Pemuda tinggi itu tertegun melihat dua pasang sepatu yang tertata apik di dekat pintu masuk. Sepatu kulit pria dan high heels putih tampak asing baginya.
Tamu yang tadi disebutkan eomma?
"Chanyeol?" Kakaknya, Yoora, menghampiri.
"Siapa yang datang, noona?"
Yoora hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya singkat, berlagak tidak tahu. "Masuk dan cuci kakimu! Kami tunggu di ruang makan."
Chanyeol hanya menurut. Segera setelah ia mencuci kaki serta tangannya, ia menuju ruang makan. Di sana, tengah duduk empat orang. Ibunya, kakaknya, dan dua tamu yang tidak ia kenal. Ibunya sedang asyik mengobrol, begitu pula dengan Yoora yang asyik menyimak.
"Oh, Chanyeolie!" sambut Eomma Park yang langsung berdiri ketika menyadari kedatangan putra bungsunya. Bukan ibunya, melainkan tamu pria yang ikut berdiri itu yang menjadi perhatian Chanyeol kini.
"Sayang, ini Paman Junmyeon, teman SMA Eomma. Juga putrinya, Sandara," ibunya memperkenalkan. Yang disebut sebagai Paman Junmyeon itu mengulurkan tangannya. Tidak bisa disembunyikan lagi ekspresi curiga dari Chanyeol, tetapi ia tetap saja menyambut uluran tangan itu. Berbeda dengan Sandara, gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu menatap Chanyeol.
"Ayo duduk, kita makan malam!" ajak Eomma Park riang. Chanyeol segera mengambil tempat di sebelah Yoora, berhadapan dengan Sandara. Sementara ibunya duduk di sisi meja kiri, dekat dengan Yoora. Selama makan pun Chanyeol tidak fokus dengan makanannya, malah sibuk memperhatikan Junmyeon juga putrinya.
Bagaimana tidak? Sejak mulai makan, pria itu terus berbicara tentang ia dan anak gadisnya itu. Pekerjaannya, kesuksesannya, juga pendidikan putrinya.
Pria berkacamata itu terlihat sangat tampan, meski usianya sedikit lebih tua dari Eomma Park. Aura mapannya pun sudah terlihat dari luar, bahkan oleh orang awam sekalipun.
Sedangkan Sandara? Ia lebih terlihat seperti anak pindahan yang mendapat bangku di pojok kelas, tidak berbicara dan hanya menunduk sambil menunggu teman-temannya mengajak berbicara. Persis.
"Dara ini benar-benar manis, ya?" tanya Junmyeon tiba-tiba sambil mengusap rambut putrinya. Eomma Park mengangguk antusias. Tidak lama, tatapan mata pria itu berubah sendu. "Tapi putriku ini... anak yang malang. Tidak bisa mendengar, juga ditinggal ibunya ketika masih balita. Dia tidak pernah ingat kasih sayang seorang ibu."
...hah?
"Paman belum pensiun, tidak bisa selalu menemani Dara. Paman ingin sekali mencarikan sosok ibu untuk Dara.."
Chanyeol mulai mengerutkan dahinya. Rasanya ada yang salah dengan arah percakapan ini... Hal semacam itu sepertinya tidak perlu disebutkan jika tidak ada yang benar-benar bertanya.
"Ahjussi," panggil Chanyeol. Tidak hanya Junmyeon, semuanya ikut menoleh--kecuali Dara yang masih memperhatikan piring kosongnya. "Apa hubungannya keinginan Anda dengan keluarga kami?"
Selain Yoora yang tiba-tiba tersedak, tidak ada lagi yang bersuara.
...
"Brengsek!" umpat Chanyeol kesal begitu ia melepas helmnya. Ia mengacak rambutnya, sekali-kali menjambaknya. Setelah terdiam agak lama, ia memperhatikan sekitar. Baru ia sadari bahwa ia berhenti di depan taman kota. Pikirannya tidak fokus sejak tadi, mengendarai motor hampir ugal-ugalan dan tidak punya tujuan.
"Chanyeol, sudah waktunya Eomma kita menikah lagi. Memangnya kamu tidak kasihan? Sebentar lagi kamu akan kuliah, aku pun harus bekerja jauh. Eomma pasti kesepian.."
YOU ARE READING
I'm Sorry
Fanfiction[Chansoo] "Seandainya bukan karenaku, ini semua tidak akan terjadi." -Do Kyungsoo, pemuda 17 tahun yang sadar telah melakukan kesalahan fatal. Namun, bagaimana bisa ia menebus kesalahannya jika pemuda Park sialan itu selalu menghalanginya?