»05

105 30 9
                                    

Changbin dan Jisung sudah kembali memasuki kawasan gunung sambil membawa jerigen dan tak lupa dengan power bank milik Jisung yang tertinggal tadi.

"Mereka lewat rute mana ya?"

Mereka terus berjalan mengikuti jalan yang ada, lalu mereka menemukan sebuah tali yang mengikat pepohonan disepanjang perjalanan.

Mereka menghampiri tali tersebut, dan Jisung mengambil secarik kertas yang digantungkan diatas tali lalu membacanya.

Ini kita hyung, kalian ikutin aja tali ini dan pasti kalian bakal nemuin kita –YJI

Keduanya langsung berjalan sedikit lebih cepat, karna khawatir tertinggal lebih jauh dengan teman-temannya.

"Hyung, anter Jeongin yuk?"

"Mau kemana emangnya?"

"Jeongin kebelet,"

"Yaudah ayo kaka temenin." sambil melemparkan senyumnya pada Jeongin dan ia membalas senyumnya.

"Woi,"

"Apa sih lo woi-woi mulu?" Felix menampakkan wajah masamnya. Karena selama perjalanan, Hyunjin sudah lebih dari 3 kali memberhentikan teman-temannya dengan memanggil 'woy'.

"Bentar, nih Jeongin kebelet katanya. Gue temenin dia dulu kesana." tunjuk Hyunjin sembarang kearah salah satu pohon.

"Ti ati, ada penunggunya mampus lo." Jinyoung berbicara tanpa mengarahkan pandangan pada orang yang bersangkutan, melainkan asik dengan gamenya.

"Eh lo kalo ngomong sembarangan yeh? Kalo beneran lo mau tanggungjawab?" kata Woojin.

"Udah Jin, lo jangan mancing emosi yang lain, kalo lo gak suka dengan perjalanan ini lo cukup diem dan ikutin aja." Guanlin mengarahkan pandangan intensnya pada Jinyoung.

Jinyoung menghela napas gusar lalu ia berjalan duluan, pergi menjauh meninggalkan mereka.

"Eh lo baperan amat jadi cowok!" Woojin semakin tidak suka dengan sikap Jinyoung yang kekanak-kanakan.

"Udahlah biarin aja," ucap Felix membiarkan.

"Gue tinggal dulu bentar, lo pada jangan dulu berangkat." Semuanya hanya mengangguk mengiyakan perkataan Hyunjin. Dan mereka langsung bergegas kesana.

Jinyoung sudah tak terlihat dari tempat mereka beristirahat.




"Sebenernya waktu di villa Jeongin mimpi buruk tapi berasa nyata,"

"Oh yang waktu itu sempet kepotongkan?"

Mereka berdua masih berjalan ke arah yang sedikit lebih jauh, sekalian melihat-lihat suasana disini.

"Tapi Jeongin takut, soalnya dimimpi itu posisi Jeongin lagi ditengah hutan, hampir mirip sama tempat ini."

Langkah Hyunjin terhenti begitu mendengarnya. Lalu menatap serius kedalam mata Jeongin.

"Dulu, kamu pernah mimpi kalo Jinyoung sore hari kecelakaan dan gak lama dari itu ibunya nelpon ngasih tau ke kita kalo dia beneran kecelakaan?" Jeongin hanya mengangguk lalu ia mencoba mencerna perkataan Hyunjin kembali.

"Berarti.." Jeongin menggantungkan kata-katanya.

"Udah, udah. Jangan mikir yang engga-engga dek," Hyunjin menepuk bahu Jeongin pelan. Dan mereka melanjutkan perjalanan.




"Hyung tunggu situ bentar ya? Jangan kemana-mana." Jeongin menunjukkan barisan gigi berpagarnya itu.

"Gue tinggalin ah, haha." goda Hyunjin sebelum menjauh dari tempat Jeongin.

Hyunjin mengitari pandangannya dan berjalan-jalan memperhatikan keadaan sekitar. Pohon menjulang tinggi dimana-mana, suara kicauan burung saling bersautan, dan hembusan angin dingin yang menusuk hingga ke tulang.

Saat sedang melihat kearah pepohonan dari kejauhan, ia merasa seperti ada kejanggalan disalah satu pohonnya. Dihampirinya pohon itu dan bulu kuduknya berdiri seketika, bahwa ada goresan berwarna merah darah terukir dibatang pohon tersebut. Warna merahnya masih terlihat segar, itu berarti belum lama ditulis.

You'll die today or tomorrow.


Begitu tulisan yang dilihat Hwang Hyunjin. Ia tak tahu tulisan itu dituju untuk dirinya atau untuk siapa? Entahlah ia tak ingin ambil pusing dan segera bergegas ke tempat Jeongin.

Namun saat sampai, ia tak menemukan seorang pun disana. Didekat semak belukar ia menemukan note kecil dan ia langsung mengambilnya. Itu milik Jeongin.

"Jeongin," lirih Hyunjin khawatir.





-tbc-

jeongin, dikau kemanaaaa ;(

EvanesceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang