Part 4

4.8K 300 24
                                    

Warning!!

Buat yang sedang menjalankan ibadah puasa, mending bacanya nnt aja abis buka yaa :D

***

Hari ini aku dan Dias sengaja kembali mengambil cuti untuk mempersiapkan kepindahan kami dari rumah papi dan mami. Awalnya aku kira kami akan pindah ke apartemen atau semacamnya, karena setahuku (tentu saja dari papi, mami dan Diar) bahwa selama ini Dias tinggal di apartemen. Tapi ternyata Dias malah membawaku ke rumahnya.

Menurut Dias, rumah ini baru selesai satu tahun lalu. Dan dia sendiri jarang sekali datang ke sini, karena menurutnya rumah ini terlalu besar jika hanya dihuni sendiri. Lalu, karena sekarang ada aku yang notabennya ‘istri’ Dias, jadi mami menyarankan lebih baik kami tinggal di sini saja dari pada di apartemen. Menurutnya itu akan lebih membangun suasana kekeluargaan di antara aku dan Dias.

Aku terpesona pada bangunan di hadapanku. Bukan karena megahnya bangunan itu melainkan karena keindahannya.Terlebih lagi ketika melihat taman ditumbuhi berbagai jenis bunga, sungguh terlihat asri sekali.

“Sampai kapan kau akan berdiri di situ? Ayo cepat masuk!” Dengan kesal aku berjalan mengekori Dias yang sedang membawa koper-koper kami. Ck, apa dia tidak bisa bersabar sebentar saja? Bagaimanapun juga akukan sedang sibuk mengagumi rumah yang akan menjadi tempat tinggalku sekarang.

“Ini ruang tamu, yang itu ruang keluarga, lalu dapur ada di pojok sana, di belakang juga ada halaman tapi mami belum sempat menghiasnya seperti halaman depan, jadi masih sedikit berantakan.” Aku terus mengekori Dias yang sibuk menunjukkan seisi rumah.

“Lalu yang ini kamar utama.” Kata Dias ketika kami memasuki sebuah kamar dan meletakkan barang-barang kami di sudut ruangan.

Kamar utama? Berarti ini kamar Diaskan? Lalu dimana kamarku?

Aku berjalan menghampiri Dias yang langsung tidur-tiduran dia atas ranjang berukuran king size. “Dias, kau pasti lupa menunjukkan satu ruangan lagi padaku.”

“Tidak ada, sudah semuanya ku tunjukkan.” Jawab Dias yang masih asik berbaring.

“Pasti ada, ayo coba ingat-ingat.” Aku bisa melihat raut bingung di wajahnya, lalu tanpa dosa Dias menggeleng.

“Ka-mar-ku Dias, kau lupa menunjukkan dimana kamarku.” Kataku pada akhirnya. Ck, jahat sekali bagaimana dia bisa melupakan kamarku? Bagaimanapun aku ini istrinyakan.

“Loh bukannya kau sedang berada di dalam kamarmu?” Kali ini aku yang menatap Dias bingung.

Berada di dalam kamarku?

Jadi... jadi ini kamarku?

Huaa ternyata Dias baik sekali membiarkanku tidur dikamar utama.

“Okee, kalau begitu apa bisa kau keluar sekarang? Aku ingin beristirahat.” Ah, akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuh setelah seharian sibuk membereskan barang-barang kami. Memang sih barang-barang kami tidak terlalu banyak, hanya baju dan teman-temannya. Tapi tetap saja hal itu menguras tenagaku.

Belahan Jiwa - Say LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang