4#

1.2K 60 3
                                    

Sepulangnya ia dari sekolah. Lexa pun mendapati Mama-nya sedang menelpon seseorang dengan bahasanya yang 'centil'

Setelah Mama nya menutup telepon, Lexa pun mencoba memanggil lembut mama nya.
Fyi, Alexa memang keras di dunia sekolahnya, tetapi tidak dirumah. Dirumah, ia seperti putri kecil yang polos.

"Maa..." omong Lexa pelan.
"Eh, my sweetie gurl. Kenapa sayang?"

Agak jijik setiap kali mamanya memanggil seperti itu. Pakaian yang terbuka,serta panggilan seperti itu pasti sebagain dari kita tau apa pekerjaan mama Lexa.

"Mama janji apa sama Lexey?"
baca; lekseiy, panggilan 'imut' dari mamanya.

"Mommy janji apa beb? Gada tuh perasaan." jawab mamanya dengan logat 'centil'nya.

"Mama janji, mama berenti kerja kek begini. Mama janji mama bakal ngehidupin lexey dengan uang halal. Tapi apa?" jawabnya dengan menunduk dan penuh isakan.

Dinda —Nama Mama Alexa terdiam kaku seperti patung. Entah apa yang di ucapkan anaknya hingga ia membeku seperti ini.

'Im sorry darling.' ucapnya dalam hati sambil menahan air matanya agar tak jatuh.

"Eh mommy mau pergi dulu ya sama temen-temen mommy. Bye Lexey my honey sweetie gurl." potongnya, lalu berjalan ke arah pintu sambil mencium pipi Alexa yang sedikit basah karna air matanya.

Hampir di dekat pintu, Alexa pun mulai mengatakan sesuatu, "Tolong Lexey ma. Cari uang halal. Lexey gamau makan uang haram." Langsung ia berlari ke anak tangga dan masuk ke kamarnya.

Disisi lain, Dinda sangat terhenyak mendengar anaknya berkata seperti itu. Belum ia memasuki mobil, masih di teras, ia menangis tersedu-sedu. Ia merasa gagal menjadi ibu, tetapi apa daya. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

Alexa pun sudah memasuki kamarnya. Ia baring dengan tengkurap sembari menangis tersedu-sedu. "Kenapa sih gue gabisa bahagia seneng sehari aja. Disekolah gue nangis gara-gara Aldo, sekarang? mamah.
Kenapa cuma gue yang harus ngalah? Demi kesenengan mama. Papa?—" ia terdiam sebentar.

Lanjutnya, "Papa? Lexa kangen. Papa kenapa harus pergi dari rumah? Pa, maafin Lexa juga. Lexa harus boong sama semuanya. Lexa bilang papa udah ga ada. Maafin Lexa, pa. Lexa mau tinggal sama papa." sambil menangis tersedu-sedu dan melihat foto ia berdua bersama Papa nya.

Selama ia menangis tadi, mata nya mulai ngantuk. Ia pun tertidur.

***

Waktu pun telah menunjukan pukul 15.00

*toktoktok*
"Non.."Izin Bi Inah .
Tidak ada respond.
*toktoktok*
"Non.. Ini bibi non—"

Lexa pun terbangun dan membuka pintu. "Ngapa?" tanya dengan muka yang masih setengah sadar dan mata yang bengkak.

"Itu..Eh mata non kenapa?Kok bengkak?"tanya bibi.

"Gapenting. Intinya sekarang kenapa ngetok pintu?"

"Itu non, di bawah ada temen non. Siapa gitu namanya. Ri-ri, Alvi-Al —-" masih berpikir.

"Rivaldo Alviano?"

"Iya non itu namanya. Dia nunggu di bawah sekarang."

Dengan terkejut. Alexa pun langsung mencuci muka dan bersiap apa adanya.

***

"Kenapa?" terdengar suara seseorang dari belakang sofa. Itu adalah Alexa.
Sontak Aldo pun menoleh kebelakang.

"Sini dulu gua mau ngomong."pinta Aldo.

Alexa pun sudah duduk. Tetapi ia bingung, dari mana Aldo mengetahui rumahnya. Setaunya, dari mereka kelas 10, tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan rumahnya.

"Sebelum lu ngomong.
Lu tau rumah gua dari mana?" tanya Lexa sambil menyemili kue yang ada di meja tamu.

"Huft, dari biodata lu di TU."
Lanjutnya, "Gua dateng kesini cuma mau.." diam sejenaknya. Lanjutnya lagi, "Mau minta maaf soal tadi. Gua Khilaf. Kita bisa temenan kan sekarang?"

'WHAT!?!?! SEORANG RIVALDO ALVIANO MAU MINTA MAAF SAMA SESEORANG? WAW.' ucap Alexa dalam hati.

"Indahnya hari hari ku tidak ada artinya jika tanpamu, Mama." -Alexa Keyshia

Ketua OSIS vs Ketua MPK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang