"mengapa semuanya menangis?"
"di mana aku?"
"hei, mengapa kalian tak bisa mendengarkanku?"
Teriakku pada semua orang yang ada di sana dan tanpa balasan. Ku melihat adik dan ibuku menangis. Namun aku tak mengerti apa yang sedang terjadi. Lalu ku mengingat apa yang telah terjadi.
3 jam sebelum itu
Hidup teramat sangat berat untuk di jalani. Semua terasa hampa. Duduk di alun alun kota tak menghibur hatiku sedikitpun. Sudah 3 tahun sejak kelulusan di sma. Namun bukannya melanjut kuliah. Diriku hanya sibuk untuk mencoba mencari nafkah.
Lalu ku coba untuk bangkit dan menuju motorku dan lekas pergi dari sini.
Saat itu hawanya dingin sekali. Hujan mulai turun. Langit yang tadinya cerah kini berubah menghitam. Baju dan hoodie yang ku gunakan basah kuyup. Ujung jemariku mulai keriput namun tetap saja ku lanjutkan perjalanan yang entah aku sendiri tidak tau.
Memangnya harus ke mana diriku. Tak ada tempat untuk menghibur diri sendiri. Jangankan pacar. Teman pun aku tak punya. Walau harus ku akui, aku memiliki cinta di masa lalu. Cinta yang teramat sangat ku sayangi hingga saat ini.
Masih teringat jelas di pikiranku saat hari pertama jumpa. Ia adalah gadis yang usianya terpaut lebih muda dariku.
Saat itu diriku sedang duduk di bangku teratas dalam tingkat SMA. Dan ia adalah gadis pendiam yang baru saja memasuki dunia putih abu.
Gadis mungil, lucu , pendiam dan over cuek terhadap yang lainnya. Sedikit pemalu sebenarnya, namun tetap saja lucu melihat wajahnya yang sedang merah meranum.
Pertemuan pertama dengannya saat ia mencoba mendaftar di klub tulis yang ku ketuai.
"permisi kak, saya ingin menyerahkan formulir pendaftaran"
Suaranya yang lembut nan manis masih terngiang jelas di dalam kepalaku. Suara itu seakan enggan untuk pergi dari situ dan memilih untuk kekal supaya dapat dengan jelas ku putar kembali.
Ia berjalan dengan santai keluar lagi setelah meletakkan formulirnya.
"apa apaan anak ini"
Itu fikirku pertama kali melihatnya. Tanpa sopan santun asal menyelonong begitu saja tanpa pamit. Datang tak di undang dan pergi tanpa pamit.
"fiks, jelangkung. Mana pendek pula"
Diriku yang di terpa angin dan hujan pun hanya bisa tersenyum mengingat itu semua.
Hujan kali ini begitu lebat dan bertambah hebat di sepanjang jalan. Aku yang memakai helm pun sangat kesulitan untuk melihat jauh ke depan. Hingga ku memutuskan untuk berhenti di tepian jalan di bawah warung kecil yang rupanya sedang tidak buka atau tak pernah di buka lagi aku tak tau.
Ku standarkan motorku di bawah atap kecil warung ini. Lalu ku buka hoodiku yang sudah benar benar basah di luar dan dalam. Kini baju putihku terasa sangat ketat karena air sudah membasahi tubuhku.
Ku gantung hoodiku di atas motor. Lalu ku buka helmku dan ternyata bagian busa yang berada di dalam helmku benar benar basah.
Pada saat itu juga aku ingat dengan jelas. Sebuah cahaya terang dari ujung jalan melaju sangat cepat. Cahaya yang berasal dari sebuah mobil truck yang lumayan besar. Truck tersebut melaju dengan sangat cepat hingga badan mobil tak terkendali.
YOU ARE READING
Dalam Kelam
Storie breviini coma kumpulan cerpen yang saya buat sendiri kok. take fun aja. btw kalian bisa req mau cerita bagaimana, atau kalian bisa req cerita hidup kalian dan coma numpang nama juga boleh hehehe. Btw sorry kalo banyak typo wgwg