Chapter 9

69 8 0
                                    

Chapter 9

Darah Erza langsung berdesir dingin menangkap ada yang tidak beres di bawah sana. Tampak Key dilepaskan dari pelukan Rey dan terlihat tak sadarkan diri, dikerumuni kawan-kawannya. Suasana berubah seketika.

"Key!" Secepat kilat, Erza berlari menuruni tribun dan menuju titik kerumunan. Alina menyusul di belakangnya.

Susah payah, Erza menembus kerumunan yang mendekat ingin tahu apa yang sedang terjadi.

"Key!?" Saat ia sampai di sana Key sudah dipegang pelatih dan tim medis pertandingan dengan wajah yang khawatir dan kebingungan karena Key pingsan di akhir pertandingan.

Rey merasakan kehadiran ayahnya. "Pa!?"

"Rey, Key kenapa?" Erza melihat Key terbaring di lantai dengan wajah pucat pasi dan kening yang tanpak basah kuyub. Disentuhnya tangan Key yang dingin. "Key, Sayang? Kenapa dia, Coach?"

Pak Denny mendongak dan melihat kedatangan ayah Key. "Sepertinya kelelahan," ia mengira disertai perasaan bersalah. Anak ini menjadi tanggung-jawabnya selama di bawah didikannya. Dicobanya dengan memberikan minyak angin dan oksigen. "Key..., Nak?" Tapi saat disentuh keningnya lalu lehernya, "Eh, dia demam..."

"Huh?" Erza menyentuh leher Key yang sudah terasa panas. "Hey, kenapa kamu, Nak?" Erza semakin kebingungan khawatir.

Rey terpaku mendengar kata demam. Ia harus memberi-tahukan mereka.

"Kakinya, Pa...."

"Huh? Kakinya?"

Erza dan Guru Olah Raga sekaligus Pelatih Basket itu langsung melepas masing-masing sepatu Key serta kaus kakinya. Dan mereka langsung terpucat dengan wujud pada salah satu pergelangan kakinya.

"Astaga! Langsung bawa ke rumah sakit ..."

Erza menelan ludah, dan tanpa berpikir dua kali, langsung direngkuh tubuh putranya dan menggotongnya sendiri keluar dari sana. "AMBULAANN!!!"

^^

Pecah ligamen pada pergelangan kaki.

Itulah diagnosis yang langsung didapat setelah pemeriksaan dilakukan. Dokterpun takjub melihat cedera itu, masih dapat dipaksakan bergerak hingga pertandingan usai, dengan segala tekanan gerak. Sepertinya tubuh dan pikirannya dipaksa menahan rasa sakit itu, hingga akhirnya tak mampu lagi menahannya dan langsung menaikkan suhu tubuh hingga kehilangan kesadaran.

Operasi langsung dilakukan untuk memperbaiki kerusakan. Operasi memang berlangsung tak lebih dari dua jam, tapi pemulihannya akan berlangsung lama. Dokter mengatakan setidaknya dua hingga tiga bulan kakinya tidak akan bisa diajak lari, terlebih bermain basket. Itupun dengan fisioterapi.

"Sekali lagi saya minta maaf, Pak, saya sama sekali tidak tahu jika Key cedera. Jika tahu, pasti sudah saya larang untuk bermain," Pak Denny masih diliputi rasa bersalah karena tidak menyadari salah satu anak asuhnya cedera dan tetap bermain hingga berakibat fatal. Ia pun tetap menemani Key di rumah sakit, sementara anak-anak timnya, mengangkat tropi kemenangan di sana tanpa sang Kapten. Ia tidak akan begitu saja melepas tanggung jawab.

Erza tersenyum tipis menahan perasaannya. "Tidak apa-apa. Bukan salah Bapak. Anaknya yang memang tidak mau cerita," perih ia mengakuinya. Dirinya memang hampir naik pitam melihat Key yang cedera masih dipaksa untuk bertanding. Tapi setelah ditenangkan Alina dan mendapat penjelasan Rey tentang Key yang bersikeras menyembunyikan cederanya, membuatnya tak tahu harus marah pada siapa.

Marah pada Key yang sok pahlawan atau marah pada Rey yang ikut bersekutu dengan saudaranya dengan aksi tutup mulut? Tidak bisa, karena Key ternyata memang anak berjiwa ksatria, mengorbankan dirinya untuk tim dan sekolahnya, juga Rey yang selalu kompak dengan saudaranya. Rey tidak akan mengkhianati Key. Juga sekarang pastinya Rey diliputi rasa bersalah karena mau bersekongkol dengan saudaranya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bright TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang