Kembali lagi dengan Mipo 😆.
Hujan turun kian deras dan menambah kesan dingin di sore itu. Suasana Makin mencekam manakala kilat dan guntur menyambar.
Dengan was-was gerombolan penghuni asrama itu berebut untuk semakin mendesak Jihoon bercerita.
"Ayo lanjutkan! Aku Makin penasaran." Jeonghan berujar sambil melirik kekiri Dan kakan memastikan sunbae mereka tidak melihat kearah mereka.
"Aku tak percaya. Bukankah selama ini 'dia' sanagat baik pada kita saat datang ke unit?"
"Benar kata Jun. Aku tak percaya! Apa jangan-jangan Seokjin hyung berbohong?"
"Mana aku tahu! Tapi bukan hanya itu saja kejadiannya. Ada lagi, kali ini lebih seram. Seungchol, Jun aku tak Tau apa yang akan kalian pikirkan saat aku ceritakan ini."
"Setelah kejadiannya itu...."
Setelah kejadiannya itu Seokjin menjadi sedikit was-was. Ia telah menceritakan kejadian yang dialaminya pada teman unitnya. Mereka sekarang juga mulai mempeehatikan Jimin karena unit Jimin tepat di depan unit mereka.
Setelah beberapa hari Jimin tidak terlalu menunjukkan obsesinya pada Seokjin. Hubunganereka kembali baik seperti semula dan tak ada keganjilan yang terjadi.
Seokjin sedang bingung saat ini, ia membutuhkan bingkai bekas untuk prakarya maka is menghampiri unit honbaenya. Seokjin bertemu salah seorang penghuni unit tetangganya itu.
"Hai, maaf bolehkah aku bertanya? Apakah disini Ada yang memiliki bingkai bekas? Aku butuh untuk prakarya ku minggu depan."
"Sebentar sunbae aku tanyakan pada yang lain."
Seokjin menunggu di depan pintu, ia berharap ada yang memilikinya.
"Ah maaf sunbae, kami tidak memilikinya. Bukankah besok hari bebas? Sepertinya sunbae bisa membelinya."
"Aku sebenarnya hanya ingin yang bekas. Sayang bila membeli yang baru. Aku ingin merombaknya. Ya sudah terimakasih... Emm.."
"Sanha. Yoon Sanha namaku sunbae."
"Ah.. iya terimakasih Sanha-ah, maaf mengganggu."
"Tak masalah sunbae."
Seokjin kembali ke unitnya. Ia Tak menyadari bila sedari tadi Ada yang memperhatikan gerak geriknya.
Sehari telah berlalu, kini malam mulai menjeput. Seokjin yang Ada di ruang belajar mendengar ketukan pada pintu unitnya. Segera ia bangit dan membukakan pintu.
"Malam Seokjin hyung." Jimin menampilkan senyum 'khas' miliknya.
"Hai Jim. Ada apa malam-malam begini datang kemari? Ini sudah lewat jam 9, apa kau Tak takut ketahuan pamong Dan dihukum?"
Seokjin berujar pelan agar tak menarik perhatian teman-temannya yang masih belum tidur.
"Ah.. aku hanya ingin memberikan ini hyung. Aku dengar hyung membutuhkan bingkai foto bekas."
Jimin berkata sembariemberikan bungkusan plastik hitam pada Seokjin.
"Ah itu... Tak usah repot-repot Jim. Aku bahkan sudah memutuskan menganti prakaryaku. Hmm cukup besar. Tunggu?"
Seokjin melongo melihat benda yang Ada di tangannya. Sebuah bingkai kayu cukup besar dan terlihat cukup mahal untuk dibeli dengan uang saku anak asrama tahun pertama. Ya, uang mereka memang sangat dibatasi.
"Jim... Ini masih Baru?" Seokjin menatap Jimin dengan heran.
"Memang. Aku lihat hyung sangat kecewa saat pergi dari unitku. Jadi aku memberikan ini."
"Maaf Jim. Aku tak bisa menerimanya. Sebaiknya kau kembali ke unitmu Jim. Ini sudah malam."
"Tapi aku ikhlas mberikannya." Jimin tak terima saat pemberiannya ditolak.
"Maaf Jim. Sepertinya pamong melihat kita dari jendela. Kau harus pergi sekarang. Maaf"
Seokjin menutup pintu setelah mendorong Jimin untuk melangkah ke unitnya. Sebenarnya hanya alasan Seokjin belaka pamong melihat kearah mereka, ia sangat terganggu.
"Jin, sepertinya ia memang sanagat tertarik kepadamu. Ani, ia terlihat cukup terobsesi!"
Youngi datang dari arah belakang Dan menghampiri Seokjin. Ia melihat Dan mendengar semuanya.
"Aku sudah melihat dari tadi. Shit Jin! Ini aneh! Apakah dia seorang gay?"
"Entahlah, aku juga merasa seperti itu. Sebaiknya yang lain jangan sampai tahu ini"
"Wah... Daebak! Dengan uang saku sebulan kita, dia membelikan bingkai foto pada Seokjin sunbae?"
Seokmin berfikir keras. Hanya puluhan ribu uang saku mereka dan 'dia'... Ah lupakan.
"Gila! Lebih baik aku gunakan untuk membeli stok camilan."
"Aku jadi takut bertemu dengannya. Dia terlalu sering berada di unit kita untuk bertemu Rowoon. Tak mungkinkan kita mengusirnya atau menolaknya saat ia datang?" Keluh Jeonghan.
"Kau harus mengusirnya lain kali hyung! Kau kan ketua unit." Dino menunjuk Seungchol dengan semangat.
"Yakk mana mungkin kita melakukan itu! 'Dia' sunbae Kita bodoh! Akhh..." Seungchol berterikak protes.
"Jaga mulutmu! Ini di depan kapel. Bagaimana bila pamong mendengar?!" Jisoo melepaskan cubitannya pada perut Seungchol.
"Ya sudah terlanjur. Lagipula kita buat dosa sebelum nanti minta pengampunan dosa. Kita membicarakannya juga sudah dosa Kan?" Wonwoo menengahi Jisoo dan Seungchol.
"Masih Ada cukup antrian. Apakah masih ada cerita yang lain? Atau hanya sampai disitu?" Minghao mulai larut dalam cerita Jihoon.
"Masih dan makin hari makin parah. Saat itu malam hari.... "
.
.
.
.
Hai Mipo cuma mau bilang, Mipo lupa itu bingkai di trima apa gak. Tapi intinya kakak kelas Mipo itu takut. Lha taukan senyumnya gimana?Mungin ada yang mikir ini kayak ff.
Karena Mipo pelupa pasahal Mipo Ada diantara yg lagi cerita.. ya gitu rada melenceng.
Sengaja agak dibuat menyesuaikan tokoh cowok. Soalnya itu asrama cewek. Taukan tipe rumpinya cewek?
Panjang dan berbelit ... Banyak kata ihh.. dkk. Gak cocok kalo cowok yg ngomong pokoknya.
Ok next chap mulai bener-bener ngeselin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name is
FanfictionAwalnya Minghao tak percaya, namun ia mulai menyadarinya sendiri. Ini kisah nyata... tapi sudah lama dan Tak semua orang ingin tahu.. ataukah ditutupi? Ini Mipo buat jadi cast seventeen untuk memberi penyamaran pada pelaku dan tkp. Biar gak pada pr...