Chapter 3

156 15 2
                                    


Chapter 3

Senyum senang tak percaya masih terulas di bibir Rey saat mereka kembali ke taman, meski masih terbesit ragu dengan kemampuannya.

"Bagaimana kalau aku tiba-tiba gugup, terus hilang suaranya...?"

"Halaah, lebay, deh...," sungut Maya. "Pede aja, lagii..."

"Nggak akan laah...," timpal Key, "Tenang aja, kamu pasti bisa..." Ditepuk-tepuk pipi Rey menyemangati.

"Yeah," Rey tersenyum ragu dengan melepaskan tangan Key dari pipinya. Aku bukan bayi lagi...

Key tertawa kecil.

Maya harus tersenyum melihat perlakuan Key pada Rey. Cowok ini... aarggghhh... bener-bener bikin cewek meleleh, full of love..., pas banget _

"Ok, aku ke lapangan yaa..." pamit Key membuyarkan lamunan indah Maya. Ia terkesiap sendiri.

"Ok..." Rey menyahut dan merasakan Key berjalan menuju lapangan. Ia merogoh earphone dari dalam tasnya, siap dipasangkan kembali ke telinganya.

Maya masih memandangi sosok tinggi itu dari belakang. Alaamak, dari belakang saja sudah cakep.

'Duh!' Dengan cepat Maya menyadarkan diri, takut terbaca oleh Rey. Tidak seperti saudara kembarnya yang cuek, makhluk di sampingnya ini memiliki kepekaan manusia di atas rata-rata. Tapi untunglah, Rey sudah dengan earphone di telinganya.

Dengan menghela napas ia menarik satu earphone di telinga Rey.

"Hey...!" protes Rey kaget.

"Aku pulang duluan, yaa..., ada janji mau temenin Mama cari kain di Pasar Baru," pamit Maya.

"Ok..."

"Sampai besok, Rey... Oh..., jangan banyak makan gorengan dulu..., ganti sama makan cikuur1 aja..." Maya berlagak menasehati.

"Hayaahh..., berisiikk...," Rey tertawa.

Maya semakin tertawa senang meninggalkan Rey.

Rey masih tersenyum geli lalu kembali memasang earphonenya, melanjutkan mendengarkan musik dari ponselnya.

Belum lama ia menikmati musiknya, indra penciumannya mengenali aroma parfum yang sama dengan seseorang yang datang ke ruang musik tadi, berada di dekatnya. Ia terkesiap siaga. Cewek itu ada di sini lagi.... Dicabut earphone dari telinganya.

"Haloo...," Rey mencoba menyapa ramah ..... Entah dimana sosok itu persisnya karena aromanya terasa mengelilinginya.

Tidak ada sahutan.

Rey masih menunggunya.

Tidak ingin merasa kege-eran, dia masih tetap menunggu, tapi aroma itu masih kuat di sekitarnya.

"Maaf, siapa ya?" Ia kembali mencoba bertanya.

Sesaat sunyi....

"Ng..., saya..., Kang, Pak Maman, keamanan sekolah..." Sebuah sahutan menjawab setengah ragu.

"Eh...?" Rey terkaget. Kok suara cowok yang jawab? Dan seketika itu juga, hawa aroma keringat laki-laki, masuk ke penciumannya, menggantikan aroma lembut tadi.

"Eh..., ya, Pak?"

"Maaf, Kang Rey..., sudah ada yang menjemput Akang..., Ibu Alina," petugas keamanan sekolah itu memberitahukan.

"Ah, iya, Pak. Terima kasih," Rey menyahut dengan tersenyum. Segera dimasukkan earphonenya ke dalam tas, lalu beranjak berdiri.

Sesaat didengarnya suara dari arah lapangan. Mencari adakah Key di sana.

Bright TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang