1.2

7.8K 250 1
                                    

Pagi ini terasa begitu beda, lebih tepatnya pada Revan yang sepanjang jalan menuju
sekolah selalu mendiaminya. Tak ada satu percakapan pun yang Revan tanggapi dari
perkataannya. Biasanya, seberisik apapun Cinta mengoceh Revan akan selalu menanggapinya sekalipun itu hanya menganggukkan kepala atau berdeham. Cinta yang memang pada dasarnya tidak peka, tidak menanyakan apapun atas keterdiaman Revan.

Bahkan saat lelaki itu berjalan terlebih dahulu meninggalkan dirinya di belakang, hal yang tak pernah sekalipun lelaki itu lakukan. Mereka selalu berjalan bersama, beriringan dan membagi canda, gurau.

Cinta mengerutkan keningnya ketika melihat Gyna yang terduduk lesu menupukan
tangannya pada meja sebagai alas dari tumpuan kepalanya. Entah mengapa, hari ini
rasanya awan begitu mendung meskipun pada kenyataannya awan begitu terang
benderang di atas sana. Keadaan sekolah mendukungnya untuk meratapi masalah
bersama dengan temannya, Gyna.

"Tumben pagi-pagi udah bengong aja, kenapa?" Cinta duduk di sebelah Gyna membuat wanita itu juga menegakkan badannya kalau melihat Cinta.

"Ah Cinta, kenapa lo baru dateng si gue lagi galau tau gak."

"Kenapa si lo, Revan lagi? Lo mau minta gue bantu buat deketin kalian lagi?"

Bukan tanpa alasan, sebelumnya Gyna pernah meminta untuk didekatkan kepada Revan
bahkan secara terang-terangan gadis itu menyatakan bahwa dirinya menyukai Revan.
Hal itu pernah ia beritahu pada Revan yang sama sekali tak gadis itu karang melainkan
sebuah kebenaran.

"Bukan apa-apa tapi asal lo tau ya Gyn, gue itu udah ngasih tau tentang perasaan lo ke
Revan dan itu semua gue lakuin biar Revan itu mau membuka hatinya buat lo," Gyna
terlonjak mendengar pernyataan Cinta barusan mau taruh di mana mukanya ketika akan berhadapan dengan Revan nanti.

"Seriusan lo, aduh Cinta lo itu kenapa pake segala bilang sih mau taro dimana muka
gue nanti kalau ketemu Revan? image gue sekarang udah ancur pasti di bayangannya
dia."

"Taruh aja tuh di telapak kaki lo biar sekalian keinjek-injek. Lagian gua heran apa yang
menjadi penyebab lo bisa ngomong kayak gini."

"Kalau gue bilang gue nemuin sosok pengganti Revan, lo percaya Cin?"

"Hah, siapa?"

"Ada deh, tapi kayaknya gue belum sanggup untuk cerita kalau sekarang. Gue bakal
cerita kalau gue udah siap nanti, bel udah mulai mending kita buru-buru ke lapangan
supaya nggak telat upacara."

"Utang cerita lo ya sama gue."

"Iya, Cintaku," ujar gina dengan nada menggoda.

"Diem lo, ah."

CERITA TELAH DITERBITKAN SEJAK TAHUN 2021 OLEH PENERBIT MR PUBLISHER

TERSEDIA VERSI LENGKAP HANYA DALAM BENTUK PDF, INFO SELANJUTNYA BISA MELALUI DM PENULIS🤳🏻📄

PASTIKAN KAMU DAPATKAN SPESIAL CHAPTERNYA😉

Sahabat Jadi Cinta [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang