Ya ini adalah semester awal di kelas terakhir SMA nya. Vania begitu antusias karena ini akhir sekolah yang ia nantikan untuk mengejar impian nya itu.
Untung saja di sekolahnya ada Ekstrakurikuler Basket jadi Vania bisa mengikutinya untuk memantapkan dirinya bermain basket sekaligus penambah nilai rapor ketika nilai mapel nya anjlok.
Di ekstrakulikulernya Vania dikenal sebagai siswa yang pandai menguasai teknik tertentu. Hingga pelatih sungguh bangga padanya yang bahkan terkadang membuat iri teman² se tim nya. Lagipula Vania sudah diajarkan teknik dasar bermain basket oleh ayahnya semenjak ia duduk di bangku sekolah dasar.
Dan salah satu idola nya pemain basket adalah Penny Taylor. Pemain basket internasional yang tergabung dalam Phoenix mercury di WNBA.Teng teng teng teng.......
Bel bunyi masuk kelas sudah bergemuruh di seluruh koridor. Waktunya Vania memasuki kelasnya dikarenakan hari ini kosong untuk latihan basketnya. Ketika Vania masuk kelas gadis gadis narsis di depan meja duduknya berbisik satu sama lain sambil menatap aneh pada Vania .
"Hei Vania salah gender... Hahaha lu masih berani duduk di belakang gue , nyadar kek penampilan lu tu kayak cowo tau gak , Gak feminim jijay banget deh".Ucap Melly salah satu geng cewe narsis itu.
"Gausah sok ikut campur". Jawab Vania singkat karena tak mau memperpanjang urusan dengan Melly .
"Idih judes amat lu jijayy..". Ucap Melly sambil mengibaskan rambutnya itu.
Tak lama kemudian Melly berbisik kepada salah satu temanya yang bernama Rara.
Dan selang beberapa waktu , Rara berjalan ke arah belakangnya Vania dan menarik ikat rambut Vania sehingga rambut Vania jadi terurai bebas .
"Omaigatt lu kalo kaya gini cantik deh ups ".
Ucap Melly yang penuh tawa jahat disusul teman teman se geng nya.
"Cukup !! Aku gatahan sama perlakuan kalian kembaliin sini ikat rambutnya". Bentak Vania pada geng itu. Lalu Vania bergegas untuk pergi ke kamar mandi. Tak sengaja di depan pintu kelas berpapasan dengan guru matematika yang akan mengajar. "Mohon maaf pak saya mau izin ke toilet sebentar". Ucap Vania sambil menunduk lalu pergi . Gurunya hanya mengangguk mengiyakan perkataan Vania.Ketika di toilet Vania hanya mengikat rambutnya kembali dan menangis sambil melihat dirinya di depan kaca wastafel . Ia tak menyangka begitu banyak orang di sekelilingnya yang tak sejalan sepaham denganya. Tidak lain ibunya dan teman teman sekelasnya. Vania bingung kapan ia dapat menemukan sosok yang pas seperti ayahnya yang sejalan dengannya dan selalu mendengarkan semua keluh kesahnya.
Vania lalu melihat jam . Tak sadar ia sudah menangis di toilet selama 30 menitan. Saatnya ia kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran matematika tadi.
Ketika membuka pintu kelas . Gurunya pun bertanya pada Vania. "Vania, kok lama sekali di wc nya terus kenapa matamu sembab begitu?".
Tiba tiba ada celetukan dari salah satu murid siapa lagi kalau bukan Melly "mungkin habis dihukum bersihin WC gara gara main basket di sana kali pak terus nangis deh". Lalu seisi kelas riuh dengan tawa penuh ejekan ke Vania .
"Alah sudah melly, diam semuanya !". Perintah guru itu lalu menyuruh Vania untuk duduk ke tempatnya .
Ketika Vania sudah duduk di tempatnya, Melly masih saja menganggu Vania "haha rasain tuh". Bisik Melly yang begitu nyelekit bagi Vania .Perasaan Vania tidak pernah menganggu Melly tetapi kenapa Melly selalu mengusiknya seakan akan dia menikmati pembullyan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raih Mimpiku
Teen Fiction"Aku harus meraih mimpiku ". Ucap Vania penuh semangat sambil menghentakkan kakinya . Vania dari dulu ingin bercita cita menjadi pemain basket Profesional dan ikut kejuaraan Internasional. Apakah Vania bisa ? Kita buktikan saja :)