to

42 8 2
                                    


Ini klimaks ya temans... jangan emosi bacanya. Calm down ok?

***********

"Setelah itu...."

Jihoon hendak melanjutkan tapi terhenti sejenak karena giliran Jun sudah tiba.

"Hei sekarang giliranku. Kalian harus menceritakan kelanjutan ceritanya kepadaku."

Ujar Jun seraya meninggalkan kumpulannya.

"Aish sudah sana... dosamu sudah meumpuk dan ingin cepat diringankan."

Ujar Jeonghan dengan mendorong Jun meuju ruang pengakuan.

"Jangan cepat-cepat. Kami belum selesai bercerita. Tahan agar kami dapat menyelesaikannya." Ucap Seungchol.

"Kalian tega sekali padaku. Begitu sadis caramu...."

Jun berjalan pergi sambil bernyanyi seolah-oalh ia tersakiti.

"Ayo cepat selesaikan cerita ini." Ujar Minghao semangat.

"Baiklah. Setelah itu..."

Setelah kejadian itu Seokjin semakin was-was dibuatnya. Malam kembali menyapa dan ini sudah larut. Seokjin masih terjaga untuk mengerjakan tugasnya. Setelah selesai ia membereskan meja belajarnya dan hendak membuang sampah di depan pintu unitnya. Saat membuka pintu Seokjin ingin berteriak tapi tak bisa.

Jimin berdiri tepat didepan pintu unitnya sambil membawa sebilah pisau yang berada di dekat wajahnya. Tunggu pisau?

'What the hell??!!' Seokjin menjerit di dalam hatinya.

"Jim apa yang kau lakukan?" Seokjin mencoba menetralkan kegugupannya.

"Aku ingin melihatmu Jin Hyung. Aku merindukanmu." Jimin berkata sembari tersenyum.

"Jim... turunkan pisaunya."

Seokjin mengambil paksa pisau yang Jimin bawa. Jimin tak melawan.

"kembalilah ke unitmu sekarang!"

Perintah Seokjin mutkhlak. Jimin berbalik menuju unitnya. Sebelum itu ia memberikan senyumnya pada hyung kesayangannya itu. Senyuman Jimin semakin membuat Seokjin ketakutan.

Kaki Seokjin sudah semakin lemas. Dengan terburu-buru Seokjin melempar sampahnya asal, menaruh pisau, dan membanting pintu serta menguncinya. Secepat kilat Seokjin melesat ke tempa tidurnya.Ia membuat beberapa temanya terbangun karena Seokjin membanting pintu kamar mereka.

'Ada apa sih? Mengangu saja' batin mereka dan kembali tidur. Mereka tak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Seokjin.

Shock berat itu yang dirasakan Seokjin.

"What the..."

"Hell"

"Shit!"

"Pasikopat!"

"Agrahh"

"Unbelivebel!"

"Sumpah"

Dan masih banyak lagi umpatan yang dikeluarkan.

"Itu sangat menegerikan. Hua ...." Jangan tanyakan siapa yang berkata seperti itu.

Seungchol mengelap wajahnya yang tak kenapa-napa. Wonwoo semakin menekukkan alisnya. Jeonghan menutup telinganya. Jisoo blank. Dino merapatkan tubuhnya pada tembok. Trio ribut berpelukkan. Hanya Jihoon dan Minghao yang biasa saja.

"Apa yang aku lewatkan? Kenapa dengan wajah kalian?"

Tiba-tiba Mingyu datang saat mereka berteriak.

"Tak ada apa-apa. Sudah-sudah jangan dibicarakan lagi. Aku pergi dulu." Jisoo mengakhiri sesi cerita seram mereka dan pergi dari sana karena antriannya sudah tiba.

"Apa?" Mingyu masih tak mengerti yang sebenarnya terjadi.

"Ahh.... tapi sebenarnya Seokjin hyung menemukan bagaimana 'Dia' bisa selalu mengetahui apa kegiatan Seokjin hyung."

"Hah?!" Kompak mereka menoleh pada Jihoon.

"Apa lagi?" Mingyu yang barusaja tiba bingung karena tak tau apa-apa.

"Kalian kenapa tak mengajakku bercerita! Menyebalkan!" Mingyu menggembungkan pipinya dan merajuk.

"Lihat badanmu yang bongsor itu Ming! Merajuk tak ada pantas-pantasnya kau lakukan."

Sadis Wonwoo melihat tingkah laku Mingyu. Wajah Mingyu malah semakin menggelap.

"Nanti akan aku ceritakan hyung, lama bila menjelaskannya padamu dulu."

Ucap Dino yang kesal tiba-tiba Mingyu mengacaukan acara cerita 'gelap mereka.

"Baiklah kalian menang"

Ucap Mingyu pada akhirnya dan mengunci rapat mulutnya serta menunggu kelanjutan cerita. Sungguh dia jadi sedikit, ani banyak bingung karena ketinggalan ceritanya.

*********************

Gimana? Serem? Kalau kalian jadi Seokjin gimana?

Kalau Mipo jadi seokjin pasti dah teriak2 heboh ngadu ke temen-temen unit. Terus Jimin diundang ke unit buat diinterosagi sama disidang.

My name isTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang