TAIL SIDE #4 - BED TALK

1.7K 139 42
                                    

Disclaimer: Shingeki no Kyojin is not mine. It all belongs to Isayama-Sensei.

.

.

.

[Siang Hari, 9 Maret… ]

Sekitar 7-8 Sebelumnya

Sinar matahari yang sedang terang-terangnya menaungi siang hari di seluruh kota London, sedikit awan terlihat sedang mengajak beberapa hembusan sisa-sisa angin musim dingin untuk menari dibawah teriknya panas. Sebuah cuaca yang sangat rentan untuk membuat tubuh manusia jatuh sakit seketika.

Jauh dipinggiran kota dengan segala hiruk-pikuknya. Disebuah gudang bekas yang sudah terabaikan dari segala aktifitasnya, tak seorangpun yang mendekatinya. Nampak seorang lelaki tua bertubuh jangkung berjalan dengan lunglai dan membuka salah satu pintunya yang besar tersebut.

Winter coat, sarung tangan, cravat putih, celana jeans dan sepatu laras yang dikenakannya nampak hitam keseluruhan. Walau raut wajahnya tertutup dibawah naungan topi high-top yang tetap selaras dengan fashion-nya yang sangat mencurigakan tersebut, tak ada satu kehidupan pun disana yang menyaksikan kehadirannya saat memasuki gudang besar itu.

Segera saat dirinya ingin memasuki lebih dalam, sebuah ruangan yang nampak lebih kecil dan lebih kokoh dibanding penampilan luar dari sebuah gudang tua tadi, sebuah benda dikantong jaketnya bergetar dengan sebuah alunan musik orkestra lembut ciptaan Beethoven, perlahan dikeluarkanlah smartphone miliknya yang menunjukkan panggilan masuk tersebut.

Melihat nama yang tertera dilayar smartphonenya, si pria tua hanya mendengus seakan malas untuk mengangkatnya. Dengan berat hati dia menjawab panggilan melalui handsfree ditelinga kirinya sembari kedua tangannya merogoh kunci untuk memasuki ruangan yang nampak seperti brankas raksasa tersebut.

“Yo, halo kawan lama… Lama tak berjumpa… Tumben sekali kau meneleponku-” Ujar Kenny membuka percakapan via telepon itu, tanpa menunggu lama suara disisi lain telepon langsung menghentak dengan nada tinggi yang menandakan ketidakpuasan sang penelepon.

“Hentikan permainan bodohmu itu Kenny! Aku sudah muak dengan segala permainan bodohmu itu. Segera tuntaskan tugasmu dan kau akan menerima bayaranmu segera.”

“Hei, hei… Tenanglah sedikit Mr. Zeke… Kau tidak perlu buru-buru. Apalah seninya memakan apel tanpa mengiris kulitnya dengan indah? Lagipula uangku masih banyak, biarkanlah aku menikmati momenku untuk sementara.” Jawab Kenny yang sudah memasuki ruangan dan bergerak untuk menyajikan secangkir Whiskey dingin untuk dirinya sendiri.

“Kenny, aku tidak akan memberi keringanan padamu. Apa kau sudah lupa dengan apa yang telah negara lakukan pada kita, hah? Kita hanya dimanfaatkan layaknya seekor babi ternak yang dibuang saat sudah tidak dibutuhkan lagi.”

“Hn…”

“Kau… Akan kupertegas sekali lagi, apa kau masih berpihak padaku? Aku bisa dengan mudah mengakhiri nyawamu jika Annie melaporkan kecurigaan tentang dirimu, kau tahu!”

“Zeke… Aku tidak pernah mengkhianati keloyalanku pada pihak yang telah memberikan tawaran tertinggi-nya, kalau kau sampai meragukanku, aku bahkan juga bisa dengan mudah mengakhiri hidupmu, kau tahu… Yah lagipula batas deadline misiku ini masih tersisa seminggu lagi bukan. Aku bahkan mampu untuk menyelesaikannya dalam 1 hari terakhir, wahai mantan perdana menteri yang terhormat!”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Life: Two Sides of A Coin and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang