Gue menatap tajam tepat ke arah mata tuh cewek, si cewek malah gak mau kalah. Dia juga menatap gue dengan dagu diangkat tinggi sampai berjinjit untuk mensejajarkan tingginya -karena badan gue ketinggian- dengan tajam juga.Kami saling menatap satu sama lain. Jika sekarang gue lagi main film, mungkin lo bakal ngeliat kilatan cahaya antara gue dan cewek rese ini.
Acara tatap menatap ini masih berlanjut. Mata gue sudah panas gara gara enggak berkedip sama sekali. Tapi gue bela belain enggak berkedip, karena kalo gue berkedip, otomatis gue kalah. Dan gue enggak mau kalah sama si cewek rese ini.
"Kenapa kalian berdiri di depan pintu?"suara lembut namun tegas itu membuat kami saling memutuskan kontak mata.
Bu Reni, guru berbadan agak bulat yang mengajar mata pelajaran sejarah sekaligus wali kelas kami sedang berdiri di depan pintu sambil membawa buku tebal nya yang bisa buat orang elus elus dada.
"Maaf bu, saya duduk sekarang"Gue membungkuk sedikit sebagai permintaan maaf sebelum berjalan ke arah tempat duduk gue yang letaknya paling ujung. Tempat paling nyaman untuk anak IPS sebagai tempat bobo cantik. Apalagi mata pelajarannya sejarah atau mata pelajaran yang berat berat seperti MTK. Beh, rasanya seperti tidur di nyanyikan suara malaikat yang lembut.
Gue menyapa si Andre tanpa suara, teman yang otaknya mesum tingkat dewa itu duduk di depan gue, otomatis kami sering ngobrol.Gue menjatuhkan pantat gue di bangku dan meletakkan tas selempangan gue.
"Darimana aja lo?baru nongol jam segini"Si Andre bertanya, posisinya agak menyerong ke kanan agar tidak ketahuan guru.
"Gue habis disidang sama Pak Adir"Gue menjawab malas. Hukuman yang diberi Pak Adir membuat suasana hati gue langsung jelek.
Mulut si Andre membuka membentuk huruf O besar. Seolah gue enggak mendapat masalah apa apa. Rasanya pingin gue tarik tuh bibir tebalnya si Andre biar makin monyong kayak ikan koi. Eh, tapi ikan koi terlalu imut untuk ukuran seorang Andre. Andre mah cocoknya disenadingkan sama topeng monyet yang sering di pertunjukan jalanan itu.
"Terus tuh cewek siapa?pacar lo?"Andre menunjuk cewek yang sedang berdiri di depan kelas. Tuh cewek lagi nyengar nyengir kayak orang gila, enggak tau malu padahal lagi di kelas orang lain.
Gue mengangkat bahu tidak tahu,"Dia anak orang utan yang kesasar ke kelas kita"Gue menjawab asal pertanyaan si Andre. Amit amit kalo gue jadian sama tuh anak. Temen gue itu malah ber O panjang lagi.
"Ehem,harap perhatiannya sebentar"Bu Reni berdehem keras untuk menarik perhatian kelas. Kelas langsung diam seketika, ya iyalah diem, siapa aja yang berani buka mulut walau satu milimeter pun maka siap siap mendapatkan hukuman berupa hapalan sejarah masa lalu dari bab pertama sampai bab terakhir,batas waktu pengumpulan nya adalah besok. Sadis kan? sudah tiap hari mengenang masa lalu bersama dia, eh si ibu malah buat enggak bisa move on.
"Mulai hari ini kita kedatangan teman baru dari pertukaran murid di kelas IPA."Gue langsung mengangguk ngangguk. Pantes saja mukanya rada familiar gitu, ternyata anak IPA toh.
"Nah sekarang perkenalkan dirimu."Bu Reni mempersilahkan tuh cewek untuk memperkenalkan diri.
"Kenalin, nama gue Alayya Andriani, double Y, panggil aja Layya, pindahan dari kelas XI IPA 3, semoga kita bisa berteman dengan baik"si cewek rese yang gue ketahui bernama Layya itu mengakhiri perkenalan dengan senyum lebar. Mata gue seketika silau melihat gigi nya yang putih tertimpa cahaya saking lebar nya dia senyum.
"Untuk sesi tanya jawab bisa nanti ya"sontak kelas langsung kecewa. Mata cowok cowok kelas gue sudah bersinar terang seperti mendapatkan emas yang berada di jamban, langsung redup seketika. Maklum kebanyakan mayoritas di kelas gue adalah cowok, sedangkan cewek nya bisa dihitung dengan jari. Kalo cewek nya normal sih masih lah, ini ceweknya pada enggak waras semua. Makanya pas tau ada anak pindahan IPA, apalagi cewek, mata mereka langsung terbuka. Kan anak IPA terkenal dengan keramahan nya. Mana cantik cantik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Terduga
RandomKehidupan gue yang adem ayem tiba tiba panas kayak di neraka gara gara cewek tengil yang nyempil ke kehidupan gue.Dulu Gue gak percaya takdir,tapi sekarang gue percaya.