Numb - Bully

241 26 20
                                    

Di sebuah kasur yang tertutup tirai cowo itu berusaha memejamkan matanya, tadi malam ia kabur lagi, dia gapunya cukup waktu untuk tertidur,

Ia memikirkan bagaimana caranya melalui semester kedua di tahun keduanya di sekolah yang sering di sebut hanya berisi anak-anak nakal ini,

Yah,
Walaupun sebenarnya semua orang disini punya cerita tersendiri, dan bisa di bilang ini satu-satunya tempat yang bisa menerima mereka,

Murid sekolah ini bisa di bilang cukup sedikit, dan mereka pasti mengenal satu-sama lain, banyak yang bilang tempat ini seperti rumah , satu satunya tempat bagi mereka bisa punya keluarga, tapi tidak dengan cowo ini,

Entah sudah seberapa keras ia mencoba, ini masih sulit untuknya menerima di sekitarnya.

Pintu ruangan itu terbuka, cowo itu membalik badannya dan mengintip dari balik tirai siapa yang datang,

Haon dan Vinxen,

Cowo itu meringis, dia bohong kalau dia bilang dia ga iri sama Vinxen yang selalu punya Haon yang bisa ngebantu dia kalo keadaan cowo itu lagi jatuh, ia terus mengintip kegiatan dua teman sebayanya itu,

"Gue gabisa jagain Sandy, gue emang sampah."

Cowo itu lagi-lagi meringis, dua murid yang baru pindah ketika kenaikan kelas sebelas itu, baru saja membicarakan cewe anak akselerasi yang entah gimana bisa nyasar ke sini,

Lo baru sekali liat Sandy nangis, gue dua kali liat Jieun nangis, dan gabisa apa-apa.

Ah— iya,
Tahun lalu cowo itu belum mengenal Jieun, tapi dia bohong kalo ga pernah menaruh mata ke arah cewe itu, tahun lalu dia nangis karena seorang senior, tahun ini dia di buat sedih lagi karena orang yang sama, hanya saja meskipun cowo itu sudah mengenalnya, ia tetap hanya bisa menepuk pundak cewe teman sebangkunya itu sambil bilang 'jangan nangis' dengan lempeng.

Lagi-lagi perasaan irinya muncul ketika Haon mengelus pundak Vinxen, dan berusaha menghiburnya,

Andai aja gue bisa setenang Vinxen, mungkin dari pada merasa merepotkan, gue bakal punya sahabat kaya Haon.

Setelah dua cowo itu keluar ia menarik nafasnya, ia selalu merasa lebih baik sendirian, lalu menutup telinganya dengan earphone yang tersambung di hpnya sambil mendengarkan musik-musik keras, untuk menenangkan pikirannya, dan ketika ia baru saja ingin tertidur tirai tempatnya berbaring di bukan dengan kasar,

"Heh! Gue cariin malah tidur lu!" Ucap cowo dengan gaya nyentrik,

"Surin kamu tuh, Byungho bisa aja lagi sakit." Ucap cewe manis berambut panjang yang malah mengambil kursi dan duduk di pinggiran kasur Byungho,

"Ck, lo ngapain kesini sih bang? aturan lo kuliah." Ucap Byungho yang sudah mengubah posisi tidurnya menjadi duduk bersila diatas kasur UKS,

Sementara Surin menatapnya lelah, lalu sama seperti cewe berwajah manis tadi, cowo itu menarik kursi lain dan duduk di pinggir kasur Byungho, dan mengambil sekaleng biskuit yang ada di meja UKS,

Hhh emang kurang ajar

"Lo tuh kemaren dimana ha?! Gue sama Mijung sampe nyariin dimana-mana anak-anak ga ada yang tau." Ucap Surin,

"Gue di studio lo padahal." Ucap Byungho, membuat Surin mendelik,

"Lo dapet dari mana anjir kuncinya?!"

"Kamu tuh kalo naruh kunci kan pasti di pot depan, ya Byungho hafal lah." Ucap Mijung, sambil mengambil salah satu biskuit di kaleng yang di buka Surin,

"Paling engga itu lo izin ke bunda lo, kasian ogeb telpon gue jam 2 malem panik gegara lo ngilang." Ucap Surin dengan tenang,

Byungho menatap kosong, sambil menainkan ujung celana seragamnya,

"Gue sukanya ngerepotin ya bang?" Ucap cowo itu,

"Ya emang." Jawab Surin, membuat cowo itu dapet timpukan keras dari Mijung,

Byungho terdiam, ia tau Surin hanya bercanda, toh selama ini Surin yang ada disampingnya ketika dunianya terasa benar-benar gelap, tapi bukan berarti Byungho tidak merepotkannya kan? Surin hanya membantunya secara ikhlas.

Surin, dan Mijung hanya menatap diam, Byungho yang sedang memainkan ujung celananya, cowo itu sepertinya ga dasar kalo air mata baru saja keluar dari matanya,

"Byungho, ih jangan nangis.." ucap Mijung, yang emang gabisa orang nangis,

"Maafin gue bang, ah harusnya gue bisa jadi orang yang lebih tenang."

Luda mendelik mendengar pernyataan Byungho, baru aja di tinggal lulus satu semester, cowo ini udah jadi lempeng gini,

"Ngapain lo minta maaf? Lo tau? Gue bangga malah, karena lo udah ga kaya dulu, yang dikit-dikit ngebanting barang, gue bangga karena lo udah nemuin cara lo sendiri buat ngerasa tenang, tapi gue cuma mau satu, cerita, mulai terbuka sama bunda lo, dia berhak tau Byungho, berhak tau alasan lo jadi kaya gini." Ucap Surin, membuat Byungho semakin menundukkan kepalanya,

Mijung mengamit tangan Byungho, sama seperti sahabatnya cewe itu udah nganggep Byungho kaya adek,

"Lo tau, soundcloud lo tuh rame banget, kalo lo mau scrool di twitter banyak orang yang bilang, mereka seneng karena lo ada, lo jadi cahayanya mereka, dan lo harus tau kehadiran lo itu penting buat beberapa orang." Ucap Mijung, lalu cewe itu menepuk puncak kepala Bully dengan pelan sambil tersenyum,

Yhaa,

Byungho melting lah, Mijung cantik banget woy, di tambah cewe itu baru ngecat rambutnya balik ke warna hitam,

"Lo cantikan rambut item." Ucap Byungho ngawur,

"Heleh! Ngerdus ajalo!" Omel Surin,

Hhhh bang Surin, dari pada si mba Mijung cuma di jadiin sahabat, mending di kasih ke Bully deh, pasti jadinya uwu. ehe.

*

Upacara lulusan Mijung sama Surin *apasi*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Upacara lulusan Mijung sama Surin *apasi*

Ball and ChainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang