BAB 3 - Dia Kembali

2.8K 183 32
                                    

Enjoy it!!

***

Hujan lagi-lagi turun menemani Ray yang saat ini masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Masih diruang rawat inap yang sama beberapa hari yang lalu. Ray menatap kosong kearah jendela yang saat ini lagi berembun akibat tetesan air hujan. Pikirannya lagi-lagi tak pernah bisa tenang. Selalu memaksanya berfikir keras padahal saat ini kondisinya masih sangat tidak memungkinkan untuk mengingat rasa sakit itu.

"Tok..tok!" Suara pintu ruang inap Ray diketuk.

Tak berapa lama Ray melihat sosok wanita muda seumuran dengan dia muncul dari balik pintu. Rambut panjang itu, senyuman manis itu serta lesung pipinya yang selalu memberi ketenangan bagi Ray, sekarang bisa muncul tiba-tiba di hadapannya.

"Rain!" Ray berteriak sampai matanya ikut terbuka lebar.

Senyum Ray tersungging lebar, sangat lebar malah sampai muka Ray juga ikut memerah saking bahagianya.

Rain Kenza Rawlesya adalah sahabat kecil Ray yang sedari dulu selalu menjadi alasan dia bertahan. Sudah 8 tahun ini Ray dan Rain berpisah. Sejak kecelakaan itu Ray pindah meninggalkan rumah lamanya. Dia bahkan tidak sempat pamit kepada sahabat kecilnya itu.

Sedangkan Rain, selama 8 tahun ini dia selalu mencari keberadaan Ray. Mulai dari menanyakannya kepada orang tuanya, teman teman kelas Ray yang dulu, dan menanyakan kepada keluarga bi Endah di kampung. Karena hal itu jalan terakhir untuk dia tau alamat rumah Ray saat ini.

Sebenarnya sudah 5 tahun belakangan ini Rain ingin menyusul Ray. Tetapi, karena sekolahnya lah Rain terpaksa sabar menunggu hingga saat ini dia bisa pindah dan menetap di kota yang sama dengan tempat tinggal Ray karena papanya di pindah tugaskan dikota ini.

Kau tau, takdir tak bisa ditebak.

"Sepertinya takdir memang berencana mempertemukan kita Ray." Suara lembut itu mengejek Ray seraya tertawa kecil.

Jujur saja, Rain saat ini sangat cemas melihat keadaan sahabat kecilnya itu. Muka Ray sangat pucat, dibawah matanya itu ada lingkaran hitam yang menandakan sang pemiliknya lelah dan kurang tidur.

"Aku rindu kamu Ray." ucap Rain sambil memeluk Ray erat.

Satu dekapan memberikan kehangatan bagi keduanya. Air mata Ray mengalir. Kali ini bukan air mata luka itu tetapi ini adalah air mata kebahagiaannya.

Ray mempererat pelukannya dan membisikan sesuatu dibelakang telinga wanita cantik itu.

" Aku lebih rindu sama kamu Rain." bisiknya

Satu kalimat yang memberikan ketenangan bagi Rain sebagai pendengarnya. Semua usahanya selama ini mencari keberadaan Ray akhirnya tidak sia sia. Dia sangat bahagia bahwa Ray ternyata masih mengingatnya dengan jelas. Meskipun sudah sangat lama tidak bertemu.

Setelah beberapa lama dekapan itu pun akhirnya dilepas oleh keduanya. Ray saat ini memandang wajah Rain lekat. Ia memperhatikan wajah itu perlahan, berharap rasa rindu itu setidaknya bisa sedikit berkurang.

" Lo kok bisa sih hidup tanpa gue gini?" ucap Rain dengan nada yang agak manja.

Pertanyaan barusan membuat Ray yang mendengarnya tersenyum geli.

" Mana ada sih pangeran bisa hidup tanpa seorang putri." jawab Ray dengan nada mengejek

Penyataan Ray barusan sontak membuat keduanya tertawa. Jelas saja hal itu mengingat kan mereka pada 8 tahun lalu. Dulu mereka di sekolah memang sering disebut seorang pangeran dan putri. Karena dari dulu Ray selalu menjaga Rain dari apapun. Termasuk dari kejahilan teman teman lelaki Rain hingga membuat anak itu menangis.

Survive In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang