0.7

10.1K 328 3
                                    

"Revan!"

Merasa namanya dipanggil Revan-pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap ke arah Gyna yang berlari kecil menghampirinya. Revan sudah tak sekaku itu saat bertemu dengan Gyna pertama kali, lelaki itu tampak sudah bisa menerima Gyna sebagai temannya.

"Ya, kenapa Gyn?"

"Gak papa sih, mau ke kantin kan lo?" Revan menganggukkan kepalanya, "Lo kenapa sih Van akhir-akhir ini muka lo kusut banget kayak baju yang belum di setrika," ujar Gyna yang mencoba menggoda Revan.

"Aneh-aneh aja lo, kenapa mau bareng ke kantin?" Gyna mengangguk antusias tak ingin melewatkan kesempatan.

Keduanya berjalan bersama di sepanjang koridor dengan obrolan kecil bahkan tak jarang Gyna mengeluarkan kata-kata lelucon yang hanya ditanggapi kekehan oleh Revan.

"Revan, Gyna!"

Keduanya menghentikan langkah dan melihat siapa seseorang yang kini menghampiri keduanya. Jika Gyna melambaikan tangan menyambut kehadirannya, melupakan amarahnya yang sedari tadi ia tahan saat Cinta meninggalkannya terlebih dahulu berbeda dengan Revan yang kini merubah raut wajahnya, datar nan dingin.

"Kalian mau ke kantin, gue bareng dong."

"Bukannya lo udah ke kantin bareng kak Arga tadi?"

"Gak jadi, dia ada rapat osis tadi. Boleh kan Van?"

"Kalau gak ada yang mau diomongin gue duluan," Revan berlalu setelah mengatakan hal itu sambil menatap Gyna, ia sama sekali tak menatap ke arah Cinta mungkin tampak seperti tengah berusaha menghindar.

"Revan kenapa si, gak biasanya dia kaya gitu. Gak sama sekali natap ke gue."

"Astaga Cinta Cinta, masih gak mau buka mata dan hati lo hah? Tanda-tandanya udah jelas buat lo bisa artiin sikap dia akhir-akhir ini, masa lo gak tau si kenapa Revan bisa bersikap kayak gitu atau lo sebenernya cuma pura-pura gak tau?"

"Kayaknya gue tau sih, dia itu gak biasanya bersikap kayak gini. Pasti dia lagi ada masalah deh, sama siapa ya? Apa mungkin dia gak mau gue tau masalahnya dia—

"Aduhhh, Cinta stop untuk bilang kalau Revan punya masalah dengan orang lain dan gak mau ngasih tau lo. Udah jelas-jelas ini semua tuh salah lo, karena lo sendiri yang menjauh dari Revan jadi jangan salahin dia ketika dia bersikap kayak barusan ke lo," ujar Gyna dengan nada geramnya.

"Ka— karna gue? Tapi gue. Lo serius karena itu?"

"Tau ah, terserah lo!" Gyna yang semakin geram berniat meninggalkan Cinta sebelum Cinta kembali mencekal tangannya.

"Eh Gyn, tunggu dulu."

"Apaan lagi si cin?"

"Lo itu kenapa sih, kayaknya lo sepeduli itu sama Revan?"

"Ya karena gue sayang sama Revan, sayanggg banget. Gue menghargai perasaan dia yang bahkan lo sendiri temen semasa kecilnya tapi bersikap seolah-olah lo gak mengerti hantinya gimana. Wake up Cinta, coba untuk lebih peka dan sadar."

Cinta terdiam di tempatnya setlah Gyna pergi meninggalkannya, ia tahu Gyna bukanlah orang yang malu untuk mengatakan apa yang sebenarnya wanita itu rasakan seperti sekarang. Sayang? Apakah Gyna benar-benar menyukai Revan, mengapa rasanya terdapat rasa penolakan dalam pemikirannya. Baik, Cinta memantapkan hatinya bahwa ia harus bertanya kepada Revan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi kalau cinta fikir-fikir apa yang dibilang Gyna ada benarnya, hubungan persahabatannya dengan Revan sudah tak seperti dulu dan ia merasakannya semenjak ia selalu memfokuskan dirinya bersama Arga.

---

"Heyy, sendirian aja lo."

Revan mengalihkan tatapannya pada Cinta yang kini duduk di sampingnya, sejak kapan gadis itu masuk ke teras rumah tanpa diketahui olehnya? Apakah karena ia terlalu fokus membaca buku yang kini ada di tangannya?

Sahabat Jadi Cinta [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang