9.

2.2K 88 6
                                    


Bian terus berlari mencari keberadaan gadisnya. Mata tak henti-henti mengelilingi setiap sudut sekolah. "Di mana sih?" tanya Bian pada dirinya sendiri. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mencoba menghubungi Ve untuk kesekian kalinya. Menggeram kesal sedari tadi hanya jawaban operator  yang terdengar. 

"WOY!" teriak Bian saat melihat Tania sedang berbincang bersama Andi dan Kevin.

Serempak mereka menoleh. "Sini Bos," ajak Kevin melambaikan tangan.

Bian kembali berjalan menemui teman-temannya. "Tan, mana kekasih gue?" tanya Bian tak sabaran.

"Di perpustakaan, ngambil buku fisika katanya," jawab Tania seadanya.

Tanpa menunggu apapun Bian melenggang pergi menuju perpustakaan.

**

**

Napas Bian memburu, ia masih mengedarkan netranya yang belum juga menemukan wanitanya. Ia memilih duduk di salah satu bangku yang tak jauh dari pintu masuk. Saat ingin duduk pandangannya menangkap Ve dan Lisa tengah tertawa lalu menutup wajahnya.

Bian langsung menghampiri kedua gadis itu. "Gue cariin kemana-mana, taunya di sini," ujar Bian. Ia mendudukan bokongnya pas di samping Ve.

Ve menoleh sekilas. Menghiraukan keberadaan Bian.
Bian benci keadaan itu, dengan sedikit paska Bian memutar bahu Ve agar mau menghadapnya.
"Cuma tiga-empat bulan, gak lebih,"  ucap Bian menyakinkan.
Ve memutar bola matanya, jengah. "Peduli setan! Gak balik lagi juga gue gak peduli," balas Ve cuek.

Bian memberantaki rambutnya. Frustasi. "Jangan gini," mohon Bian.

"Harus berapa kali sih gue bilang? Gue benci kata LDR!" jelas Ve penuh ketegasan.

"Lagi pula, gue gak pernah ada rasa sama lo. So, untuk apa pusingin kepergian lo." Ve meraih lengan Lisa, mengajaknya keluar meninggalakan pria playboy SMA Tosca.

**

**

"Aghrr..." murka Bian, ia mengobrak-abrik semua barang yang ada di sekitarnya.

Alka, Andi dan Kevin menggelengkan kepalanya, heran. Kenapa bisa Bian semenyedihkan ini.

"Di sana banyak cewek bule, cantik plus cantik. Ngapain mikirin Ve." kata Alka. 

"Gue gak mau kehilangan dia," geram Bian tertahan.

"Dianya aja gak peduli," sahut Andi.

"Bener Bi. Lagian lo kan ganteng banyaklah yang mau sama lo," lanjut Kevin.

Bian menatap bengis sahabatnya yang berbicara seenak jidat. "Coba lo pada di posisi gue?"

"Gak sudi," jawab mereka kompak.

Bian mengambil ponselnya, mencoba menelpon Ve. Sekali sambung langsung di terima Ve, membuat Bian bahagia seketika .

"Halo... Kenapa Bi?" sapa wanita di sebrang sana dengan lembut.

Bian luluh, seulas senyum tercetak jelas di bibirnya. "Hay," sapa balik Bian.

"Besok penerbangan. Gue harap lo ikut, ya?  Hanya tiga bulan setelahnya gue akan pulang untuk lo. Dengan perasaan yang sama tentunya." sambung Bian.

Hening.

Ve masih bingung mau menjawab apa. Dirinya juga tidak memusingkan kepergian Bian hanya saja kenapa lelaki itu terus memaksanya agar tetap stand bye menunggu kepulangannya yang entah kapan pastinya.

"Sayang..." ucap Bian lembut menyadarkan Ve dari kilasan lamunannya.

Ketiga sahabat Bian tercengang mengdengar suaranya yang berbeda dari beberapa menit lalu. Secepat itukah sikapnya berubah.

VE ARKANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang