lampion hitam

29 2 0
                                    

Drisela Marga Dirgantara

Dia adalah pemilik mata bulat cokelat terang .....
Dia adalah pemilik rambut sebahu ....
Dia adalah pemilik berjuta senyum ....
Dia adalah pemilik tingkat kejayusan tinggi ....
Dan dia perempuan-ku.

Kami saling sama lewat akun Instagram. Ingat, Instagram! Dan tentu aku tidak tahu seluk beluk Drisela, yang aku tahu dia perempuan ku. Dan aku mencintai dia. Aku sudah mantapkan segala ketidakinginan yang akan terjadi, aku akan menerima sema.

Tepat saat ini di Cibubur, 24 mei 2016 aku mengajak dia ketemuan di dermaga. Yes, this is first! Aku sudah menyiapkan hal romantis yang disukai kebanyakan perempuan. Aku akan menyuruhnya untuk menutup mata, biarkan indera membawa rangsangan ke otak dan melanjutkan ke otot sebagai tanggapan apa yang ia beri. Kelopak mawar aku susun membentuk gambar hati, lilin-lilin berbaris rapi seolah penerima tamu, dan tentunya lampion warna warni. Aku yakin dia menyukaiku, dan membalas perasaanku

Tidak banyak obrolan kami saat itu, hanya membahas ciri dan spesifikasi masing-masing agar mudah dicari. Dia hanya memberi tahu bahwa nanti ia menggunakan gaun peach selutut dengan mata tertutup kain.

Pukul 19:00 aku sudah tiba di dermaga. Mataku menyelusuri tiap luasan, mencoba mencari sosok yang ku tunggu. Tidak butuh waktu lama aku menemukan seorang perempuan--aku yakin Drisela.

Aku tidak menegur, memeluk atau menepuk bahunya. Aku langsung membuka kain penutup mata tanpa izin.

"Hai, Drisela," ucapku lembut. "Kamu suka?"

"Endriko, ya? Suka apa?" Dia langsung menebak siapa aku, tanpa memutar tubuh.

"Itu, lihat deh, ada lampion warna warni, kelopak bunga mawar lambang hati, sama lilin ini aku yang buat. Pasti kamu suka,kan? Jangan pura-pura nggak tahu, jadi gemas."

"Lampionnya hitam."

Hitam? Apa yang dia lihat? Apa dia buta warna?
Pertanyaan itu spontan terlintas dibenakku, batinku seolah sedang berdebat dengan kemungkinan yang tidak diharapkan

"Itu ada warna merah, biru, kuning, hijau, tentunya warna kesukaan kamu putih. Kenapa kamu jadi suka hitam? Bukannya hitam identik denga hal buruk?"

"Aku buta, Endriko." Dia memutar tubuh menghadapku, lalu tersenyum tenang.

Di saat inilah jantungku berdegup kencang. Aku tidak percaya, seburuk ini nasibku? Dipertemukan dengan gadis lewat media sosial dengan keadaan buta?
Aku langsung mengeyahkan itu, aku sudah janji  akan menerima dia dalam kondisi apapun.

Keranjang Drabble [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang