[0] - Malam

118 8 1
                                    

Semarang 2018.

"Huft... Hari ini melelahkan sekali, aku ingin segera kembali ke rumah."

Gadis itu terus mengeluh berulang kali karena dirinya sudah menghadiri beberapa acara yang menghalangi jatah istirahatnya di hari minggu.

"Umh, tolong bersabar ya, Nona muda."

"Daritadi kamu hanya berbicara 'sabar-sabar' saja, William. Aku jadi bosan."

"Haha... Maaf, tapi memang sih tidak ada hal lain yang bisa saya bantu."

William adalah seorang supir yang sudah berkerja selama 10 tahun. Dia memiliki ciri-ciri sebagai; tubuh tinggi dan kekar, rambut sedikit putih karena uban, dan kumis serta jenggot yang sedikit tebal.

"Oh iya, apakah habis ini kita akan ada acara lagi?"

"Hmm... Sebentar nona muda."

Tangan kiri William yang terlapisi oleh sarung tangan itu kini menyentuh layar ponsel yang ia tempel di sebelah kanannya.

Selagi menyetir, terpaksa dia harus membagi porsi penglihatannya. Sedikit melihat ke layar, dan juga fokus di jalanan raya.

"Bagaimana William?"

"A-ah, tidak ada Nona muda. Semua sudah selesai."

Gadis yang tengah duduk di kursi belakang itu kini tersenyum kecil, dan dia membuka jendela kaca mobilnya.

Angin di malam hari memang sangat nyaman untuk dinikmati bagi siapapun itu. Selain dingin, juga menyegarkan.

Pikirannya yang tertumpuk oleh ratusan lembaran akan tugas itu seolah lenyap begitu saja. Dia sangat menikmati momen bebas seperti ini.

Akan tetapi, perkerjaannya lah yang mengganggu dirinya.

Tiba-tiba mobil yang ia tumpangi itu melambat dengan cepat, hingga membuatnya harus memegang kuat pegangan mobil yang ada di atas jendelanya.

"Nona Muda! Segera pasang seatbelt anda!"

"William!? Ada apa!?"

Sebuah truk besar tiba-tiba berhenti di depan mereka dan membuat mobil sedan hitam itu tertabarak sedikit depannya.

Airbag mobil pun terbuka dan menyelamatkan mereka dari guncangan yang terjadi, namun itu semua belum selesai.

William yang dalam keadaan sedikit sadar itu menangkap kumpulan bayangan hitam yang keluar dari truck tersebut.

Mereka berjalan melintasi sepinya jalan, dan heningnya suasana. Di bawah lampu jalan yang bersinar terang, di tangan mereka terdapat golok yang berukuran panjang.

"I...ini gawat, Nona Muda! Segera berlari, saya akan mengalihkan perhatian mereka!"

"A-apa yang terjadi, William!?"

"Cepat lakukan saja!"

Baru kali ini gadis itu mendengar bentakan dari William, dan karena ketakutan, dia pun terpaksa harus mengikuti perintahnya.

Mereka berdua segera membuka pintu, dan si gadis pun berlari ke arah belakang. Sementara itu, William maju tanpa ragu.

(Nona Muda, semoga anda bisa selamat. Meskipun saya akan segera mati, nyawa anda adalah prioritas utamaku.)

Langkah dari si gadis pun terhenti begitu melihat tubuh William yang besar itu terjatuh di atas tanah.

Air matanya mengalir deras dan dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Beberapa dari kumpulan bayangan itu melihat ke arah si gadis, dan akhirnya mereka pun segera mengejarnya.

"Itu dia! Chisa Angeliana Putri!" seru salah satu dari mereka selagi menunjuk ke arah gadis.

Chisa menggelengkan kepalanya berulang kali, matanya sudah tidak kuat lagi untuk menatap masa depan yang ingin sekali dia capai.

(A...aku barusan saja membiarkan William mati!?)

"Kejar dia!!!!"

Chisa kembali berlari kencang selagi mengusap air matanya. Dia merasa sangat bersalah atas kematian William.

"Hei Chisa... Kamu tidak akan bisa berlari jauh-jauh lagi, ahahahah!"

Tiba-tiba seseorang sudah muncul di hadapannya. Berpakaian dengan dalaman berwarna merah serta jaket motor hitam, dan sebuah celurit berada di tangan kanannya.

Chisa memundurkan langkahnya -- namun sudah terlambat, perutnya barusan saja menerima pukulan yang kuat.

"Ugh!!"

Pandangannya memudar, tubuhnya tidak lagi dapat menjaga keseimbangannya. Dia jatuh pingsan dan seketika pandangannya menjadi gelap.

***


[A/N]

Hallow~ kembali lagi bersama saya, Xeravine. Gimana kabar teman-teman?

Yah, ada dari kalian yang menikmati liburan.

Ada juga yang lagi sengsara seperti saya karena dekat dengan sbmptn dan UN wkwkw.

Tapi santai saja, aku harap dengan usaha, kita bisa masuk di kuliah yang kita impikan.

Oke, sekian. Salam hangat, Xeravine.

Oblivious ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang