satu

79 3 2
                                    

Seorang pria dengan jas hitam yang masih menempel lekat di badanya,rambut acak-acakan mata sembap khas sehabis menangis hidung merah dan di tambah lingkaran hitam di bawah matannya ia nampak frustasi air matanya terus saja jatuh membasahi pipinya,tak ada inisiatif untuk menghapusnya ia tidak perduli lagi apa yang akan terjadi setelah ini,mobil sport hitam yang ia kendarai melesat laju membelah keramain kota jakarta,hanya satu tujuannya kali ini yaitu rumah sakit.istrinya yang ia cintai baru saja melahirkan anak pertama mereka tetapi sayang nyawa sang istri tidak dapat di selamatkan haruskah ia bahagia di saat yang bersamaan ia di hadiahi sebuah anugrah,di lain sisi wanita yang amat sangat di cintainya meningalkanya untuk selama-lamanya.
Dengan cepat ia memasukan mobilnya ke parkiran,ia terus berlari ke ruangan istrinya di sana sudah di penuhi keluarga dari keduanya yang sedang menangis,seorang wanita dengan jilbab di kepalanya sedang mengendong seorang bayi lucu ya-itu bayi mereka
Laki-laki tadi menangis dengan keras air matanya tidak dapat di bendung lagi
"Ya allah nadin kenapa kamu pergi kamu sudah janji sama saya akan hidup bersama hikss...hikss nadi kamu ningalin si kecil "sang lelaki menangis
"Nadin saya janji akan menjaga anak kita"ia berkata lagi kemudian mencium lama kening almarhuma nadin istri tercintanya

"Sudahlah nak ini yang terbaik allah mengambilnya terlebih dahulu karena allah sayang dengan istrimu"laki-laki dengan kemeja biru tua yang di ketahuai adalah ayah mertuanya,ia juga tidak mampu menahan tangisnya,saat melihat tubuh kaku putri tersayangnya terbujur tidak berdaya.
Mega-ibunya nadin sudah tidak mampu hinga berkali-kali pinsan
Jenazah almarhuma di kebumikan pada jam sepuluh berkali-kali sang ibu di bopong karena pinsan tak sadarkan diri,begitu juga sang suami-fadel juga tak kuasa menahan tangis semua kenangan yang ada di dalam kepalanya setiap titik air mata tidak mampu membayarnya

***
Sehari setelah pemakaman fadel pergi kerumah sakit ia melihat bayi mungilnya yang sedang terlelap dalam kaca besar denga banyak kabel melekat di bagian dada bayi mungilnya itu,sang anak terlahir premature,saat melahirkan sang istri mengalami pendarahan yang hebat hinga ia kekurangan dara yang lebih menyakitkan hatinya adalah ia sedang melaksanakan tugas di luar kota,bening putih kembali menghiasi wajahnya tidak tega rasanya saat melihat anak kecilnya di pasangi berbagai alat di seluruh tubuhnya,sang bayi yang di ketahui berjenis kelamin wanita itu mirip ibunya,ia bukan seperti kebanyakan anak bayi yang lahir warna merah,tetapi tidak dengan bainya yang berwarna kebiruan dan jarang mengeluarkan suara.
Dokter yang tadi mengendong sang bayi meminta fadel agar mengazani anaknya ia pun mengazankan bening yang jatuh sudah tak terhitung
Setelah selesai di adzani sang bayi menangis fadel terharu melihat kejadian itu pasalnya yg ia ketahui dari dokter febi sang bayi tidak menangis sama sekali saat di lahirkan
Naluriah keayahanya muncul ia mengengam tangan mungil anaknya kemudian meciumnya.
"Pak ini anaknya siapa namanya?"dokter febi yang menagani almarhuma istrinya melahirkan bertanya kepadanya

"Namanya adzani nadila syafanisa"fadel tersenyum saat ia memberikan singkatan namanya dan sang istri di tengah-tengah nama anaknya

***
Dua minggu berlalu fadel sudah bisa mengontrol dirinya,bayinya juga masih berada di rumah sakit masih dalam kaca yang memisahkan mereka berdua.ia bingung melihat dokter febi yang agak panik di temani dengan tiga orang suster yang membantunya ia menguncang-guncankan tubuh bayi aza-anak fadel,sang ayah sempat panik ia meringis saat putrinya di gantungkan,di kelitiki oleh dokter febi,fadel tidak bisa masuk kedalam ruangan ia hanya di izinkan melihat dari luar melalalui kaca transparan yang berbatasan langsung dengan ruangan anaknya

Dokter febi dengan gesit memasukan sebuah selang berukuran sedang kedalam mulut sang bayi cairan bening keluar dari hidung dan mulut bayi makin banyak keluar lendir itu,setelah itu dokter febi mengelitiki dan memegang kaki kepala di bawah dan di goyang-goyangkan ia mencari nafas sang bayi,lima menit hinga sepuluh tidak ada reaksi hinga mereka memutuskan untuk menyemprotkan uap,ruangan tersebut di kepul uap hinga sepuluh menit berlalu tidak ada reaksi tim dokter hampir menyerah,dokter febi meminta suster rana mengambil air dalam kemasan ia berniat minum karena lelah,sang bayi di nyatakan meningal badanya sudah membiru

Mengejar MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang