnya.
Selanjutnya, Naeun mencuci berbagai peralatan memasaknya yang kotor dengan gesit. Tak menghiraukan Taemin yang asyik dengan makanannya. Ia harus menyelesaikannya secepat mungkin.
"Naeun-ssi, kau tidak makan?"
Pertanyaan singkat dari Taemin menghancurkan keheningan di antara mereka. Naeun yang sudah menyelesaikan acara mencuci piringnya, menoleh. Ia menggeleng kecil lalu tersenyum.
"Aku sudah makan, Tuan. Silahkan menikmatinya dengan tenang."
"Taemin. Lee Taemin."
"Ne?"
Taemin mendengus kesal. Menyelesaikan suapan terakhirnya dan memusatkan atensinya pada Naeun.
"Panggil saja Taemin. Aku tak suka dipanggil Tuan," sambungnya.
"Tapi.."
Naeun hendak memprotes, namun melihat Taemin yang melempar tatapan tak suka, Naeun akhirnya mengangguk patuh. "Baiklah, Taemin-ssi."
"Nah begitu bagus!" Taemin mengangguk puas.
Pemuda Lee itu beranjak dari duduknya. Menilik pada jam dinding, yang ternyata sudah menunjukkan pukul 07.30 kst. Ah, sudah waktunya bekerja.
"Chankaman, Taemin-ssi!" cegah Naeun cepat sebelum Taemin melangkah kembali ke kamarnya.
Lelaki bersurai kecoklatan itu mengurungkan langkah mendengar Naeun memanggilnya. Ia berbalik dan kembali menatap Naeun penuh tanda tanya.
"Ada apa?"
"Ah itu.." Naeun menunduk, memainkan ujung rambut panjangnya yang menjuntai keluar dari gelungannya.
"Terima kasih sudah menolongku. Setelah ini aku harus pergi. Terima kasih banyak." Naeun membungkuk berkali kali.
Namun, sampai semenit lebih, Taemin tak kunjung memberikan reaksinya. Lelaki itu hanya mematung dan memasang wajah datarnya.
"Kau akan pergi?" tanya Taemin dengan suara seraknya.
Entahlah.
Namun, salah satu sudut hatinya merasa tak terima jika Naeun pergi begitu saja. Untuk alasan yang bahkan tak ia mengerti.
Naeun mengangguk kecil. Tak berani menatap langsung kedua bola mata milik sang pemuda Lee.
Sampai tiba tiba tangan Taemin terulur. Menggenggam erat kedua tangan Naeun, meremasnya kecil.
Pada akhirnya Naeun memberanikan diri mendongak. Membuat kedua bola mata mereka saling bertemu. Taemin menatap Naeun sendu, mengeratkan genggaman tangannya.
"Son Naeun, tak bisakah kau tinggal di sini? Di sisiku?"
-TBC-
A/n :
Hello!
Long time no see😅
Firstly, aku minta maaf untuk update yg terlalu lama. Bahkan cerita ini entah ada yg menunggu atau tidak hehe
Tp sebisa mungkin aku lanjutin walau dengan sangat slow updateNah, terima kasih sudah mampir dan jgn lupa tinggalkan vote dan komennya ya🙏🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold You Tight [TaEun]
FanfictionMereka hanyalah dua orang yang terbuang. Memutuskan bersama dan saling menggenggam satu sama lain. Dan berjanji untuk saling menguatkan. Akankah cinta mereka tetap bertahan walau berbagai badai ujian terus menerjang? Cover by @jjaeim © Dystopia Grap...