Payung

91 10 2
                                    



Payung

27 april 2014

Suara rintik hujan yang berpadu gemercik yang kian rata mebasahi tanah. Kubangan kubangan mulai penuh oleh air yang sampai saat ini pun belum reda. Dimana jalanan mulai licin daun daun mulai berjatuhan tertiup silirnya angin. Pukul 2 siang tepat, waktu yang di tunjukan oleh jam tanganku. Dimana aku hanya terdiam diri di bawah teras sebuah toko yang saat itu sedang tutup. Percikan air mulai terasa dingin ketika menyentuh pipiku dan rambut panjangku yang waktu itu sedang aku tutupi dengan tas merahku dan seragam biru putih ini pun basah karena tetesan hujan. Aku tak tau sampai kapan hujan ini reda dan aku tak tau bagaimana caraku pulang. Aku hanya melamun dan membayangkan serunya bermain hujan ketika masa kecil dulu dan tanpa sadar aku tersenyum senyum sendiri.

"kejebak hujan ya dek" tanya seorang pria yang aku sendiri pun tak tau siapa dia. Pria itu keren, putih, mancung, dan tinggi hingga tinggiku pun hanya se bahu pria itu ia pun memakai kacamata yang bukan membuatnya culun tapi malah membuatnya nampak dewasa dan berkharisma (bayangin aje kek pelem drama korea yang cowo keren berkacamata :v)

"eh... Iya nih" jawabku sambil memperhatikan seragam pria tersebut dan aku tau bahwa dia adalah anak sma yang tak jauh dari sekolahku.

"nih lain kali sedia payung sebelum hujan" kata seorang pria sambil menyodorkan sebuah payung berwarna biru. "tenang aja. Kebetulan tadi aku bawa dua payung" sambung pria tersebut.

"makasih.... Mas.. Eh kak.." Jawabku canggung. Aku memang anak yang paling cerewet di sekolah tapi kenapa kali ini aku malu malu.

"ah ga usah canggung gitu panggil aja aku gilang lagian kita hanya selisih setahun kan dan kamu kelas 9" jawabnya dengan nada halus.

"kok bisa tau" tanyaku polos.

"gimana sih. Jelas jelas aja ada di lengan bajumu" jawabnya. Lalu aku melihat lengan bajuku dan disitu terdapat tanda kelas dan asal sekolah. Aku terdiam seperti orang bodoh dan menambah rasa maluku.

"nama kamu siapa ya" tanyanya.

"mo.. Monica" jawabku.

"ok mon aku pulang dulu" lalu ia pergi berjalan melewati tetesan air hujan di bawah payung merah miliknya.

"dia...kerennn..." Pikirku. Lalu aku membuka payung biru pemberiannya dan aku pun berjalan pulang.

Sesampainya di rumah ku hanya terbaring melamun menatap langit langit kamarku yang entah mengapa terlihat berwarna. Lalu aku memejamkan mataku dan membayangkan sosok gilang sambil tersenyum.

Keesokan harinya. (28 april 2014)

Huftt* aku menghela napas pelan di tempat yang sama seperti kemarin dan keadaan yang sama pula. Aku tak menyangka jika hujan akan turun lagi tapi kali ini lebih deras dari kemarin. Untung saja aku sempat berteduh terlebih dahulu sebelum pakaianku menjadi basah kuyup seperti kemarin. Aku merasa menyesal tak membawa payung pemberian gilang pada hari ini.

"ga bawa payung lagi mon" tanya seseorang dari belakangku. Lalu aku spontan berbalik badan.

"tadinya aku ga nyangka kalo hari ini bakalan hujan lagi" jawabku.

"kan udah aku bilang. Sedia payung sebelum hujan" jelasnya.

'iya iya maaf" jawabku.

"ya udah yuk aku anter pulang lagian rumah kamu kan gak jauh dari sini" bujuknya.

"kok kamu tau" tanyaku heran.

Dalam KelamWhere stories live. Discover now