Prolog

13.1K 291 4
                                    

Haiii... haiii...

Setelah MSE tamat, saya datang bawa cerita baru nih.

Coba tebak cerita siapa?

JEENG JENG JENG...

Saya datang bawa cerita anaknya Fika-Guntur (FIKA!! & Belahan Jiwa~Sequel Fika). Itu loh, cerita tentang si kembar Dias & Diar, cuma di part ini bagian Dias dulu yaaa...

Semoga pada suka :D

Di tunggu kritik dan sarannya

*peluk dan cium dari indrii*

***

Jantungku berdegup kencang saat kalimat sakral itu mulai di ucapkan. “Saya terima nikah dan kawinnya Anaia Putri Kiandra dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin seberat 9 gram di bayar tunai.”

“Sah?”

“Sah”

“Alhamdulillah” Do’a dan ucapan syukur berkumandang dari seluruh penjuru kamar.  Setelah itu aku mengamit tangan pria yang telah sah menjadi imamku ini dan menciumnya dengan khusyu. Aku bisa merasakan jemarinya yang hangat di antara jemariku yang dingin ini.

“Terimakasih.” Aku sedikit tertegun mendengar ucapan terimakasih dari mulutnya.

“Untuk?”

“Untuk memenuhi permintaan orang tuaku.” Aku tidak tahu bagaimana cara menjawab ucapan terimakasihnya, hingga akhirnya aku hanya melepaskan tanganku dari tangannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pernikahanku ini memang bukan pernikahan dilandaskan cinta seperti yang kuimpikan sejak kecil. Malah bisa di bilang pernikahan ini terjadi karena ada sedikit unsur pemaksaan di dalamnya.

Namun, pernikahan ini juga bukan pernikahan kontrak seperti yang ada di novel-novel. Tidak ada perjanjian berapa lama aku dan suamiku ini akan menjalani pernikahan kami. Yang ada hanya perjanjian mencoba saling mengerti dan melengkapi satu sama lain. Tidak ada juga bayaran berupa materi yang aku terima karena pernikahan ini. Yang ada hanyalah bayaran berupa kasih sayang dari sebuah keluarga yang sudah lama tidak pernah aku rasakan.

“Ana, kemari sayang.” Aku berjalan mendekati seorang wanita paruh baya yang sedang terbaring di ranjang. Dengan hati-hati aku duduk di samping wanita itu sambil membalas pelukannya di tubuhku.

“Selamat datang di keluarga kami.” Ada perasaan hangat dalam diriku mendengar kata ‘keluarga’ yang di ucapkan wanita ini.

“Terimakasih tante.” Jawabku tulus.

“Hush! Masa tante? Mami, panggil tante mami sekarang.”

“Mami~” Aku tidak bisa membendung air mata yang mulai mengalir di pipiku.

“Nah, itu baru anak mami.”

***

Belahan Jiwa - Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang