3#

1.4K 66 5
                                    

Sudah seminggu lebih pengurus MPK dan OSIS yang baru mengerjakan tugas mereka. Tak ada masalah, sampai akhirnya Alexa membuat satu kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.

"Mohon maaf untuk guru yang sedang mengajar. Panggilan ditujukan untuk Alexa Keyshia 11 Ipa 1 untuk ke ruang Osis sekarang juga. Terima kasih."
Suara ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh penghuni SMA Tunas Jaya. Suara berat, dan serak-serak basah itu suara khas sang ketua OSIS.

***

*Braaakk*
Tolakan pintu dengan suara yang kencang membuat Aldo terkejut.

"Napa lu manggil-manggil? Masih mau nanya-nanya masalah gua yang kemaren?"
Ternyata suara itu berasal dari tolakan Alexa.

Sedang memainkan HandPhonenya, ia terkejut mendengar suara keras pintu itu.
Spontan Aldo melihat ke arah pintu.

"Lo!—"
lanjutnya, "Kenapa masih ngelakuin hal bodoh kayak kemaren?" tanya Aldo dengan nada tinggi.

Sambil bersandar di tepi pintu dan memainkan kukunya ia menjawab, "Urusannya sama lo apa?"

"Eh Xa, lu itu contoh teladan sekolah ya. Yang bikin nama sekolah baik,naik. Tingkah lu diubah dong. Jangan ngerokok di sekolah lagi.
Ini peringatan sekali buat lo. Oh ya, katanya pangkatan lo lebih tinggi dari gua, tapi apa? Bullshit. Kelakukan udah kayak Bitch. Murah."

Terkejut mendengar bahasa kasar itu. Alexa pun sontak menegak kan tubuhnya dan jalan ke arah Aldo.

*Plaaaakk*
Tamparan keras dari tangan mulus Alexa ke pipi Aldo.
Ucapan yang Aldo lontarkan sangat tidak baik untuk mengatai seseorang.

"Mulut lo ya, ga disekolahin? HA? Percuma lo jadi ketos tapi mulut kayak banci. Setan"
Alexa pun naik darah. ia sangat tak terima di katakan seperti itu. Lagian, ada orang yang terima di katakan 'bitch' oleh laki-laki?

Ia pun berlari menuju kelas sambil mengusap air matanya yang terus berjatuhan di pipinya

-

Sesampainya dikelas langsung ia duduk di bangkunya. Spontan Erick langsung duduk di samping Alexa.

"Maaf, Lo kenap—" belum Erick menyelesaikan bicara, Lexa langsung memeluk erat Erick dan bersandar sambil menangis di lengan Erick.
Erick membalas pelukannya dan mengusap kepala Alexa.

Masih terisak, Lexa mulai buka mulut soal kejadiannya tadi. "Kenapa sih Aldo dengan enaknya ngatain gue 'bitch'? Apa karna mama gue? Kenapa gue juga kena?"

Erick speechless, ia tak menyangka bahwa yang membuat Alexa menangis adalah Aldo dengan bahasa kasar itu.

"Lo jangan nangis Xa. Kalo lo nangis, ini Alexa yang bukan gue kenal. Alexa yang gue kenal, dia kuat, gacengeng, ga lemah. Jangan nangis lagi,Xa."

Sekitar 5-7 menit ia bersandar di pundak Erick. Menangis, dan menggumam tidak jelas.

Alexa bangkit dari bersandarnya tadi, ia pun mengelap air mata yang ada di pipinya. "Makasih Rick. Gue gatau gue harus cerita ke siapa. Maafin gue juga, dulu gue jahat banget sama lo." Langsung berdiri dan pergu ke luar kelas.

Hanya tersenyum bahagia, ia tidak menyangka. Hati dingin Alexa bisa diluluhkan. Alexa yang dingin bisa juga menangis. Alexa yang dingin bisa juga menyadarkan kepalanya di bahu seseorang.

Di luar kelas, terlihat Alexa yang masih bersedih. Tak tega, Erick pun menyusulinya lagi.
"Xa? Maap-maap nih, emang lu bikin masalah apa lagi sampe digituin sama Aldo?"

Alexa pun menoleh kebelakang, "Rick, demi apapun gue cuma cerita sama lo. Tolong jaga rahasia gue." pintanya, Erick pun mengangguk paham.
Lanjutnya, "Gue ngerokok bareng temen main gue didepan sekolah ini. Gue lupa buka seragam, tapi serius ya, lambang sekolah kita ga keliatan. Terus tanpa gue sadari, ada Aldo juga disitu." jelasnya rinci.

Erick speechless lagi, entah apa yang ada di benak nya. Melihat Alexa ternyata masih merokok. Ia kira selepas kepergian papanya, Lexa bakal berubah, ternyata tidak. "Xa, lo ngerokok lagi? Ini gu—" putusnya

"Iya. Kalo lu juga gamau temenan sama gue lagi gapapa. Gue paham." bicaranya, langsung meninggalkan Erick.

Tak tinggal diam, Erick pun mengejar Lexa dan mendapatkan lengan nya. "Xa, gue gabakal pergi dari lu. Gue sayang sama lu. Gue bakal tetep jadi teman yang selalu ada saat lu susah." jelasnya.

Alexa melihat mata Erick yang seperti mengatakan "bersungguh-sungguh" , ia pun memberikan senyuman hangat khasnya.

"Tidak ada hal yang lebih indah dari melihat betapa indahnya senyum manis mu." -Erick Trivan

Ketua OSIS vs Ketua MPK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang