Namanya Vania Permata Surya Wardani
Panggil saja Vania . Ia dikenal sebagai gadis remaja berusia 18 tahun yang gemar berolahraga basket. Ia dipandang beda dengan anak² yang lain . Bahkan sang ibu tak mau mengakui kemahiran putri semata wayangnya itu.12 TAHUN YANG LALU
"Ayahhh ayo main lagi". Teriak anak berusia 6 tahun yang merengek pada ayahnya di lapangan basket .
"Sudahlah Vania ayah capek besok lagi yaa, ayah janji deh". Kata ayahnya yang lembut sambil mengusap usap kepala vania.
"Huft benar ya yah janji loh, janji harus ditepatin ". Ucap Vania sambil mengulurkan jari kelinking kepada ayahnya.
"Hahaha bisa aja kamu iyaa .. iyaa ayah janji yuk sekarang pulang udah sore ini". Ucap ayah vania .Sesampainya di rumah
Gubrakkk.... "Pah mau jadi apa anak kita kalau kamu latih main basket, ingat dia itu perempuan pahh". Ibu Vania yang terlihat marah ketika melihat suaminya pulang bersama putrinya dengan membawa bola basket .
"Iya ma papa ngerti , papa hanya ingin mewariskan hobi papa itu aja ". Bantah Papa vania yang tak mau kalah
"Teruss kamu egois gitu vania itu harus jadi chef pa di restoran kita secara kan dia perempuan". Ucap mama vania yang penuh emosi dan pada akhirnya meninggalkan rumah .Vania yang mendengar itu semua hancur. Ia tak tahu apa yang sedang orang tua vania bicarakan rasanya seperti di dalam api yang berkobar kobar ketika ibunya marah pada ayahnya .
Ayah Vania adalah mantan pelatih basket nasional yang bahkan beberapa anak didiknya pernah melaju ke tingkat internasional juga. Sayangnya ayah vania harus mengakhiri profesinya dikarenakan club basketnya yang semakin lama tak laku. Dan kalah bersaing dengan club basket lainya .
Lalu ia membangun restoran makanan cepat saji bersama istrinya .Flashback end
"Vaniaaa.. apakah kau akan ikut ibu ke pemakaman ?". Teriak ibunya dari luar kamar anak gadisnya itu.
belum ada jawaban.. dari Vania
"Yaa sudahlah ibu sendiri saja lagian ibu sudah terbiasa ke pemakaman sendiri ". Ucap ibu Vania kecewa melihat tingkah laku putrinya yang sekarang . Semenjak Ayahnya meninggal sikapnya kepada Ibunya begitu dingin . Ia berbicara seperlunya saja.
Sebenarnya Vania menyayangi ibunya tetapi tertutup oleh dendam yang amat besar karena ibunya sedari dulu tak pernah mendukungnya bermain basket . Ibunya selalu menyuruh Vania untuk menjadi chef atau setidaknya pandai memasak agar ia siap untuk kehidupan keluarganya nanti. Vania berpikir, pikiran ibunya terlalu kejauhan Vania yang madih berusia 18 tahun disuruh memikirkan cara berumah tangga yang baik . Vania hanya ingin mengikuti karirnya hingga ia siap untuk itu.Di kamar Vania hanya bisa menangis sambil memegangi foto ayahnya . "Yah vania janji bakalan jadi pemain basket yang sukses dan bikin ayah bahagia diatas sana". Ucap vania sambil memeluk foto ayahnya .
Sesampainya di pemakaman ibu vania menangis sambil mengusap usap batu nisan Surya Diwardhitomo . Tertulis pudar di batu nisan itu
Sudah hampir 3 tahun ditinggal oleh suaminya akibat serangan jantung mendadak .
"Sayang.. apakah kamu tahu, putri kita tumbuh semakin cantik dan tekadnya kuat sepertimu". Gumam ibu vania sendirian di pemakaman itu.
Lalu ibu vania memberi air dan membersihkan makam suaminya.Sungguh berat hari hari yang dilalui vania dan ibunya ketika ayahnya sudah tiada. Restoran menjadi penghasilan utamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raih Mimpiku
Teen Fiction"Aku harus meraih mimpiku ". Ucap Vania penuh semangat sambil menghentakkan kakinya . Vania dari dulu ingin bercita cita menjadi pemain basket Profesional dan ikut kejuaraan Internasional. Apakah Vania bisa ? Kita buktikan saja :)