»04

99 26 10
                                    



30 Menit berlalu...

Guanlin menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang, karna ingin meminta beberapa cemilan pada tim logistik. Yang lainnya reflek untuk ikut berhenti dan menyisi ditepi jalan setapak itu.

Tetapi yang dilihat paling belakang adalah Hyunjin dan Jeongin, baru saja mereka menampakkan wajahnya.

"Hyun! Tim logistik mana? Kenapa kalian baru keliatan?" tanya Guanlin dengan menaikkan sedikit volume suaranya, karna jarak antar mereka cukup jauh.

"T-tadi pas baru sampe dikaki gunung, hhh Changbin sama Jisung hyung balik ke villa," ujar Jeongin yang tertatih.

"Hah?! Kok balik sih. Katanya dia penasaran?!" kali ini Jinyoung angkat bicara. Ia seakan tak terima karna berpikir sang pemilik ide untuk mendaki gunung itu malah pulang dan meninggalkan mereka yang sudah berjalan sejauh ini.

"Lo jangan emosi dulu. Mereka balik buat ngambil jerigen." jelas Hyunjin sambil menepuk bahu Jinyoung. Ia menepis tangan Hyunjin dengan deru napas yang tidak teratur.

Mereka semua saat diperjalanan memang tak saling bicara. Fokus dengan langkah dan aktivitasnya masing-masing. Begitupun Jinyoung, ia sedari tadi memasang earphone ditelinganya karna merasa bosan.

Sampai-sampai tak menyadari, teman dibelakangnya tidak bersama mereka.

"Trus, dia bakal balik lagi kan?" Guanlin hanya ingin memastikan sambil melihat kearah jam digitalnya. Dan berusaha setenang mungkin untuk menghadapi hal ini.













Mereka tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk menunggu kedua temannya. Akhirnya mereka melilitkan sebuah tali berwarna putih ke pepohonan sepanjang perjalanan, untuk memberitahu keberadaan mereka.

Untung saja, Felix membawa benda seperti itu. Walau sebenarnya tidak terlalu dipentingkan sebelumnya. Ia sangat berinisiatif, karna firasatnya mengatakan bahwa ia harus membawa tali itu agar tidak tersesat.

Dan tak lupa menaruh beberapa note ditali putihnya, karna usul Jeongin agar mereka tau kalau yang memasang tali itu adalah teman-temannya.

Guanlin masih meng-handdle perjalanan bersama Woojin diurutan terdepan. Dan Felix bertugas melilitkan tali ke pepohonan ditemani Jeongin yang membantunya dan menuliskan note. Sedangkan Jinyoung dan Hyunjin menjaga keadaan diurutan belakang.

"Dek, sini kaka bantuin." Hyunjin menawarkan diri seraya mengulurkan tangannya pada Jeongin yang sedang memegang tali.

"Eh makasih kak," Jeongin memberi talinya dan fokus menuliskan note.

"Jin, lo bantuin ngapa? Dari tadi gue perhatiin maen hp mulu, kaga ada kerja-kerjanya." Hyunjin menoleh kearah Jinyoung yang sedang asik dengan ponselnya.

Jinyoung tak merespon ucapan Hyunjin. Ia sedang mendengarkan lagu dari earphonenya dengan volume yang cukup besar. Ia-pun melirik kesekitar, dan mendapati Hyunjin yang sedang menatap sinis kearahnya.

"Eh? Kenapa lo?" tanya Jinyoung heran seraya melepaskan salah satu earphonenya.

"Lo tuh niat kaga sih?" Felix langsung menyambar perkataan Jinyoung.

Jinyoung memutar bola matanya, "Gue kan emang kaga niat kesini, cuma ngikut ae."

Seketika emosi Hyunjin memuncak, dan buku-buku tangannya tlah dikepal. Ia sudah siap meluncurkan bogeman pada Jinyoung.

Beranjak dari posisinya, lalu menghampiri Jinyoung dengan kepalan tangan.

"Kak.." Jeongin yang berada tak jauh dari Hyunjin-pun segera menahan bahunya, dan menggelengkan kepala.

"Hhh.. Kalo bukan karna Jeongin, gue bakal langsung hajar muka mulus lo!"

"Ck. Banyak omong. Cemen lo, gegara bocah ae lembek."

Hyunjin menunjuk Jinyoung dengan jari telunjuknya dan langsung diubah menggunakan jari tengahnya, "F*ck You."







-tbc-
holaa gaes>< miaan aku baru kambekin ini epep. keknya ini bakal jadi slowupdate and gakterlalu dapet feel m/t nya deh huehue π^π
skenario diubah total karna banyak faktor. Ahh mian somatch π^π
stay tune!

EvanesceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang