Hosh... Hosh...
Seorang gadis cantik nan imut bernama Dian sedang berlarian di sepanjang kelas. Upacara penerimaan murid baru pasti belum selesai. Ia segera menuju ke aula dan menyelinap masuk barisan. Cindy, sahabatnya, menyuruhnya masuk ke aula dan berbaris di barisan paling ujung belakang.
Tap..tap..tap..
Dian sengaja melangkah dengan sepelan mungkin dan mengendap-endap melewati para siswa yang sedang berbaris. Ia melihat seorang cewek berkucir kuda di barisan ujung sedang menatap dirinya dengan garang. Ia segera menuju ke arahnya.
"Kenapa sih lo telat? Ketiduran?" tanya gadis berkucir kuda, alias Cindy.
"Hooh, alarm gue mati," jawab Dian sambil celingak-celinguk melihat ke arah sekitar.
"Lo udah nemu adek kelas ganteng belum?" tanya Dian.
Cindy yang ditanya hanya memutar bola mata, bosan.
"Belum,"
"Kalo imut?"
"kagak, gue kan nggak nyari," jawab Cindy malas.
Dian terkejut mendengar jawaban Cindy. Bagaimana mungkin dia bisa melewatkan kesempatan emas ini untuk mencari pangeran? Apalagi Cindy juga masih jones, seharusnya ia bersemangat mencari gebetan sekarang.
"Lo gimana sih Cin, masa' lo mau membuang kesempatan lo buat nyari jodoh?"
Cindy memandang Dian dengan malas. Temannya yang satu ini sepertinya sudah nggak waras gara-gara kelamaan men-jomblo.
"Gue sekolah niat buat cari ilmu, Di. Bukan buat cari pasangan hidup,"
"Halah, sok bijak lo. Padahal selama liburan lo yang nyaranin ide buat cari gebetan pas awal masuk sekolah,"
"Nggak sekarang Dian, gue nggak minat sama adek kelas,"
"Lah lo suka yang tua-tua ya Cin?"
"Ya nggak gitu juga keles,"
"Udah ah, mending lo nggak usah ngajak ngomong gue dan dengerin tuh ceramah pak kepsek," ucap Dian sambil fokus ke arah panggung.
Cindy yang mendengarnya serasa ingin menjitak kepala Dian. Enak aja bilang gitu, padahal dia sendiri yang ngajak bicara dari tadi.
Setelah sepuluh menit, acara penerimaan murid baru telah selesai. Semua murid kembali ke kelas masing-masing kecuali anak kelas 10 yang harus menjalani MOS terlebih dahulu.
Cindy dan Dian berjalan berdampingan. Banyak yang menyapa mereka, terutama Cindy karena dia orangnya supel. Berbeda dengan Dian yang agak kurang menonjol. Meskipun begitu, banyak yang berteman dengan Dian juga.
"Cin, kita di kelas 11 A-4 ya?" tanya Dian.
"Lo beneran dah liat papan pengumuman, kan?" tanya Dian lagi.
"Iyep, sekelas lagi sama lo padahal gue dah bosen," jawab Cindy.
"Yaelah, gak ada gue baru tau rasa lo,"
"Bukannya lo ya Di, dulu aja lo ngamuk pas kita kelas 8 nggak sekelas," ejek Cindy, sedangkan Dian menyeringai.
"Gue ngamuk, lo nangis kejer-kejer,"
Dian menahan tawa ketika mengingat kejadian Cindy yang menangis hingga ia membujuk kepala sekolah untuk memasukkan mereka ke kelas yang sama. Sedangkan Cindy memerah malu mengingat kelakuannya. Mereka berdua tetap mengobrol hingga terdengar teriakan cetar membahana ketika melangkahkan kaki ke dalam kelas 11-A4.
"Cindy! Dian! Kita sekelas lagi?! Senangnya!" teriak seorang cewek berambut sebahu, Keyla.
Keyla segera menghampiri keduanya dan memeluk mereka. Keyla juga sahabat Dian, tapi sejak SMP. Sedangkan Cindy bersahabat dengan Dian sejak TK.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Teen Fiction~didedikasikan untuk bang Jaemin~ Mereka bartemu dalam keadaan terluka Tapi memilih menyembunyikannya Yang satu memilih memendam dengan kuat agar tak terlihat Yang satu memilih menutupi dengan senyuman Dan yang lain memilih berdusta untuk sekian la...