Ara meneguk kopi pahit buatannya sendiri untuk ke sekian kalinya. Matanya benar-benar tidak bisa lagi di ajak kompromi. Sesekali ia berguling lalu bangkit lagi untuk menyelesaikan gambarnya.
Fadli sudah beberapa kali meminta Ara untuk tidur. Sedangkan Kika dan Laras sudah berada di alam mimpi sejak 15 menit yang lalu, Putra dan Didi sibuk menyelesaikan satu kertas gambar yang sudah hampir semalaman mereka kerjakan tapi tidak kunjung selesai.
Rifaat sendiri sibuk mengecek lokasi yang akan mereka survey lewat aplikasi khusus. Ini ia lakukan agar Ara dan teman - temannya tidak kebingungan nantinya saat mereka survey.
Rifaat tidak seperti senior kebanyakan yang suka semena - mena pada junior, alasan ia mengulang mata kuliah ini bukan karena ia bodoh hingga mendapat nilai error, tapi karna waktu semester satu dulu dia tidak mengikuti survey lapangan yang sifatnya wajib sehingga ia dipastikan mendapat nilai error dan baru ada kesempatan mengulang saat ia semester 7.
Ara meraih gelas kopinya yang sudah kosong. Ia melihat gelas kopi Rifaat juga sudah kosong. Ara membawa serta gelas Rifaat untuk ia buatkan kopi.
Setelah hampir dua puluh menit bergelut di dapur, Ara membawa dua gelas kopi lalu menyodorkan segelas pada Rifaat.
"itu apa kak ?" Ara menunjuk pada sebuah gambar yang tertera di laptop Rifaat.
"itu tanjakan. Rute survey kalian ada beberapa yang menanjak" jawab Rifaat lalu meneguk kopi yang dibuatkan Ara.
"kopi kamu lumayan juga" Ara anggap itu ucapan terimakasih dari Rifaat.
Ara menguap dengan cukup lebar hingga membuat Rifaat tertawa lepas.
"sana tidur. Kamu pasti belum terbiasa yaa. Maklum mahasiswa baru. Nanti juga kamu pasti terbiasa" Rifaat menunjuk ke arah sofa yang berada depannya. Jangan tanya sofa yang mana, sudah pasti sofa yang mengisahkan tragedi ngeces seorang Ara.
Ara melihat sekeliling, dan yaa hanya sofa itu yang tersisa, meski masih trauma dengan kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam yang lalu, ia tidak ada pilihan selain tidur di sofa itu dan harus mengingat kejadian itu hingga ia terlelap. Untuk meminimalisir kejadian itu terulang lagi, Ara tidur dengan posisi membelakangi Rifaat.
Rifaat tidak fokus lagi dengan laptopnya karena pemandangan didepannya. Bagaimanama tidak, sekitar sepuluh menit setelah Ara terlelap, tubuhnya sudah berubah posisi menghadap Rifaat dengan mulut mangap yang sukses membuat Rifaat benar - benar sakit perut menahan tawa.
Sesekali Ara memukul bahkan menggaruk kulitnya yang dihinggap nyamuk. Rifaat sedikit terganggu karena bunyi - bunyi yang Ara sebabkan.
Rifaat lalu meraih kemejanya dan menyelimuti Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAY I AM WITH YOU
Teen Fiction"Aku terlalu takut atas kepastian yang belum jelas. Hingga akhirnya aku menyiksa diri dengan pergi tanpa pamit, berlalu tanpa meminta setengah hatiku yang telah ia ambil" " Dan sepanjang hidupku kupastikan Aku akhirnya terjebak dalam satu pertanyaan...