i

41 4 0
                                    

“I heard there will be a huge party tonight.” ucap Jason melemparkan senyum miringnya yang terlihat seksi bagi kaum hawa itu kepada sosok teman seperbiadabannya yang memiliki perawakan orang timur. Orang itu tengah menduduki kursi spesial yang berada di sebelah singgasananya. Detik selanjutnya ia menenggak wine secara langsung dari botol.

Sosok dengan perawakan orang timur itu bernama Zayn. Bukannya langsung merespon, ia menghisap rokoknya dalam-dalam dan mengepulkan asapnya dengan santai. Ia menolehkan kepalanya ke sumber suara dengan nada beratnya, “Bitch, where?”

Lawan bicaranya itu tertawa dengan wajah selengekan yang menjadi ciri khasnya. Namun, tidak ada satupun yang berani terang-terangan meremehkannya. Bagi kaum bandit, ia dikenal sebagai Polar Bear, si mulut besar dengan keagresifannya. Dengan wajah girangnya ia merentangkan kedua tangan di udara dengan berteriak lantang sesukanya.

“Casino, jackass!”

“Then why you hang over already?” Zayn mendengus miring sambil melanjutkan hisapan rokok terakhirnya, “you know exactly the risk.” sambungnya menekan puntung rokok terakhirnya itu di asbak dengan tenang.

Jason beranjak dari duduknya dengan badan setengah oleng. Kemudian ia mendekat ke arah Zayn dan menepuk pundaknya, “No need to be worried, Z. I won't explode the building out!” ia tergelak, setelah itu kembali menenggak botolnya yang ternyata sudah kosong. Ia menatap botol wine miliknya itu dan menjatuhkan pandangannya ke Zayn. Zayn mendengus membentuk raut not again, bitch karena ia tahu betul apa yang akan dilakukan si pemabuk gila itu.

“instead of this one.” Jason melempar botol kaca itu dengan keras ke sembarang arah tanpa melihatnya. Rahangnya mengeras ditutupi dengan gemertakan giginya. Terdengar pecahan kaca yang berserakan disusul seruan orang yang protes. Ia begitu kesal setiap mendapati botol terakhirnya. Beberapa menit yang lalu ia bersorak dan kini memberontak, itulah dia.

“Carlos!”

Ia meneriaki nama bartender yang bekerja di sini. Semua bartender saling tatap-menatap kebingungan. Tidak ada karyawan yang bernama Carlos. Jason bahkan tidak menghapal nama-nama karyawannya. Ya, bar atas nama Polar Bar yang diambil dari julukannya ini adalah miliknya. Ia bersiul menciptakan suatu senandungan bodoh selagi menunggu siapapun Carlos yang akan datang. Para bartender saling sikut-menyikut untuk menemuinya, tetapi mereka semua enggan.

Jason mengetukkan jemarinya di atas meja disusul dengan mengerlingkan bola matanya sambil menghela napas pendek, “I’m about losing my patient, duh.”

“Take it easy, man.” Zayn melemparkan senyum mengejek.

Ada salah satu karyawan perempuan dengan wajah pucat akhirnya bergerak menghadap Jason dengan berpangku tangan disertai wajah tertunduk. Ia buru-buru merapikan celemek dan anak rambutnya yang beberapa helai terjuntai dari pangkal rambut. Ia meremas jemarinya menahan rasa lapar di perutnya.

“Y-yes, master?”

Jason mendongak saat mendapati pemilik suara itu adalah perempuan. Ia mengerutkan dahi saat melihat sekilas ke arah perempuan yang mempunyai warna mata berbeda, sebelah bewarna cokelat dan sebelahnya lagi biru itu. Lalu menjatuhkan pandangannya pada Zayn yang sedang menenggak tequila, ia melemparkan kekehan arogannya. Zayn menaikkan salah satu alisnya ke Jason seakan berkata what.

Jason mengalihkan pandangannya ke perempuan itu lagi.

“You don’t even seem like Carlos, heteroch-weird girl.” ujar Jason mengejek dengan menekan ucapan yang bermaksud heterokromia, sebuah penyakit atau cacat mata dimana warna kedua lensa matanya berbeda.

Perempuan itu mendongak kaku, lalu menunduk malu untuk menyembunyikan arah pandangnya. Wajar jika Jason terlihat baru melihatnya, sebab wanita itu hanya bekerja di bagian dapur dan semua data penerimaan karyawan diatur oleh sekretarisnya.

C R O S S F I R ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang