PAST

313 47 2
                                    

Seorang gadis muda terlihat berlari terhuyung dengan luka lebam di beberapa bagian wajahnya. Sempat tangan gadis itu memeluk erat kaki seorang pria paruh baya dengan tatapan memohon tanpa perduli dengan pandangan iba dari para tetangga dan orang lain yang ikut menyaksikan kejadian itu di sekitaran jalan.

"Tuan! Jebal! berikan aku kesempatan sekali lagi.." mohon gadis muda itu dengan suara bergetar.

Pria paruh baya itu menatap sang gadis dengan pandangan tak suka. "Cuuih (meludah)!! sekali lagi katamu? hey, gadis bodoh! siapa suruh ibu penipumu itu berhutang banyak padaku hah.." teriaknya, menujuk kasar jidat sang gadis yang mulai terisak.

"Ta-ta.. tapi a-ku berjanji akan membayarnya.."

Mendengar penuturan si gadis membuat pria paruh baya beserta anak buahnya itu malah tertawa lebar dengan tatapan mengejek.

"Membayarnya? dengan apa? ahh, apa kau mau menjual tubuhmu padaku?" tanya pria paruh baya itu dengan tatapan melecehkan, padangan matanya menelusuri tubuh molek gadis muda itu dengan tatapan nakal seolah ingin menerkamnya.

"ARRRRRRKHHHH!!!"

Pria itu tiba-tiba saja memekik kesakitan dan langsung jatuh tumbang ke aspal dengan tangan kanan memegang salah satu kakinya, meraung-raung kesakitan.

Gadis muda itu tampak bangkit berdiri, menyeka mulutnya yang terasa kotor terkena darah. Mata almond itu menatap garang ke arah si pria paruh baya seolah ingin membunuhnya.

"D-dengar! a-ku bukan gadis seperti yang kau pikirkan tuan, meskipun a-ku miskin tapi aku bukan gadis serendah itu!!" teriak gadis itu terbata dengan wajah merah menahan amarah.

Pria paruh baya itu balas menatap sang gadis dengan lebih garang. Tampak kemarahan besar terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. "Hey bodoh! berikan pelajaran lagi untuk pelacur kecil itu, cepat!" perintahnya pada sang anak buah.

Baru saja para pria bertubuh kekar itu akan kembali memukuli sang gadis, tiba-tiba saja dua sosok berlari dan langsung memeluk tubuh gadis muda itu dengan erat.

"Jangan pukul noonaku orang jahat~" 

"Kami sudah bilang akan membayarnya jadi berhenti menyiksa eonniku.." sahut sosok gadis muda lainnya, menatap para preman itu dengan garang.

Gadis malang itu menggelengkan kepala kuat, dia tidak ingin adik-adiknya ikut dipukuli karena harus melindunginya. "Ti..tidak, bukankah sudahku bilang untuk tetap berada di dalam rumah?"

"Tapi mereka akan memukulmu lagi eonni.."

Gadis muda itu menggeleng kembali. "Tidak, kalian tidak boleh disini" ucapnya khawatir.

Pria paruh baya itu tertawa, menatap ketiga kakak beradik itu penuh kebencian. "Apa kalian sudah puas drama berpelukannya?! Well, bukankah ini akan terlihat lebih menyenangkan dengan 3 orang?" seru pria paruh baya itu yang entah sejak kapan sudah bangkit berdiri meski dengan ekspresi jelas masih menahan sakit.

"Tidak, tolong jangan libatkan mereka..!!"

Mata pria paruh baya itu mengerling seorang memberikan kode perintah pada anak buahnya sambil tersenyum jahat.

"KU MOHON JANGAN!!!"

Percuma, teriakan gadis muda itu sama sekali tidak menghentikan para pria bertubuh kekar itu untuk melakukan aksinya. Tangisan ketiga bersaudara itu pecah. Seusaha mungkin gadis itu melindungi tubuh adik-adiknya agar tidak terkena pukulan dan tendangan dari para pria bertubuh kekar itu. Dia tidak ingin adik-adiknya merasakan sakit yang dia rasakan. Cukup hanya dia sendiri saja yang merasakan semua rasa sakit itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang