you, nowadays

375 26 9
                                    

KEMBALI berpakaian, Dash membantumu. Senyumnya tergaris saat ia kancingkan kemejamu. Kamu beranikan diri mengecek waktu, tetapi Dash halangi jam tangan itu dan membisik, lagi?

Tentu, kalian harus pergi.

Mendekatlah kamu pada Dash tuk memberinya ciuman sampai jumpa. Dash menerimanya. Tangannya terulur telusuri pinggangmu sampai gelenganmu menghentikannya.

Walau mencebik, Dash iya juga. Kalian berjalan menuju pintu sembari tertawa-tawa.

Sewaktu tiba di lapangan, hari kelewat gelap. Sudah pukul tujuh. Pagar depan dikunci. Kalian terkurung bangunan-bangunan ini.

Dash mengumumkan ide sintingnya. Panjat pagar belakang, katanya. Jadi perampok dalam semalam. Kepalamu menurut abaikan risiko. Segeralah kalian merogoh senter, menyalakannya, dan berpegangan menuju saat terakhir.

Namun, kamu tak pernah menduga seseorang akan berdiri di sana, mengadangmu dengan sorot depresi. Kalian berhenti berlari. Takut bercampur bingung. Benakmu lebih cemas lagi kala menyadari seseorang itu.

Dia Ann.

Pacarmu.

Dia mendekat ke arahmu, berderap semantap amarah. Ditariknya tangan kirimu seolah mengklaim kembali sesuatu yang sempat direbut, tapi matanya yang gelap itu tidak tertuju padamu. Ia menusuk Dash Carrington yang kini praktis mendengus. Ann tak bertindak apa pun---hanya memelototinya seakan dia tahi yang pantas digosok.

Malam itu kamu keluar lewat pintu belakang. Ann membukakannya. Tangannya denganmu masih bertaut. Nyeri, kadang jemarimu ditarik-tarik. Meskipun itu lebih baik dari kemungkinan dia bakal membunuhmu.

Malam itu, imajinasimu membubung tinggi. Kamu ingat Dash. Kamu berencana mohon maaf pada bedebah itu. Kamu terjebak dalam tabung kekhawatiran. Kamu bertanya-tanya apa kamu harusnya meminta maaf, apa kamu layak dimaafkan, apa dunia memang tak termaafkan. Kamu terus berputar karena itu. Kamu ingin melepas orang-orang, namun kadang butuh mereka. Kamu tak bisa berpikir lurus; kamu memang tak lurus sejak awal.

Tahu langkahnya terhenti, kamu ikut diam. 14th Walkstreet. Perlu seperempat jam untuk mencapai rumah dan berpura-pura segalanya tak pernah terjadi. Kamu yang sempat terlarut bertanya mengapa berhenti. Namun, kamu tak berharap dijawab. Tak berhak lagi atas itu.

Ann masih membelakangimu. Punggungnya bergetar, terisak getir. Kamu paham hatinya, tetapi tak berbuat apa pun: kamu tak memeluknya seolah semua baik-baik saja; kamu bergeming, di tempatmu, dan menjadi lebih biadab.

Sarafmu bergolak.

Malam itu, dirapalkanlah mantra dalam kepalamu: maaf maaf maaf maaf maaf.

Kamu pasti tak termaafkan.

Tentu.

Kemanusiaamu telah dilepas dengan sukarela.

"Ceritakan padaku."

Ann duduk di pinggir ranjang dan menatapmu. Tak berani memandang mata itu, kamu mengerut di hadapannya.

Melihatmu begitu, diraihnya tanganmu. Ada kejutan dalam ekspresimu. Kamu tahu ini akan terjadi. Kamu berharap ini tak akan terjadi. Ann meremasnya, kamu menahan erang. Dia memintamu untuk menceritakan apa yang terjadi: kamu pikir itu berarti bunuh diri, namun melihatnya tegak berdiri di lapang belakang berkali-kali lipat lebih sial dari itu.

Ann kecewa, kepalamu berkata.

Mungkin kini ia di depanmu, namun mati abadi dalam jiwanya.

Tak ada pilihan. Kamu harus mencicit.

"Maaf," katamu. Buru-buru menambahkan, "Aku tahu, itu---kejadiannya begitu cepat. Sumpah. Terjadi begitu saja. Begitu cepat. Kami masih larut dalam tugas Sejarah dan ia menciumku---"

"---lalu itu terjadi, dan kamu menikmatinya."

Matamu terbelalak.

Ia menduganya.

Kamu berusaha mendorong lidah bodohmu untuk menyangkal sampai menemui mata itu. Matanya yang kosong dan sarat tenahak. Kamu tahu itu tak perlu. Kamu tahu itu mustahil dipercaya. Setelah ini, ia akan membuangmu. Setelah ini, ia bakal membeberkan apa yang terjadi setahun silam. Esok lusa, kamu tak bisa lolos dari segala probabilitas buruk. Kamu tahu itu.

Alhasil, kamu menangis.

"Ampun," lirihmu. "Sungguh, ampuni aku."

Kamu merasakan tangannya di pipimu. Kamu merasakannya membelaimu.

Namun, hanya sampai sana. Sebab ia telah membencimu.

Ia membuangmu.

"Tak masalah, Hun."

Menyesal?

Tidak.

Esok lusa, kamu dengan pemuda itu, bermaksud melakukannya lagi. []

2018

creatures.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang