Bertemu.

240 43 3
                                    

a/n : Jadi, mungkin aku taruh beberapa masalah di tokoh lainnya. Tapi aku gak bakalan bahas terlalu dalem, kaya selingan gitu aja! Terus, since ini cerita pertamaku yang aku kerjain niat banget jadi maafin ya kalau masih ada kesalahan kata atau huruf kapital yang dipakai. Hehe. Happy reading! ♡

-

Hari ini adalah hari libur, berarti Seongwu tidak memiliki aktivitas apapun untuk seharian ini. Ia hanya bergelung malas di kasurnya dengan cemilan coklat serta kartun kesukaannya.

Ia merasa bosan, karena tidak ada yang dapat dilakukan selain tidur. Semua tugasnya sudah ia selesaikan semalam, sehingga ia tidak memiliki kegiatan untuk dilakukan. Seongwu berfikir, andai saja sang dosen memberikan tugas lebih banyak untuknya, pasti ia tidak akan merasa sejenuh ini.

Ya, hanya Seongwu yang membayangkan andai tugasnya bisa berkembang biak.

"AH! Aku bisa gila jika di rumah seharian. Mau mati saja rasanya." Tiba-tiba ia meracau sendiri, padahal ia hanya sendirian di rumahnya.

"Aku rindu Minhyun."

"Apa aku main ke rumah Jaehwan saja ya?"

"Jangan! Pasti ia lagi sibuk berpacaran."

"Haruskah aku membantu Yongguk untuk mengerjakan tugasnya?"

"Bagaimana kalau aku jalan-jalan sendiri ya?"

Sedari tadi Seongwu menimbang-nimbang sambil berbicara sendiri. Ia memang sedikit menjadi gila jika merasa bosan, bahkan angin ia ajak bicara juga. Padahal ia sudah kapok untuk berbicara sendiri, karena terakhir kali terdengar seseorang membalasnya. Padahal ia sendiri. Ingin mati rasanya Seongwu waktu itu.

Drrrt. Drrrt.

Smartphone Seongwu berbunyi, menandakan seseorang sedang menghubunginya. Bagaikan sebuah keajaiban, akhirnya seseorang mengerti perasaannya. Diraihnya benda pipih itu. Seongwu seketika bingung, tidak biasanya seorang Minhyun menelfonnya di hari libur seperti ini.

"Minhyun, kenapa?"

"..."

"APA??????"

"..."

"INI GILA. KAMU DIMANA SEKARANG???"

"..."

"Aku kesana. Akan kuhajar lelaki tua bangka itu."

Pip. Seongwu mematikan hubungan itu secara sepihak dan langsung bergegas mengganti bajunya dan menghampiri Minhyun.. Ia tidak menyangka, bahwa seorang Hwang Minhyun akan dijodohkan. Ya, ia memberi tau bahwa ayahnya yang memaksa teman kesayangannya itu untuk melakukan perjodohan bersama seorang pria cukup tua. Minhyun tidak mau menikah untuk sementara ini, cita-citanya masih panjang.

Sekiranya lima belas menit harus ia tempuh untuk sampai ke rumah sahabatnya, akhirnya sampailah Seongwu ke sebuah rumah yang besar bukan main. Minhyun adalah anak dari seorang jendral, semua orang tau itu.

"Minhyun..." Suara lirih Seongwu membuat Minhyun mendongakkan kepalanya.

Langsung dipeluknya Minhyun sambil mengelus punggungnya pelan. Ia tau bahwa Minhyun benar-benar jatuh, karena sebuah perjodohan dapat merusak masa depannya dengan mudah. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun, ruangan besar milik Minhyun terasa hening dan sesak bagi pemiliknya.

"Hey, aku kenal ayahmu. Biar aku saja yang membahas hal ini, dan akan kukatakan bahwa semuanya baik-baik saja." Seongwu menghapus air mata Minhyun yang tak kunjung berhenti.

"Kamu memang gila, Seongwu."

"Aku ingin menolongmu tapi kamu mengataiku gila? Wah benar-benar seorang Hwang Minhyun." Seongwu menatap sahabatnya sinis sambil memukul kepalanya yang dibalas dengan kekehan sahabatnya.

Devil and White. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang