Cetta berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan, ia tidak berhenti menggerutu barang sedetik pun.
Ini semua karena Eggy. Batinnya
*flashback on*
Beberapa menit setelah kepergian Danish ke perpustakaan..
"WOI DIEM-DIEM BAE, NGOPI APA NGOPI! " Bagas memukul punggung Arva kencang, mengakibatkan Arva tersedak bakso bulat yang baru saja ia suapkan kedalam mulutnya.
Eggy yang melihat itu pun langsung terbahak, tanpa sengaja menyenggol gelas yang berisi es teh.
Gelas itu sukses mendarat diatas rok Cetta--dan ya, sekarang rok Cetta sangat basah seperti orang yang habis mengompol.
*flashback off*
Di depan pintu masuk perpustakaan Cetta tidak melihat kearah depan karena ia sibuk menggosok-gosokan roknya yang masih tersisa bercak-bercak kecoklatan dan tanpa sengaja berpapasan dengan Danish.
"Lo kenapa?" tanya Danish ketika ia melihat rok Cetta.
"Kelakuan temen-temen lo." Cetta berjalan melewati Danish begitu saja.
Ia masuk kedalam perpustakaan dan memilih tempat duduk di sudut ruangan.
Danish yang tadinya ingin kembali ke kelas kini malah mengikuti Cetta dan duduk di sebelah gadis itu.
"Lo mau ngapain?"
Cetta melirik Danish sekilas. "Tidur." Cetta meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri "Jangan berisik." lanjutnya.
Danish menganggukkan kepalanya, kemudian berdiri,
"Nih buku lo," ia meletakkan salah satu buku yang dipegangnya di atas meja. "Istirahat tinggal 10 menit lagi, inget jangan kebablasan." Lanjutnya.Cetta menyautinya dengan gumaman yang samar-samar terdengar di telinga Danish.
"Gue duluan." Pamit Danish singkat dan langsung berjalan menuju pintu perpustakaan.
Cetta yang sudah merasa aman dengan situasinya perlahan-lahan mengangkat kepalanya dari posisinya.
"Hoamm.." Cetta merentangkan kedua tangannya diatas. Sebulir air mata lolos dari sudut mata kirinya.
Ia meneliti buku yang tadi diberikan oleh Danish dan diletakkan lagi diatas meja.
"Bolos aja deh."
***
Shavi was-was karena teman sebangkunya belum pulang juga sedangkan di depan sana Pak Ogah sedang mempersiapkan ulangan dadakan.
Shavi membuat bola-bola kertas dan ia lemparkan ke meja baris kedua depan dari tempatnya.
Bola tersebut terbang meleset ke arah samping mengenai suatu kepala.
"Yah.. salah orang."
Liga-- teman sebangku Danish menengokkan kepalanya ke belakang, mencari si pelaku pelempar kertas.
"Woi.. Danish." Shavi menunjukkan tangannya ke arah Danish. "Panggilin Danish." Lanjutnya sambil berbisik-bisik.
Liga menyolek lengan kanan Danish yang langsung dihadiahi tatapan tanya oleh si empunya.
"Apaan?"
"Tuh di panggil Shavi"
Danish menengokkan kepalanya ke arah Shavi, "Kenapa?" Tanyanya tanpa suara.
"Buku gue mana kodok?"
Danish lupa kalau ada dua buku yang ia ambil dari perpustakaan. Ia merogoh kolong mejanya, mengambil satu buku disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cetta Azarin
Dla nastolatkówAku adalah gadis yang tak pernah merasakan cinta. Perasaanku dipaksa untuk mati sejak kejadian dua tahun yang lalu. Selama ini aku hidup bagai manekin yang dapat berjalan. Sampai saat aku bertemu dengan mereka, hidupku perlahan-lahan mulai berubah. ...