Part 2

5.1K 288 13
                                    

Aku duduk bersila di atas ranjang sambil memperhatikan Dias yang masih tertidur pulas. Hm, tampannya. Pantas saja para susuter dan dokter wanita di rumah sakit tempatku dan Dias bekerja selalu sibuk bergosip tentang dirinya. Ah, sepertinya selama ini aku terlalu fokus dengan duniaku sendiri sehingga tidak pernah memperhatikan saat teman-temanku sibuk bergosip tentang tetampanan Dias.

 Aku yakin seisi rumah sakit pasti akan terkena serangan jantung mendadak jika mengetahui kami berdua sudah menikah. Aku tertawa sendiri membayangkan Nita sahabatku kejang-kejang karena tahu dokter pujaannya ini telah menjadi suamiku.

“Hush, sudahlah Ana, kembalilah ke alam nyata!” Aku merutuki pikiranku sendiri karena sudah membayangkan yang tidak-tidak. “Lebih baik kau berfikir bagaimana cara membangunkannya.” Dengan gemas, aku menatap jam di meja samping ranjang. “Bagaimana ini sudah hampir pukul enam. Bukankah dia harus berangkat ke rumah sakit.”

“Hmm bukankah kata orang suami istri itu memiliki ikatan batin yang kuat? Jadi seharusnya dia bisa mendengarkan kata hatiku bukan?”

Baiklah kita coba saja, apakah cara ini akan berhasil. Aku memejamkan mataku sambil berkata dalam hati ‘bangun Dias! bangun Dias! bangun Dias!’ apa sekarang dia sudah bangun ya? Dengan penasaran, aku membuka ke dua mataku. Dan...

JENGGG...

JENGGG...

JENGGG...

Ternyata Dias masih asik tidur dengan posisinya semula. “Huh ternyata ikatan batin antara suami istri itu memang tidak ada. Buktinya Dias masih tidur lelap seperti ini.” Gerutuku.

Akh!! Bagaimana cara membangunkannya?

“Apa aku melakukan seperti yang ada di novel-novel? Aku harus mencium pipinya dan berkata ‘pagi sweety?’”

“TIDAK MAU! Itu sangat menjijkan!” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha menghilangkan bayangan menjijikan itu.

“Atau lebih baik aku menyiram wajahnya dengan segelas air, seperti seorang ibu tiri yang membangunkan anak tirinya? Itu juga tidak mungkin. Aku ini seorang istri bukan seorang ibu tiri.”

Sebenarnya bagaimana cara seorang istri membangunkan suaminya dengan normal? Rasanya aku sudah mulai frustasi sekarang! Akhirnya aku mecolek-colek bahu Dias dengan jari telunjukku.

“Dias bagun...” Aku menunggu beberapa saat, tidak ada jawaban sama sekali.

Lalu sekali lagi aku mencolek bahunya dengan telunjukku “Dias bangun~” masih belum ada jawaban juga.  “Diasss ayo bangun, ini sudah siang bukankah kau harus ke rumah sakit?” kriikk... kriikk... masih tidak ada jawaban juga.

Akhirnya dengan kesal aku mengguncang-guncang bahunya dengan ke dua tanganku “Dias, ayo bang~ aaaaaa” Aku menjerit ketika dengan tiba-tiba tubuhku di balikkan ke bawah.

Cup~

“Aaaaaaa~” Dengan kalap aku mendorong tubuh Dias yang sekrang sedang menindihiku. “Apa yang kau lakukan? Cepat menyingkir dari atasku!” Sepertinya usahaku percuma saja, aku sudah mendorong tubuh Dias sekuat tenaga, tapi dia sama sekali tidak bergeming sedikitpun.

Belahan Jiwa - Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang