part 1

29 3 0
                                    

Dia tiba-tiba tersadar.

Hei, apa kau merasa waras sekarang? Apa kau benar-benar yakin mengenai apa yang kau rencanakan di masa depan? Oke, tenanglah dan pikirkan sekali lagi. Saat ini,masih ada waktu untuk kembali dan berpikir; jangan lakukan semua hal ini karena satu momen nekat.

Disamping itu, apa keuntungannya bagimu?

(Keuntungan....?)

Dalam kata lain, imbalan.

Dan 1000 tahun kemudian....
Keinginan Naoto Miura, yang setara dengan resiko yang dia ambil.

Naoto menahan napasnya saat dia berdekap diantara penampung air dan instalasi AC di atas gedung yang tinggi, menahan hatinya yang hampir jatuh dalam amukan, dan mengatur napasnya.

(Ini-)

Apa perlu dikatakan? Ini semua untuk dia.

Karena orang yang amat sangat imut itu menginginkannya. Tidak, dia tidak tahu bagaimana penampilan gadis itu, tapi kemungkinan besar gadis itu pasti imut. Karena itu tidak ada masalah; dia pasti harus mendapatkan gadis itu, untuk memeluk erat gadis itu, untuk
membiarkan kepala gadis itu bersandar di lututnya sambil dia mengelus kepala gadis itu, untuk mengacak-acak rambut gadis itu, untuk mencintai gadis itu tanpa menahan diri.

Benar, dia sudah memutuskan hal itu. Dia tidak boleh panik, gunakan kepalanya, menjadi sedikit keren, dan tidak menahan diri. Jika siapapun berniat untuk menghentikannya,
dia akan menghancurkan siapapun yang menghalangi jalannya, bahkan kalau itu seorang presiden sekalipun.

Dia menepuk pipinya untuk memotivasi dirinya sendiri.
Dia memastikan situasinya. Hari sudah malam, hampir berganti tanggal.

Ujung atap bangunan itu tidak bisa menghalangi pemandangan cahaya yang berpendar di jalanan, seolah-olah semburan cahaya yang memurnikan kegelapan.

Mereka adalah gir yang mengubah energi menjadi cahaya, cahaya dari gir cahaya. Dibawah selimut cahaya itu, langit berbintang tidak bisa terlihat. Apa yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah bulan perak dan 'Equatorial Coil' yang beroperasi dalam pengaruh gravitasi.

"Baiklah kalau begitu...."

Naoto menyandarkan punggungnya di dinding dalam kegelapan, dan memandang tajam ke arah jalanan.

Apa yang bisa dilihat di bawah adalah 'Kota Clockwork'-Akihabara.

Dahulu kala, tempat ini adalah area padat yang terkenal sebagai distrik untuk elektronik, dan di titik ini, masih bertahan sebagai ibu kota dari lingkungan yang paling maju.

Ada anime, manga, game, dan juga gir, suku cadang mesin dan suku cadang otomatis. Akihabara adalah kota hiburan, dengan toko besar maupun kecil, sebuah sarang aktivitas.

Sebuah ingatan terlintas di pikirannya,mengingatkannya kalau dia pernah datang ke tempat ini untuk "Berziarah di Tanah Suci", dan menghabiskan banyak uang di tempat ini. Tapi, di titik ini, dia tidak punya sentimen terhadap tempat ini.

Karena dia sudah mendapatkan sesuatu yang lebih mengagumkan-dan mulai sekarang, dia akan terus mencari hal itu.

"Baiklah, sudah waktunya."

Setelah menggumamkan kata-kata ini, Naoto menarik kepalanya. Dia mengambil kabel yang berserakan di lantai, dan menyambungkannya ke headphone hijau neon murahan dikepalanya.

Kabel-kabel itu tersambung pada sebuah mixer penguat, sebuah unit efek, sebuah pengontrol gangguan, dan segala jenis perlengkapan audio. Selain itu, ada beberapa mikrofon yang tersambung ke dalam benda-benda tersebut.

Naoto menyalakan mesinnya, dan duduk bersila. Dengan suara dengungan yang dalam, mesin itu mulai menyala. Dia menarik napas dalam-dalam, dan dadanya berdetak liar, thump thump, memompa darah panasnya ke seluruh tubuh. Telinganya bebas dari hal yang mengganggu.

Dan dia memanggil.

"-Marie, apa kau siap?"

"-Tentu saja, memangnya kau pikir aku ini siapa?"

Jawaban itu datang dalam bentuk suara dari seorang gadis yang elegan, dan suara mirip bangsawan yang angkuh dan sombong itu tidak terasa menyakitkan saat suara itu memasuki telinga Naoto.

"Semuanya bergantung padamu, Meister."

"Tentu saja. Tolong fokus saja pada tugasmu."

Baiklah, Naoto mengangguk.
Dan kemudian, dia mengurusi perlengkapannya, mengganti jalur mikrofonnya, dan berkata,

"-Halter, bagaimana dengan pihakmu?"

"-Aku tidak sabaran disini. Siap pergi kapan saja."

Suara yang dalam tapi mempesona menjawab pertanyaannya.

"Tapi apa kau baik-baik saja di sana? Bagaimana perasaanmu? Kau adalah inti rencana ini, Naoto. Semuanya bergantung padamu."

"Ini hanya hal kecil. Tidak masalah."

"Kalau begitu cepatlah selesaikan hal ini. Saat kita kembali, pak tua ini akan mentraktirmu makan siang."

Naoto mendengar nada bicara bersemangat Halter, bersama dengan semacam siulan, dan sedikit tersenyum masam. Tensi di dalam tubuhnya sedikit mengendur karena hal ini. Kemudian, Naoto mengganti jalurnya lagi, dan memanggil ke orang terakhir.

"-RyuZU, kau siap?"

"-Tuan Naoto, tolong izinkan hamba untuk memberikan sebuah nasihat bagus. Bila anda bertanya tentang hal yang sudah anda yakini, anda itu tolol. Tingkat intelektual anda sudah rendah secara mengejutkan, jadi jika hamba boleh meminta, tolong setidaknya berlagak sedikit bijak saat anda bertingkah."

Jawaban yang dia dapat adalah sarkasme pedas. Kata-kata yang akan menghancurkan hati pendengarnya itu datang dari seorang gadis yang tenang—suara lincah yang sejenis dengan suara kotak musik.

Naoto tersenyum dan menutup matanya.

"Kau tahu, RyuZU."

"Ya, ada apa?"

"Aku mencintaimu."

"-Kupikir, sebagai seekor babi, akan lebih baik jika anda mati saja."

"Phii~"

Bahu Naoto bergemetar sambil tertawa kecil; omelan imut itu terasa enak.

Ta ta ta, dia menepuk pelan pengendali perlengkapan di sana, dan berdiri.

"Oke, mari mainkan sebuah lagu untuk beberapa saat."

Naoto menghadap mikrofon-mikrofon yang berjejer di kakinya,

"Mari mulai hitung mundurnya, oke? Tiga, dua, satu-"

Sambil menghitung mundur, dia mengangkat tangannya ke langit.
Dia menatap ke arah Akihabara, yang terletak dibawahnya, dan seperti seorang konduktor yang memimpin sebuah orkestra, mendengarkan ritme yang dia sebabkan dengan telinganya, dan mengayunkan turun tangan kanannya dengan kuat.

Naoto tetap tersenyum.

"-Mulai!"

Clockwork PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang