Final chapter!

7 0 0
                                    

Aku menyebutkan namamu dalam doaku,bukan untuk kembalinya dirimu.
Untuk sebuah rasa dan kenangan yang ingin kau tetap menemukan bahagiamu.
Karena hanya dengan sebatas itu,aku dapat mengingatmu.

Aku masih duduk bersila dilantai kamar yang kurasa lebih dingin dari biasanya,aku masih sibuk memasukan beberapa barang kedalam kardus bekas yang sudah kusiapkan.sesekali aku menatap barang-barang itu dan menatap sesosok pria yang begitu aku rindukan wajahnya.wajah yang sangat melekat dalam setiap syaraf otakku.

Ya...hari ini aku memutuskan membersihkan kamarku dari semua kenangan tentang mica.bukan untuk membuangnya,tapi untuk menyimpannya.karena seperti itulah kini mica berada dihatiku.dia memiliki tempat tersendiri disudut hatiku.

*Flashback on

"Mica gak bilang dia ada dimana,tapi mica bilang,daddynya ijinin mica ketemu mami nya beberapa saat lalu.dengan bujukan mica,akhirnya maminya mau diajak terapi tentang mental health nya."

Aku masih mendengarkan penjelasan mama tanpa memotongnya sedikitpun.

"Mica bilang,kamu mau mica bahagia setelah ini,itu sebabnya mica mati-matian minta maminya untuk terapi.dan minta ijin daddynya untuk bertemu maminya walau karena masalah kemarin daddynya udah ambil alih dan minta mica tnggal sama daddynya.karena mica bilang,jika Tuhan memang menciptakan kalian untuk bersama,kalian pasti akan ketemu lagi dan disaat itu,mica gak ingin lagi ada hal apapun yang menghalangi kebahagiannya.kalaupun bukan lona,siapapun dia,mica akan nelengkapi kebahagiannya."

Mama mencoba menirukan cara mica berbicara.

"Jadi maminya mica beneran gak sehat ma?"

Tanyaku perlahan

"sepertinya begitu ya nak,kalau mica sampai berbicara begitu.anak mama sudah baik-baik aja kan sekarang?mama bangga sama keputusan lora.mica anak yang baik,tapi mama yakin suatu saat kalau bukan mica,Tuhan akan kirimkan lora pemuda yang juga sebaik mica.lora sudah maafin maminya mica kan?"

Aku mengangguk pelan,tentu saja...bagaimana bisa aku membenci ibu dari laki-laki yang masih aku cintai itu.sebelum mendengar inipun,aku tahu ada yang tidak beres dengan maminya mica.tapi aku tak ingin melukai harga diri mica.syukurlah kalau sekarang semua ya akan membaik.

"Ma....lora gak mungkin benci sama maminya mica.bagaimana bisa ma?lagipula bagi lora,mengenal mica adalah hal yang sangat luar biasa,lora jadi tahu bahwa cinta bisa begitu besar dan belajar tentang apa itu berkorban."

Mungkin seperti ini juga yang dulu putra lakukan saat dia memutuskan untuk kami berpisah.putra menekan egonya dan membiarkan aku lebih bahagia dimasa depan.terima kasih ya put,karena kamu sudah mengajarkan aku hal ini.belum sekarang put,tapi aku akan menemukannya suatu saat nanti.

*Kembali ke suasana kamar lora

Aku kembali menghela nafas panjang saat mengingat apa yang mama katakan tepat disaat aku pulang dari puncak.

Aku meraih bingkai foto warna putih dengan foto mica dan aku didalamnya,aku menatapnya lekat,teringat setiap kenangan yang aku lewati bersama mica.foto yang setiap malamnya menemaniku tidur.kini aku siap,aku siap untuk meletakannya bersama barang lain dan menyimpannya disuatu tempat.
Kututup kardus yang hampir penuh itu tepat disaat ponselku berbunyi,sebuah nama tertera dilayar ponselku.tak lama aku mengangkatnya dan kudengar suara lembut dari sebrang telfon menyapaku.

EULORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang