Chapter 6

85 7 0
                                    


Mari kita teruskan saja  :)

Enjoy and hope you like it :)

ENAM

Pagi yang indah keesokan harinya, sehari sebelum pertandingan. Key harus memantapkan permainan timnya dan Rey semakin menyiapkan diri untuk siap bernyanyi di depan orang banyak.

Latihan tim basket dimajukan menjadi pagi. Mereka diijinkan untuk tidak mengikuti pelajaran. Key dan yang lain tampak begitu bersemangat dengan final besok. Latihan terakhir tak seberat biasanya, mereka hanya melakukan latihan ringan untuk menjaga kondisi fisik agar tetap maksimal saat bertanding.

Key siap memulai latihannya saat sudut matanya menangkap seseorang menyusuri koridor menuju kelasnya. Tiba-tiba teringat kejadian kemarin siang di mall. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengejar sosok itu.

"Hey..." Key berhasil menyentuh lengannya.

Sosok itu berbalik dan sedikit tercekat melihat dirinya.

"Oh, Key..." Wina memaksa tersenyum. "Ada apa?" ia berusaha normal dengan jantung berdebar. Berhadapan dengan Key memang tidak pernah mudah.

Key menatap setengah tajam gadis itu. "Lain kali, nggak usah stalking-stalking-an," desisnya pelan.

Kening Wina berkerut tak mengerti. "Apa ya, aku nggak ngerti, Key?"

Tapi Key masih menatapnya tajam, "Kamu juga tahu maksudku, Win."

Wina terkatup, tak berkutik. Bagaimana dia bisa tahu?

Key mengangguk puas lalu berbalik siap kembali ke lapangan. Tapi baru beberapa langkah ia berbalik kembali, "Kalau kamu sampai macam-macam sama dia...," Key tersenyum simpul, tak perlu melanjutkannya, dan cukup membuat Wina terpaku pucat.

Key mengangguk dan segera berbalik berlari ke lapangan.

Sesaat Wina masih terpaku kaget. Pagi-pagi ia sudah mendapatkan peringatan, peringatan dari Key tentang Rey. Dirabanya ponsel yang berada di saku roknya. Semua tentang Rey terekam di sini. Semoga Key tidak pernah tahu.

^

Saat istirahat pertama dan latihan masih berlangsung, beberapa murid tampak menonton latihan mereka di pinggir lapangan. Sesekali Key menengok siapa yang menonton mereka. Dan ia harus tersenyum melihat seperti biasa Rey menontonnya ditemani Maya. Entah sebenarnya siapa yang menemani siapa, karena pastinya Rey tidak mungkin menonton dia berlatih. Tapi melihat keduanya di sana, membuat hatinya tenang.

Pandangan mata Maya tak lepas dari permainan Key. Ia semakin terkagum dengan cowok itu. Walau ia dengan mudah dekat dengan Key karena statusnya sebagai saudara Rey, tetap tidak membuatnya berani melintasi batas sebatas pengagum. Toh, mungkin saja Key akrab dengannya hanya karena dirinya sahabat Rey, saudara kembar yang amat disayanginya. Tidak akan lebih. Juga ia tidak ingin merusak persahabatannya dengan Rey karena mencintai Key. Perasaan itu harus ia sembunyikan rapat-rapat. Dan yang bisa ia lakukan hanyalah ini, hanya menjadi penggemarnya.

"Permainan Kak Key keren banget, ya," puji Maya tak sadar, saat melihat Key berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

Rey tersenyum geli. "Kalau memang suka, kenapa nggak bilang langsung saja ke dia?" todongnya. "Mau aku bantuin...?"

Maya tercekat, keceplosan. "Eh, apaan, sih, Rey? Aku kan, cuma muji main basketnya aja," ia langsung salah tingkah.

"Aku mungkin nggak bisa lihat, May..., tapi aku bisa membaca aura, apalagi auramu...," goda Rey tersenyum simpul.

"Diih...., kayak peramal saja," ledek Maya, dengan beranjak dari duduknya. "Dah, aku ke kantin bentar, cari cemilan. Mau nitip...?"

"Nggak lah, makasih. Eh aku bisa lho jadi mak comblang..." ia tergelak masih menawarkan diri.

Bright TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang