1.

10 2 0
                                    

Bukan pertemuan berarti, tapi merupakan awal dari segala yang belum mereka mulai.

Chiara Larasati, sebut saja Ara. Mahasiswi baru yang sedang bersusah payah beradaptasi dengan dunia kampus yang sungguh diluar dugaannya.

" Perasaan baru kemarin Penerimaan Mahasiswa Baru ini kenapa tugas udah seabrek gini ?"
Kemarin yang dimaksudnya adalah sebulan yang lalu.

Ara duduk di kursi panjang yang berada di depan kelasnya, meletakkan dengan kasar gulungan kertas yang sedari tadi ditenteng, memperhatikan dengan seksama coretan dengan tinta merah yang terpampang nyata kata "Ulang" disana.

Ara berniat membuang gulungan kertas yang membuat penat kepalanya sejak sejam yang lalu. Dengan kasar Ara meremuk gulungan kertas itu dan bersiap melempar bak pemain basket kedalam tempat sampah yang terletak satu meter didepannya. Tiba-tiba suara yang tidak asing bagi Ara berteriak dengan kencang membengkakkan telinga Ara yang sedari tadi sudah panas karna mendengar omelan dosen yang sungguh menguras perasaan.

"Araaaa" teriak Kika, teman kelas Ara yang juga teman kelompok mata kuliah studio Ara.

" Maaf gue telat, sumpah jalan macet banget" lanjut Kika setibanya didepan Ara.

" Eh, asistensi gimana ? " . Pertanyaan yang cukup membuat Ara berbalik dengan senyum manis yang bisa dibilang dipaksakan di bibirnya.

"Setelah jadiin gue tumbal. Enteng banget yaa nanyain apa kabar asistensi ?" batin Ara.

" Lancar " jawab Ara dengan senyum yang sangat tidak ikhlas.

" Syukurlah "

" Mau liat hasilnya ?" Sambung Ara sambil membuka gulungan kertas yang sudah remuk akibat ulah Ara sendiri. Kika dengan semangat memperhatikan Ara yang sudah siap menyibakkan gulungan kertas tadi di depan mata Kika.

Mata Kika membelalak melihat kertas yang terpampang didepan matanya itu.

" Puas liatnya ? " Tanya Ara dengan nada menekan. Ara kembali meremuk kertas dengan Kika yang masih membelalakkan matanya dengan mulut mangap lalu menjatuhkan badannya tepat di kursi panjang.

" Speechless kan Lo? " ucap Ara dengan nada masih menekan.

" Itu dikerjain semaleman Lo bahkan sampai subuh, eye bag gue sampai item gini dan disuruh ngulang ? " Ucap Kika dengan mata serasa mau keluar.

"Sumpah apa sih maunya tuh asisten dosen" lanjut Kika dengan bola mata yang berputar bak rollercoaster.

" Oh iya, yang lain kemana ? " Tanya Kika memperhatikan sekeliling.

" Udah pada balik, pengen menenangkan diri katanya" jawab Ara dengan nada malas.

" Gue juga udah mau balik nih " sambung Ara.

" Nih, kali aja pengen Lo pajang di kamar Lo. Kalau di kamar kosan gue ntar ibu kos gue liat terus datang ke kampus dan ngedemo dosen sini minta keadilan buat anak kosnya" canda Ara sambil melempar gulungan kertas yang telah remuk tepat di pangkuan Kika.

" Buang aja deh buang " jawab Kika dengan nada frustasi.

Ara berjalan meninggalkan kika, baru beberapa langkah Ara berjalan tiba-tiba Kika meneriakkan nama Ara. Ara berbalik dan mendapati Kika dengan seorang lelaki berkemeja kotak-kotak yang tidak dikancing kelihatan dalamannya baju kaus oblong abu- abu celana senapan warna krem dengan sepatu Converse hitam. Perawakan putih, tingginya sekitar 170 cm bisa kurang bisa lebih. Ara berbalik berjalan mendekati keduanya.

" Nah, ini ketua kelompok aku kak. Namanya Ara " jelas Kika pada lelaki itu. Ara kini berdiri tepat di depan lelaki itu. Ara belum paham maksud Kika memberi info itu pada lelaki yang berdiri didepannya ini.

" Oke, gue masuk di kelompok kalian "
Ara mengerutkan alis mendengar ucapan lelaki itu. Tidak berani memotong karna tahu pasti ia adalah senior.

" Siap kak " ucap Kika mantap. Lelaki itu berlalu tanpa pamit meninggalkan Ara dan Kika dengan Ara yang menatap Kika meminta penjelasan.

"Tadi itu kak Rifaat senior angkatan 2013 dia nanyain soal kelompok mata kuliah studio " kata Kika dengan nada sedikit berbisik. Ara hanya mengangguk meminta Kika melanjutkan.

" Katanya pak Rizal udah ngasih dia izin buat masuk di kelompok mana aja " lanjut Kika masih dengan nada berbisik.

" Hm, terus ?"

" Ya tadi Lo denger sendiri kan ? Dia maunya masuk di kelompok kita " jawab Kika dengan sedikit menaikkan nada suaranya.
Ara masih terdiam dengan tangan terlipat di depan dada.

" Tapi ada bagusnya juga sih Ra kalau kak Rifaat masuk di kelompok kita " kata Kika tiba-tiba dengan senyum sumringah di bibirnya.

" Maksud lo ? " Ara mengerutkan alis menatap curiga ke arah Kika.

" Iya. Kak Rifaat kan senior. Pasti dia udah pengalaman lah. Kali aja kelompok kita bisa sedikit ada kemajuan kalau ada dia " jawab Kika.

Kata-kata Kika sedikit membuat Ara tersinggung. Pasalnya Ara adalah ketua kelompok dan Kika bilang apa tadi ? . Kalau ada Rifaat kelompok ada kemajuan ?. Emang selama ini usaha gue buat ngatur kelompok ga ngasih kemajuan gitu ?, pikir Ara.

" terserah ya Kik. Gue capek. Mau pulang. Ingat besok malam lo ke rumah Fadli. Tadi anak-anak yang mutusin kerja kelompok disana " Ara lalu berbalik dan melangkah pergi. Selang beberapa langkah ia berbalik lagi ke arah Kika.

" Oh satu lagi. Lo jangan lupa infoin ke Rifaat ! " lalu berbalik lagi dan melangkah pergi.

THE DAY I AM WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang