chapter one

164 7 0
                                    

Eulora ilonia martin adalah nama yang diberikan ayahku ketika aku baru saja melihat dunia ini dan untuk pertama kalinya menangis kencang dipelukan ibuku. Lora begitu orang tua,keluarga serta teman-temanku memanggilku. 8tahun menjadi adik perempuan dan anak perempuan satu-satunya membuatku tumbuh menjadi gadis yang cukup manja namun kuat. aku memiliki seorang kakak laki-laki yang terpaut umur cukup jauh denganku, ketika aku lahir dia sudah duduk dibangku kls2 SMA valdy,begitu orang memanggil namanya.namun ketika usiaku tepat 8tahun dia meninggalkan kami,hingga saat ini aku bertanya apakah kak valdy masih melihatku dari surga?waktu yang sangat singkat yang kami miliki bersama,namun sangat membekas didalam hatiku.setahun setelah kepergian kak valdy,aku mendapatkan seorang adik laki-laki lewi begitu ayahku menamainya,tampan,kulitnya bersih dan bermata sipit sepertiku.tak ada kecemburuan saat lewi lahir aku hanya begitu merindukan kak valdy hingga aku merasa Tuhan telah memberikan Valdy yg lain untuk kami.tahun demi tahun kami lewati sebagai keluarga seniman yang normal dan ditahun-tahun berikutnya juga aku mendapatkan kembali 2orang adik laki-laki alen(terdengar seperti nama perempuan memang karena saat itu ayahku sangat terobsesi memiliki anak perempuan lagi) dan gabrielle yang akhirnya kami sekeluarga memanggilnya abel,sepertinya ayahku memang memiliki kecendrungan memberikana nama yg indah untuk masing-masing anaknya.ya...seperti itulah ayahku,mungkin benar jika banyak orang mengatakan bahwa cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayah mereka,seperti itu juga yang aku rasakan.

**************

"Le,ambilin tas dong dikamar atas."seru ku pada adik kesayanganku (hmmm aku menyayangi semua adikku,tapi lewi terasa berbeda karena dia lahir tepat disaat aku kehilangan kak valdy,dia seperti harapan baru bagi keluarga kami)

"Ogah,males bgt sih ambil sendiri sana!"

pekik lewi sambil menyantap roti ditangannya.

"aku mau eskul minta tolong abel ambilin tuh"

lanjut lewi berbicara sambil melangkah meninggalkanku.

Aku hanya meringis dan memalingkan wajahku kearah abel adik bungsuku sambil memberinya tanda bahwa aku mebutuhkan bantuannya,dengan tampang sedikit malas adik bungsuku melangkahkan kakinya dan melakukan apa yg kupinta.

"bilang papa,mama ya kakak pulang agak telat hari ini masuk kuliah sore,abis itu mau nugas.hehehe "

aku cekikikan sambil menitipkan pesan kepada kedua adikku karena saat aku pergi kedua orang tuaku belum kembali pulang.

Aku merogoh tasku dan mencari kunci mobil yang seingatku tadi sudah kumasukan kedalam tas selempangku,tak membutuhkan waktu lama akupun menemukan apa yang kucari dan dengan segera aku masuk kedalam mobil dan melajukan mobilku dengan segera menuju kampus yang ada dibilangan jakarta pusat,kampus yang sudah hampir satu tahun ini aku kunjungi untuk menimba ilmu.

Sekitar satu jam setengah aku akhirnya tiba disalah satu kampus seni terbaik dijakarta. aku mematikan mesin mobilku dan bergegas mengambil tabung berisi kertas gambar dan segala peralatan gambar lainnya.ya aku mahasiswi desain,desain komunikasi visual lebih tepatnya dengan major ilustrasi animasi,jurusan yang dipilihkan ayahku untukku dengan harapan aku bisa membantunya dalam pembuatan film saat aku lulus nanti.keluargaku memang keluarga seniman,yang berkecimpung didunia film,ayahku seorang aktor film laga ditahun 80an hingga saat ini,namun saat ini ayahku lebih sering berada dibalik layar,ibuku seorang dubber yang juga berkecimpung ditahun yang sama dengan ayahku,wajahnya juga banyak mewarnai ftv dan sinetron layar kaca,dan bakat menggambarku diturunkan dari ibuku.mama pelukis yang hebat,sayang dia hanya menjadikan bakat melukisnya sebagai hobi.

"lora...."seseorang yang suaranya sangat kukenal terdengar memanggilku sambil berlari kecil kearahku.dia putra,lelaki keturunan arab-aceh yang memiliki tubuh tinggi namun sedikit bungkuk,garis wajahnya tegas,matanya indah dan sering menatap dalam ketika berbicara denganku.

"put...ihh kamu ngapain lari-lari sih,nanti jatoh ah."

aku menyapa pria yang hampir satu tahun ini bersamaku,pacar?hmmm mungkin...putra tak pernah sekalipun menanyakan apakah aku ingin menjadi pacarnya atau tidak,tapi sikapnya mengisyaratkan bahwa kami bersama,akupun enggan menanyakannya saat salah satu sahabatku keyla mengatakan bahwa hubungan yang dewasa tak perlu lagi nembak-nembakan seperti saat kita duduk dibangku sekolah.

"Sini aku bawain tabung sama peralatan gambarnya"

putra segera mengambil alih barang yang ada digenggaman tanganku,dan melanjutkan bicaranya.

"kamu masuk jam4 kan?aku tunggu di studio kayu ya?aku mau belajar ngukir."sambil berjalan putra menunggu jawabanku.

"boleh,nanti selesai kelas aku susul ya...lagian kamu mau belajar ngukir apa sih?"

tanyaku penasaran.

"belajar ngukir namaku dihatimu."

putra terkekeh sendiri mendengar ucapannya,akupun tak kalah terkekeh mendengar gombalannya.

******

"Eh...sory"

aku segera meminta maaf setelah menabrak sosok lelaki yg saat ini sedang sibuk merapihkan kertasnya yang jatuh,akupun memungut beberapa lembar kertas miliknya,namun saat hendak mengembalikannya aku tertegun melihat sosok tinggi semampai yang berdiri dihadapanku,rambutnya sdikit gondrong ala korea dan berantakan,kulitnya seputih salju kalau saja aku bisa menggambarkan betapa berlebihannya penilaianku ini,tapi sungguh kulitnya begitu pucat bahkan melebihi kulitku yang sering dibilang  pucat oleh teman-temanku.hidungnya mancung,matanya sipit perpaduan antara mata orang jepang dan chinesse,bibirnya berbentuk,sedikit tipis dan pink,terlihat bahwa dia bukanlah seorang perokok seperti putra.

"iya gak apa-apa"

pria itu segera membuyarkan lamunanku dengan suaranya yang terdengar lembut dan bergegas meninggalkanku,akupun tersadar oleh kertas yang kupegang,aku berlari dan memanggilnya,

"eh...tunggu ini kertasnya ketinggalan"

langkahnya terhenti menoleh kearahku dan mengambil kertasnya dengan cepat lalu mengangguk tanda Berterima kasih.

sebelum mengembalikannya aku sempat melihat kertas-kertas itu dengan cepat sepertinya itu kertas tugas anak perfilman dan tertera nama micaiah artadibrata,aku bergumam mica?micaiah?arta?brata?atau siapa dia biasa dipanggil?saat aku msh menatap punggungnya yang mulai sedikit menjauh terdengar suara lelaki yang membuatnya menoleh kearah suara itu berasal.
"Mica.." suara itu sedikit berteriak.
"ohh...mica"gumamku.


Halo semuanya...mohon dukungan comment dan vote nya yah...saya baru menulis jadi sangat butuh kritik dan sarannya.chapter2 segera menyusul.Trima kasih sebelumnya.😊

EULORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang