Chapter 3

392 47 11
                                    

"Tadaima..." Teriak Naruto kala memasuki rumah mewahnya itu.

"Menma..." Sapa Naruto. Menma yang melihatnya menjadi cengo. Ada yang salah. Menma pikir, Naruto akan mencak-mencak karena tak menumpanginya.

"Kau tak marah padaku, Naruto-nii?" Tanya Menma seraya mengernyitkan dahinya.

"Untuk apa?" Tanya Naruto yang justru sedikit heran.

"Apa kau mendadak amnesia setelah tak kutumpangi tadi pagi?" Menma meletakkan telapak tangannya pada kening kakaknya itu.

"Aku tak akan marah. Awalnya sih iya, tapi setelah bertemu dengannya, aku jadi bersyukur.'' Jawab Naruto santai.

Ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang nan empuk dan Menmapun ikut duduk di sampingnya. Wajah Naruto sangat sumringah. Menma yang melihatnya semakin bingung.

"Kenapa wajahmu itu, Naruto-nii?" Tanya Menma heran saat melihat ekspresi Naruto yang lebih terlihat seperti bunga yang mekar di musim semi. Sangat cerah.

''Aku bertemu bidadari manis dalam bis tadi pagi, Menma. Kau tau, sangat manis." Jawab Naruto tersenyum lebar.

"Bidadari manis?" Kilah Menma yang mungkin lebih tepat untuk meledek kakaknya itu. Mana ada bidadari di bis? Pikir Menma.

"Iya dia sangat manis. Surai indigonya yang tergerai, senyumnya, pokoknya semuanya manis. Aku bersyukur dan sangat berterimakasih padamu Menma karena tak menumpangiku tadi. Kau sangat baik. Aku sayang padamu.'' Naruto langsung bangkit dan mulai berjalan ke lantai dua menuju kamarnya.

''Naruto-nii, nanti malam kekasihku akan makan malam disini. Kau harus ikut juga ya?" Teriak Menma. Naruto sedikit menoleh.

''Terserah kau saja Menma.'' Jawab Naruto yang lantas melanjutkan langkahnya kembali ke kamarnya seraya bersiul. Tampak sekali wajahnya sangat sumringah. Menma semakin menggelengkan kepala melihat tingkah kakaknya itu.

''Bidadari manis? Salam bis pula? Mana ada, Naruto-nii sudah gila. Oh God." Batin Menma.

Seorang gadis bersurai indigo tengah duduk di depan meja belajarnya. Dia memegang sebuah bolpoin dan secarik kertas untuk menulis.

"Pemuda tadi tampan juga." Ujarnya dengan tersenyum sendiri.

Tok...Tok...Tok...

Suara pintu diketuk mengalihkan lamunannya. Ia lantas bangkit dari tempat duduknya dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

Cklekkk...

''Hinata, ummm... Tolong bantu kakak ya?" Teriak seorang gadis bersurai pirang dengan membawa dua stel dress.

''Shion-nee, untuk apa 2 dress itu?'' Tanya gadis yang bernama Hinata itu.

''Nanti malam kakak akan makan malam ke rumah kekasih kakak, Menma. Kau harus bantu kakak ya,mana yang pas untuk kakak? Yang dress merah atau hitam?"

''Ummmm....'' Hinata menatap dress yang dijinjing kakaknya itu. Atensinya mulai berpindah dari tangan kanan dan tangan kiri serta menatap kakaknya.

''Yang mana? Yang kanan atau kiri? Ayolah Hinata, jangan berpikir lama begitu.'' Desah Shion mengerucutkan bibirnya. Hinata yang melihat menjadi terkekeh.

''Iya iya maaf Shion-nee, ummm kakak cocok yang dress hitam saja.''

''Benarkah? Kau yakin?'' Tanya Shion dengan menatap lekat adiknya itu.

''Yakin Shion-nee. Kekasih kakak pasti akan sangat terpesona.'' Jawab Hinata dengan tersenyum.

''Eum... Baiklah. Kakak ikut saranmu saja. Sebagai hadiahnya, nanti ikut kakak ya makan malam bersama.''

''Makan malam bersama? Tidak ah Shion-nee. Aku tak mau mengganggumu.'' Shion memanyunkan bibirnya mendengar penolakan sang adik.

''Kau tak akan mengganggu. Ayolah temani kakak.'' Bujuk Shion dengan wajah yang dibuat-buat memelas. Hinata mendesah pelan.

''Baiklah Shion-nee. Aku akan ikut,kakak puas hm?"

''Yaaaayyyyyy... Kau sangat pengertian. Kakak sayang padamu.'' Ujar Shion dengan girangnya yang mengejutkan malah mengecup singkat pipi kiri adiknya itu. Hinata yang mendapat kecupan itupun terkesiap.

''Kau tak akan sendirian nanti, karena Menma-kun memiliki kakak yang katanya sih tampan. Hehe...'' Lanjut Shion dengan mengerling menggoda Hinata lantas ngeloyor pergi begitu saja.

''Shion-ne....'' Pekik Hinata dengan menggembungkan pipinya.

Ceklek...

Pintu terbuka, dan Menma buru-buru menghambur dipelukan Shion. "Okaeri, Shion-chan." Menma tersenyum.

''Aku mengajak adikku, Menma-kun. Tadi dia merengek untuk ikut. Tak apakan ya?'' Ujar Shion yang justru membuat Hinata menatap tajam pada kakaknya.

Merengek? Bukannya kakak yang merengek minta ditemani? Sekarang jadi aku yang kambing hitamnya. Shion-nee menyebalkan ternyata.'' Batin Hinata.

Ia tampak mengerucutkan bibirnya kesal. Shion mencubit pinggang Hinata. Hinata hampir memekik kesakitan jika Shion tak membisikkannya sesuatu.

''Senyum Hinata. Senyum, ok?'' Bisik Shion dengan mengelus surai indigo Hinata dan mengerling. Hinatapun hanya tersenyum tipis.

''Tak apa Shion-chan. Umm... Kau sangat cantik. Ayo.'' Lalu kemudian Shion dibawa masuk oleh tarikan tangan Menma.

''Aku tak digandeng Shion-nee.'' Desah Hinata yang mengerucutkan bibirnya kesal. Ia ditinggal. Hinata lantas mengikuti mereka dari belakang.

''Kami sudah menunggumu Hime. Kau tau, kakakku sudah kelaparan menunggu kalian datang." Kata Menma.

''Benarkah? Maafkan aku Menma-kun.'' Ujar Shion dengan nada sayu. Ia masih ditarik Menma menuju ruang makan yang diikuti Hinata juga dari belakang yang tertinggal malah.

Menma menarikkan kursi tepat didepan Naruto, sementara Shion duduk disampingnya, didepan Naruto sang kakak. Naruto memandang intimidasi Shion. Oh, jadi ini kekasih Menma yang membuatnya tega tak menumpangiku?'' Batin Naruto.

''Kenapa aku ditinggal.'' Ujar Hinata yang protes melihat kakaknya dan kekasihnya sudah duduk manis di meja makan. Bahkan malah akan dimulai acara makan malamnya.

Naruto yang mendengar perkataan Hinata mendongakkan wajahnya. Menatap intens sosok gadis bersurai indigo yang kini berbalut dress lavender motif bunga-bunga.

''Bidadari Manis?" Ujar Naruto. Hinata yang melihat pemuda yang ia temui di bis pun terkesiap.

''Kau?"





Bersambung...



Akhirnya bisa Up😄

Ada sarankah??? Hehe...

So...

Dtunggu Vomentnya ya😘😘

Bidadari Manis Dalam BisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang