He's Come Back

13 0 0
                                    

Parttt 3 datangggggg.

yok langsung baca aja, ga usah banyak cengcong. mendingan langsung aja ke cerita. okeh sip

Saran :

Sebelum baca siapin kantong kresek dulu. kali aja ada kata-kata yang bikin eneg.

okeh mulai

--------------------------

  "Jujur gak ada lo sepi nyet". Soi merasa sangat kesepian, dia lebih milih berantem dengan kakaknya dibanding diem sendirian dirumah. Soi mengunci satu persatu pintu rumahnya sebelum dia masuk kedalam kamarnya. "Selesai. Hhmmm masih jam 8, kenapa rasanya lama banget sih". Tidak butuh beberapa menit Soi sudah berada didalam kamarnya. Wushhh wushhh wushh. Malam ini angin berhembus sangat kencang, sepertinya akan turun hujan. Sebelum tidur Soi menutup jendela kamarnya dan setelah itu pergi menuju toilet untuk membasuh wajahnya. Setelah beberapa menit didalam kamar mandi, Soi keluar dengan wajah yang fresh. "Haiii", sapaan orang itu berhasil membuat Soi kaget setengah mati. "Kauuu?? Kau kembali?". Lucifer itu kembali, kembali dengan sayap indahnya tanpa luka sedikit pun. "Kau tidak melepasnya?" Soi mengelus plester yang dia tempelkan di sayap hitam itu dulu. "Kau yang bilangkan agar aku tidak melepaskannya. Dan aku tidak akan pernah melepasnya". Tangan besar sang lucifer mengelus puncak kepala Soi dengan lembut. Sangat lembut, dan tidak ada penolakan sama sekali. "Bersikaplah manis kepada semua orang. Jangan menyembunyikan senyum manismu" Dengan satu tarikan tubuh Soi sudah berada didalam pelukan hangat lucifer. "Apa maksudmu?" tanya Soi heran. "Jangan terlalu jutek sama orang. Wajar orang tadi menyatakan cintanya padamu kan? Dia melakukan itu karena dia menyukaimu. Seharusnya kau senang, karena kau masih ada yang menyukai. Walaupun orang itu tidak sesuai dengan tipemu. Tapi belajarlah cara bersyukur" ucapan sang lucifer membuat Soi bingung. Kenapa lucifer ini tahu semua tentang dirinya dan seharusnya lucifer menyesatkan manusia bukannya seperti ini. "Kenapa kau bisa tau?" tanya Soi sambil menatap mata merah lucifer itu lekat-lekat. "Hmmmm". Dipeluknya tubuh Soi lebih erat. "Karena aku selalu berapa disampingmu. Janji jangan pernah menyakiti perasaan seseorang yang mencintaimu?" Lucifer itu menjauhkan tubuhnya dari Soi agar dia bisa melihat mata hitam milik Soi. "Kenapa aku harus janji? Wajarkan aku menolaknya, dia menembakku padahal kita belum kenal satu sama lain. Dan dia anak baru, aku tidak tau apakah dia benar-benar menyukaiku atau dihanya ingin mempermainkanku. Kenapa kau membelanya padahal kau belum melihatnya?" ucap Soi dengan sedikit bentakan, lucifer ini benar-benar menyebalkan. Soi benar-benar tidak tau apa yang ada dipikiran lucifer bodoh ini. "Karena kalau kau menyakitinya, kau sama saja menyakiti hatiku. Aaaahhh aku harus pergi, tidurlah. GoodNight". Wushhhh. Lucifer itu menghilang dan hanya meninggalkan sehelai bulu hitam nan halus. "Aku akan selalu menunggumu, walaupun aku tidak tau apa maksud perkataanmu". Perlahan Soi menutup matanya dan gelap. Soi terlelap dalam tidurnya.

                         ***

"Soiiii gimana semalem tidurnya? Pasti kau ditemani hihihihihihi?" ledek Jia yang dihadiahi pukulan di jidatnya. "Sakit bodoh" mengelus-elus jidatnya yang sedikit berubah warna. "isss kalian bukannya ganti baju malah mesra-mesraan dikelas. Ayo cepet ganti baju kita olah raga", ucap shinna sambil pergi keluar kelas. "Ayo anak-anak kita pemanasan dulu", ucap guru olah raga atau yang biasa dipanggil pak Rajid. "Udah panas pak. Suhunya udah panas jadi kita udah kepanasan pakkk", ucap salah satu anak muridnya yang mendapat persetujuan dari semua temannya. "kita main-main ajalah pak. Lapangannya becek semalemkan abis ujan", ucap muridnya yang lain dan segera mendapat persetujuan dari yang lain. "Yaudah kalian absen dulu, trus terserah kalian. Bapak mau kekantor dulu, inget jangan ada yang rusuh", ucap pak Rajid dan segera pergi meninggalkan lapangan. "Sip pakkk", ucap semua siswa bersamaan.

----Kelas-----

"Pak Rajid baik banget yak, coba semua guru kayak gitu", ucap Shinna sembari duduk dibangkunya. "Yang lain pada kekantin ya?", ucap Jia yang dijawab dengan anggukan teman-temannya. Gio dan Alan masuk kedalam kelas dan membuat obrolan ke tiga sekawan itu berhenti. Mereka merasa canggung dengan Gio dan Alan semenjak kejadian kemaren. Secara tiba-tiba Gio menembak Soi dan Soi menolaknya. "Tunggu", Tiba-tiba Soi menarik tangan Gio dan menatap tangan putih itu dengan heran. "plester ini", ucap Soi sambil mengelus plester yang ada ditangan Gio. Gio hanya menatap Soi aneh. "Dari mana lo dapetin plester ini? Plester ini cuma gue yang punya", tanya Soi pada Gio. "Lo pikir pabrik plester ini cuma buat satu produk doang. Enggak lah, plester ini banyak yang jual", jelas Gio dengan sedikit nada nyolot. "Enggak, nenek gue sendiri yang buatin gue plester ini", ucap Soi tidak mau kalah. "Bodoh, mau aja lo dibohongin sama nenek lo. Dasar cewek bodoh", ucap Gio kasar. Soi sudah tidak bisa menahan emosinya, gak mungkin neneknya membohonginya. Itu gak mungkin kan. Tangannya sudah siap mendaratkan botol minumnya ke Gio. Belum sempat mendaratkannya, tangannya sudah ditahan oleh Jia dan Shinna. "Kali ini lo sedang beruntung", ucap Soi pergi meninggalkan kelasnya.

--------------------------

Part 3 end. yuhuuuuuuuuu

jangan lupa vote dan komen-komennya.

Byeee

@SabilahNurul

instag : SabilahNurul

7DA09661

It's A Dream or RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang