Part 4

204 14 2
                                    

Seno

1...2...3...4...Jam tanganku berbunyi mengikuti irama gerakan dari jarum jam. Suaranya yang tenang sangat mendukungku melakukan aktivitas ini. Tangan kiriku sibuk mengetuk meja layaknya bos besar yang sedang berpikir bagaimana tentang kelanjutan perusahaannya, tapi tidak denganku. Aku sedang berpikir cara apalagi yang harus kugunakan untuk menarik perhatian gadis babi itu. Gadis babi yang setiap malam datang dan mengobrak-abrik isi otakku. Aku membencinya, sangat! Iya benci karena dia menolak rasa yang ingin kubagi ini.

Detik hingga menit kulewati. Kulihat dia tidak melakukan aktivitas yang berarti, hanya melihat keluar jendela sambil memainkan pulpennya.

"Berdiri!" Seru Zara sebagai ketua kelas yang tengah melakukan tugasnya untuk memberi salam sebelum guru keluar kelas.

"Memberi salam!"

"Selamat siang bu."

Semua teman dikelasku berhamburan, beberapa ada yang menuju kantin meski belum waktunya istirahat, beberapa menarik kursi mereka mendekat dan membuat kumpulan untuk bergosip. Tapi tidak dengan si babi dan kawannya. Jika aku mengganggu si babi sekarang maka teman-temannya pasti akan memberi tameng. Ah sebaiknya tak kulakukan sekarang, Lebih baik aku makan agar energiku lebih banyak karena perlawanan si babi cukup kuat.

Yoan

"Eh film yang kita tunggu-tunggu udah tayangkan di bioskop?" Anya memulai obrolan setelah guru beranjak dari kelas kami.

"Iya kemarin gue udah liat posternya di ig," Ucapku sambil merapikan buku dan alat tulis.

"Yaudah tunggu apalagi? Sikat kursi bioskopnya gengs," Zara bersemangat

"Akomodasi tetep lo tapi Zar hehe," Surya emang yang paling gatau malu.

Ngobrol-ngobrol rutin yang dilakukan oleh kami sebelum guru selanjutnya masuk, terkadang kami memang memilih untuk menunggu guru dengan cara berbincang di kelas dibandingkan berjalan jauh kekantin. Obrolan kami hanya seputar film, ngomongin orang, dan ngejek Surya udah itu doang. Emang keliatannya gak berarti tapi sebenernya dari hal-hal yang gak berarti itu yang bisa bikin kita berempat jadi lengket kaya sekarang.

"Eh yaudah cepet booking kursi sekaranglah, keburu penuh," Saranku pada Anya

Anya menimpali "Oh iya lupa kalo ini film laris wkwk," Anya lalu mengambil hpnya dari dalam tas lalu menekan-nekan layarnya dengan penuh rasa degdegan. Ya kami memang seperti ini setiap akan memesan kursi bioskop. Dada berdebar, peluh menetes, mata melotot semua deh kami rasakan seperti sedang menonton acara sepak bola yang pemainnya tengah membawa bola menuju gawang. Kadang gol kadang meleset, seperti itulah kami, lucu bukan?

"LAH PAS BANGET NYISA 4 KURSI WOYY!"

"YA UDAH TAU MEPET NGAPAIN LU PELOTOTIN BADAK! PESEN DONG CEPET!"

Suara teriakan kami memenuhi isi kelas, tapi kami tak risau. Teman yang lain pasti sudah paham betul akan kelakuan kami yang emang gak jelas banget. Dan teriakan kami kembali menggelegar saat ternyata kami berhasil memesan 4 kursi pada detik-detik terakhir mungkin ada juga yang akan memesan kursi itu.

Kami tersenyum sambil berdrama tengah terharu akan hasil yang kita dapatkan. Memang alay 3 kawanku ini, Terkecuali aku. Tapi aku berpikir kembali, film yang akan kami tonton ini bergenre romantis. Pikiranku bergerilya ketika membayangkan aku, Zara dan Anya memperebutkan kursi untuk duduk disamping Surya agar tak terlihat terlalu ngenes.

Anya menyadarkan pikiranku yang tengah bepikir, "Besok pas adegan romantis lo semua harus stay cool ya. Gausah norak teriak-teriak gak jelas pas ada adegan romantisnya, Malu gue."

"What the ****, bukannya lo yang biasanya kaya gitu sampe nyakar sana sini?" Balasku sinis.

Zara dan Surya hanya tertawa, hingga bel pelajaran selanjutnya kembali berbunyi dan ya seperti biasa teman yang lain ada yang masuk dengan terburu-buru sambil membawa tas kresek penuh makanan mereka dan menyantapnya saat guru tengah lengah.

Bayu

Ting tong ting tong

"Pintu teater 2 telah dibuka, pengunjung dimohon memasuki ruang teater"

Kupandangi tiket bioskop yang bukan miliku, melainkan milik kakak sepupu dengan istrinya. Menonton film romantis begini bukan styleku. Semua ceritanya sama saja. Cewe cowok ketemu, kenal, gombal, konflik, ending bahagia. Tidak ada menariknya sama sekali. Namun tiket bioskop ini menjadi menarik kita 4 orang dengan 1 wajah familiar datang dengan senyuman mereka yang tampak bahagia. Takdir? Aku rasa tidak. Tapi ini seperti sebuah kebetulan yang sudah diatur. Tuhan sedang memainkan rencananya.

Kulambaikan tanganku kearah mereka, dan yap lambaian tanganku menarik perhatian mereka terutama si cewek kacamata. Jika ke 3 orang itu tak mengenalku wajar, tapi si kacamata? Dia hanya melihatku sekilas dan langsung mengalihkan pandangannya, Ah aku tau dia sedang malu saat ini.

Ting tong ting tong

"Pintu teater 3 telah dibuka, pengunjung dimohon memasuki ruang teater."

Terdengar kembali suara wanita penghuni bioskop itu, ruanganku telah disebut dan aku segera memasuki ruangan. Aku malas memasuki teater paling akhir karena pasti semua mata akan memandang ke arahku dan ya....aku tengah sendiri untuk menonton film romantis ini.

Lampu bioskop mulai dimatikan saat beberapa orang masih sibuk mencari kursinya. Begitu juga dengan beberapa orang disebelahku yang baru datang dengan suara ricuh mereka. Ingin kulihat wajah-wajah orang tak beretika ini, namun apa daya lampu telah dimatikan.

Blitzzz

Seorang gadis tepat disebelahku menghidupkan layar hpnya hingga membuat wajahnya terlihat ditengah gelapnya ruang bioskop.

"Kamu..."


Hai, Maaf ya part 4 lama updatenya. Author lagi ujian soalnya xD  Enjoy baca part 4 nya love ;)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Tak di NantiWhere stories live. Discover now