Mungkin dia pria dingin yang baru aku temui di dunia ini.
-----------------------------------------------------------
Areta menghembuskan nafasnya gusar, mengerjakan soal kimia ini buakanlah bakatnya. Ia tidak suka dengan pelajaran ini, apalagi guru yang mengajarnya.
Bu Reni selalu saja memberi tugas entah itu untuk pr ataupun untuk dikerjakan di sekolah. Mustahil jika ia tidak akan memberi soal saat jam pelajarannya.
"Ini gimana sih!" Teriaknya pada Via di sebelahnya.
Via melihat soal yang ada di papan tulis kemudian menopang dagunya dan menggeleng.
"Sama aja! Udah gue pengen nyari jawaban dulu."
Areta bangkit dari tempatnya kemudian berjalan ke arah barisan paling depan. Biasanya barisan paling depan diisi dengan anak-anak yang pintar.
"Woi, Nu. Ini gimana sih?!" Ujarnya sambil membanting buku ke meja Ibnu.
"Eh buset. Lo mau marah-marah apa nanya?"
Areta memutar bola matanya, kesal lalu menarik kursi dan duduk di sebelah Ibnu.
"Nanya lah! Gimana ini?"
Ibnu memperhatikan buku Areta yang masih kosong tak terisi.
"Ini masih kosong?"
"Ya menurut lo?"
Ibnu mengambil bukunya dan melemparkan kepada Areta. "Udah lah copas aja. Gue ngajarin lo juga percuma gak bakal ngerti."
Areta tersenyum kuda. "Ibnu tau aja."
Ibnu bergidik geli mendengar ucapan lebay Areta. "Jijik sumpah. Sana balik ke tempat lo keburu abis pelajarannya."
"Oke siap"
***
Areta berjalan menuju kantin bersama Via, Ibnu, dan Arya. Sebenarnya waktu istirahat usai sepuluh menit lagi dikarenakan waktu istirahatnya di potong dengan pelajaran kimia. karena perut mereka tidak bisa dikondisikan jadi mereka lebih memilih pergi ke kantin.
"Lo mau apa?" Tanya Ibnu.
"Nasi goreng deh." Jawab Areta.
"Gue mie ayam!" Jawab Via.
"Oke.Ayo, Ya." Arya mengguk lalu berjalan di samping Ibnu.
Nettttttt netttt
Bunyi bel masuk sudah terdengar tetapi makanan mereka belum datang.
Ibnu datang dengan sedikit berlari "ini gece!" Ia menaruh semua makanan di meja. "Keburu Pak Henry masuk."
"Yailah santai kali. Gue makan juga perlu napas." Ucap Via yang sedang mengambil sumpitnya.
"Bolos aja kali ya?" Ajak Arya.
Areta,Via, dan Ibnu langsung menatap horror ke arah Arya.
"Lo gak tau pak Henry?" Tanya Areta.
Arya menyendokan satu suapan ke dalam mulutnya. "Tau lah."
"Lo aja mending, Ya." Ujar Ibnu.
"Dih batu gue bilangin!"
Areta menoleh ke kanan dan kirinya kantin tampak sangat sepi hanya ada ia dan teman-temannya, karena pelajaran sudah berlangsung selama lima belas menit mungkin murid-murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing.
Ibnu menumpuk semua piring jadi satu di meja, ia beranjak dari tempatnya. "Gece!" Kemudian ia berlari.
"Gue belum minum." Ujar Areta yang juga berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Attack
TeenfikceBagai serangan jantung. Hanya dengan melihat mu dari kejauhan pun sudah membuat hatiku tersengat. Awalnya, aku tidak mengerti mengapa begini aku pikir ada kelainan dalam tubuhku dan sampai aku menyadari ternyata degupan ini bukan degupan biasa. Mela...