Areta tersenyum penuh kemenangan saat lawannya tersungkur kalah.
Ada suatu kepuasan tersendiri saat ia mengalahkan lawanya, tentu saja bukan kepuasan karena lawannya kesakitan seperti itu. Ia merasa bahagia saja ketika dirinya mampu mengalahnya sekolah lain.
Areta mengulurkan tangannya kepada wanita itu dengan tersenyum tipis. Wanita itu meraih tangan Areta lalu berdiri dengan sekuat tenaga.
Areta menatap sesaat ke arah depan, melihat penonton bersorak gembira kemudian menoleh ke arah sampingnya. Dimana, wanita berpangkat sama dengannya berada. Mencoba menanyakan degan sorot mata dan alisnya.
Wanita itu menggeleng lalu tersenyum.
Juri mengangkat tinggi-tinggi tangan Areta, di ikuti teriakan sorak penonton di tribun.
Menang kalah memang hal yang wajar, kamu harus belajar dari kekalahan. Karena sahabat yang paling memberikanmu banyak nasihat yaitu kekalahan.
Areta menundukan kepalanya agar sang juri bisa menyangkutkan medali emas di lehernya kemudian ia menerima trofi yang sudah di suguhkan oleh sang juri.
Areta tersenyum ke arah kamera saat ia di minta untuk berfoto atas kemenangannya dengan para juri.
Di rasa sudah selesai sesi foto, Areta berjalan ke arah di mana kubunya berada. Disana ia sudah di sambut dengan tawa sumring teman-temanya.
"Aduh, kuproy ku menang" ucap Via yang satu eskul dengannya.
Areta tersenyum lalu mengangguk dan menerima tawaran air untuknya.
"Kamu memang hebat Areta, tidak salah saya mendidik kamu sejak sabuk mu masih putih"
Lagi-lagi Areta tersenyum malu atas pujian yang menurutnya berlebihan.
"Duh makasih sabeum" balas singkat Areta.
Sabeum menyuruh agar semua anak eksul berkumpul melingkar. Ia ingin menyampaikan sesuatu.
"Hari ini kita makan besar, sabeum yang bayarin"
Semua anak ekskul bersorak gembira dengan antusias. Ini bukan pertama kalinya sekolahnya memenangkan kejuaraan antar provinsi, bahkan seperempat dari provinsi sudah banyak yang di kalahkan. Dan tak lain itu atas kerja keras Areta yang selalu berusaha.
"Pake duit kas tapi" mendengar sabeum melanjutkan ucapannya. Membuat sebagian dari mereka yang tertawa. Tetapi juga ada yang mengatakan sumpah serapah.
Bagi mereka, sabeum itu adalah teman jika bukan dalam pembelajaran jurus. Mereka selalu menghormati sabeum Panji dan selalu patuh jika dalam keadaan sedang serius.
***
Panas terik matahari menyinari lapangan SMA Bonang Harapan. Semua anak sedang dalam posisi istirahat di tempat. Karena, sang kepsek sedang memberikan amanat."Puji syukur alhamdullilah. Sekolah kita masih menjadi posisi paling atas di tingkat kejuaraan taekwondo antar provinsi. Saya bersyukur mempunyai anak murid seperti siswa-siswi Bonang Harapan ini, tidak di sangka kalian mempunyai bakat. Baik di akademik mau pun non akademik. Terutama untuk Areta. Yang sudah mengharumkan nama sekolah kita tercinta ini untuk yang sekian kalinya. Tepuk tangan untuk Areta sekar"
Semua murid bertepuk tangan bahkan sampai ada yang bersorak ria rusuh.
Barisan yang di samping Areta. Dimana kelas dua belas ips satu berkumpul di sana, banyak yang memberikan pujian bahkan sampai melontarkan kata kata gombal yang menurut Areta receh.
Semua teman sekelasnya pun memberikan pujian.
Areta berjalan menuju kantin bersama Via. Ingin membeli minum karena sehabis upacara membuatnya dehidrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack
Teen FictionBagai serangan jantung. Hanya dengan melihat mu dari kejauhan pun sudah membuat hatiku tersengat. Awalnya, aku tidak mengerti mengapa begini aku pikir ada kelainan dalam tubuhku dan sampai aku menyadari ternyata degupan ini bukan degupan biasa. Mela...