Minggu pagi ini adalah libur terakhirnya dimasa libur panjang kenaikan kelas. Raina masih pada tempat ternyamannya, padahal ia tidur lebih awal dari biasanya, ia sedang bermalas-malasan. Meskipun ini belum terlalu siang, tapi biasanya Raina akan lari pagi satu jam yang lalu. Karena biasanya Raina keluar kamar jam 6 untuk lari pagi selama dua jam dan kemudian membersihkan halaman juga menyiram bunga-bunga di sana. Ia senang melakukan hal itu sendiri, karena menurutnya hal itu lah yang membuat liburnya lebih berwarna. Ya dengan bunga-bunga koleksinya yang ia tanam. Ia pun melakukannya hampir disetiap hari minggu.
Setelah kejadian di rumah Luna kemarin ia langsung pamit untuk pulang dengan alasan ia sangat tidak enak badan. Padahal ia masih ingin menemani temannya dihari bahagianya itu, tetapi keadaan membuat Raina sudah lelah dengan semuanya.
Berbeda dengan Alfaro, ia berada di dalam keadaan antara senang dan sedih. Senang ketika Raina pulang ia bisa curhat dan menjelaskan yang sebenarnya kepada Luna dan sedih karena tidak bisa berlama-lama dengan orang yang disukainya.
***
Flashback, di rumah Luna...
"Jelasin ke gue!" Ucap Luna dengan tatapan yang tidak ramah kepada Alfaro karena biasanya pria itu pasti bercerita kepada Luna terhadap apapun yang dialaminya. Alfaro pun nyaman bercerita pada Luna karena ia saudara dan dekat dari kecil ditambah keduanya saling percaya bahwa mereka tidak akan saling menghianati dengan menceritakan kembali kepada orang lain apa yang sudah mereka ceritakan.
"Jelasin apa?" Balas Alfaro.
Mata Luna menyipit dan berjalan perlahan mendekati Alfaro. Matanya yang tajam membuat Alfaro berjalan mundur menghindari ancaman dari Luna. Alfaro tidak bisa lagi menjauh, badannya sudah menempel pada dinding. Luna tertawa sinis dan mendekatkan wajahnya kepada Alfaro.
"Kalo lo gamau cerita, sampe lo mati jangan pernah lagi cerita ke gue dan gue akan kasih tau orang tua lo bahwa lo anak ternakal sedunia" bisikan Luna membuat Alfaro langsung menelan ludahnya.
Alfaro memasang tawa tidak berdosanya "Hehe. Iya gue bakal cerita" kemudian mereka duduk di sofa dekat jendela kamar Luna.
"Jadi dia cewe yang gue suka dan dia yang selalu gue ceritain ke lo. Temen TK kita dulu yang sekarang udah jadi cewek super cantik yang selama ini gue suka perhatiin dari jendela rumah gue tiap dia ada di depan rumahnya" jelas Alfaro dengan panjang lebar.
Luna hanya melongo mendengarnya. Jelas ia kaget bahwa perempuan yang disukai sepupunya ini adalah Raina Frandalia yang tinggal tepat di depan rumahnya Alfaro. "Pantes aja lo hampir tiap minggu pulang ke sini jauh-jauh dari Bali dan akhirnya mutusin buat pindah sekolah, jadi itu karena dia?" Luna berhenti bicara kemudian meledakan tawanya. Alfaro hanya bingung melihat reaksi sodara sekaligus sahabatnya ini, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kenapa ketawa? Emang lucu ya?"
"Hahaha. Lucu gila, parah banget lucunya. Gue yakin Mr. Bean aja kalah lucunya" balas Luna seakan mengejek Alfaro. "Duh. Jadi beneran jatuh cinta yaa. Udah deh ah make up gue ancur nih lama-lama ketawa. Ayo turun ke bawah tamu gue pasti udah pada nunggu."
Alfaro ikut tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, kemudian mengikuti Luna yang sudah hilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA - Percintaan Remaja
Teen Fiction"Takdir memang kekal, dan jodoh adalah takdir. Tapi jodoh bukanlah takdir yang sepenuhnya di pasrahkan. Seperti halnya harta, apa kita bisa mendapatkannya jika hanya berdiam saja?" -Jodoh itu kalo gada rintangannya ya gak asik!- Seorang gadis cantik...