Prolog

60 3 0
                                    





Berawal dari pertemuan yang tidak sengaja: Dara mengendarai sepeda dan menabrak sebuah batu besar sehingga tubuhnya melambung di udara. "Bugh!" mendarat cantik di atas tubuh Rawa dalam kondisi tubuh Dara yang telentang meniban tubuh Rawa yang juga telentang. Setelahnya, kejadian demi kejadian yang tak terduga terjadi dan berbuntut panjang. Mmmmhhh!

***

Tentang Aalisha Adara Putri

Aalisha Adara Putri atau Dara merupakan gadis 21 tahun yang kini duduk di bangku kuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Gadis berkerudung ini berkulit kuning langsat khas Sunda, berperawakan 160 cm, tapi berhidung standar orang Indonesia kebanyakan. Motonya, susah senang yang penting tampil kece dengan senyuman.

Nah, gara-gara ini, wajahnya yang sebenarnya biasa saja akan tampil memukau bercahaya. Dara sudah membuktikan! Kata sohib-sohibnya, kalau Dara tersenyum serasa melihat dr. Kang Mo Yeon di drama korea Descendants Of The Sun yang hits di tahun 2016 silam. Cucuit!

Gadis penyuka pecel ayam ini pun sosok yang santun. Katanya, kesantunan itu warisan nenek moyang Indonesia. Bahkan, ia bernasionalis tinggi. Beli barang apapun diusahakan produksi Indonesia. Ajiib!

Belum lagi di setiap kesempatan, sebisa mungkin menggunakan bahasa Indonesia. (Hehe, ya iyalah orang tinggal di Indonesia masa pakai bahasa Korea, ga nyambung tar_edisi author terkekeh sendiri). Makanya, ia ambil jurusan bahasa Indonesia pascalulus SMA. Konon, ini adalah bukti kecintaannya terhadap bahasa sendiri.

Bahkan ia berniat mengajarkan bahasa Indonesia ke seluruh penjuru dunia! Khususnya, Korea Selatan sambil bisnis kuliner pecel ayam di sana. Sesekali tengok kanan kiri siapa tahu ada Song Hye Kyo lewat, jadi bisa foto bareng.

Yup! Ia penyuka hal-hal berbau Korea Selatan. Boleh donk! Kamarnya saja full of Korea Selatan. Ia pun belajar bahasanya sedikit-sedikit. Prinsipnya: lestarikan bahasa daerah, cintai bahasa Indonesia, dan kuasai bahasa asing, terutama Korea Selatan. Gubrak! Balik lagi ke Korea Selatan.

Walau demikian, Dara bukan aktivis cinta. Tak ada pacaran dalam kacamatanya. Namun herannya, cowok kalau dekat dia berasa nyaman. Katanya sih karena Dara punya kelebihan memberikan perhatian dengan tulus pada orang tanpa pandang bulu. Padahal sungguh, Dara melakukan itu dengan tidak sengaja. Makanya, tidak sedikit cowok menyatakan cinta, sejak SMP mula. Namun, selalu dengan santun Dara katakan "maaf, belum waktunya", "belum dapat izin dari Mama", "mau fokus belajar", "mau traveling dulu", "mau jadi writer dulu", "mau bahagiakan orang tua dulu...","mau jadi sukarelawan pengajar bahasa Indonesia dulu di luar negeri", dan sejuta alasan absurd lainnya, sampai sekarang.

Dara lebih senang menyalurkan hobinya daripada buang waktu buat pacaran. Menyalurkan imajinasi terpendam yang bisa meledakkan kepalanya kalau tidak segera disulap menjadi sebuah tulisan cantik, seperti author, maksudnya seperti dia. Ehem.

Atau.... membaca novel dan puisi di sebuah taman sambil ditemani kopi panas. Sruup, mantabh! Bisa juga nyanyi-nyanyi bareng Meli_sohibnya, untuk mengusir kejenuhan menyusun skripsi. Namun, hal wajib yang tidak boleh lupa: mengaji bersama di musholla bareng teman-teman tiap malam Jumat. Olala, Dara loves her life!

Ia pun dikelilingi orang-orang yang begitu mencintainya: Bapak, Mama, Bowie_kakak Dara yang sudah menikah dengan Prisma_kakak ipar dan dianugerahi keponakan-keponakan yang lucu, tapi kepo: Azwa, Syalwa, dan Malwa.

Ditambah sahabat Dara: Melia Patricia namanya. Orang keturunan China, tapi berjilbab alias hijaber. Meli ini kalau bicara suka cumpar campur bahasa. Kadang membuat orang pusing mencerna maksudnya. Namun menurut Dara, justru lucu dan jenius. Ini yang membuat Dara dan Meli klop sampai sekarang.

Satu hal lagi, Dara merupakan gadis last minutes. So, ia super ceroboh apalagi kalau mengerjakan sesuatu, pas waktunya mepet. Beuh! Alhasil, Dara gradak gruduk tidak jelas. Namun, salut bagi Dara, di antara waktu kepepetnya, ide brilian suka muncul tiba-tiba dari kepalanya. She's so smart!

***

Tentang Aaryan Arnawa Putra

Aaryan Arnawa Putra alias Rawa, siapapun orangnya suka malas dekat-dekat dia, apalagi karyawannya. Pria 29 tahun ini sosok perfeksionis dan temperamental. Sepertinya ia punya pengalaman buruk yang membuat senyumnya seolah lenyap dibalik wajah yang sebenarnya tampan.

Ia tampan? Jelas! Karyawan boleh tidak suka karena Rawa workholik dan berimbas pada ritme kerja perusahaan yang dipimpinnya. Namun, kehebohan para gadis yang terbentuk karena wajahnya, jangan ditanya. Sekali ia tersenyum, semua mata tak bisa berpaling. Sebetulnya wajahnya tidak jauh beda dengan Kapten Tim Alpha_Yoo Si Jin masih di serial yang sama: Descendants Of The Sun! Hanya, tubuh Rawa jauh lebih tinggi, atletis, dan berisi.

Rawa saat ini eksis di Bogor karena sedang menggarap CrewNOL yang merupakan akronim dari Creativity with No Limit. Perusahaan ini merupakan anak cabang dari Nusaraya Putra Jakarta milik ayahnya yang bergerak di bidang Properti and Interior.

Prestasi Rawa begitu membanggakan. Makanya, untuk ke sekian kali sang ayah mempercayakan anak cabang perusahaan baru di tangannya. Berhasil! Baru dua tahun, hampir semua hotel, restoran, kafe, bahkan perpustakaan, gedung-gedung termasuk gedung sekolah jadi garapannya. Nama Rawa pun semakin diperhitungkan di bidangnya.

Alhasil, tidak sedikit bisniswati penasaran dengannya dan mencoba mendekati. Alasannya macam-macam, menjalin hubungan bisnis, merayakan ulang tahun perusahaan, dan lain-lain. Dan Rawa, selalu ramah terhadap wanita yang sekelas dengannya. Namun tidak untuk waktu lama. Semua gadis itu akan dilupakannya cepat seiring dengan kerjaannya yang padat.

Bahkan, tidak sedikit pemilik perusahaan yang memiliki anak gadis, mencoba mengatur strategi untuk makan malam dengannya. Siapa tahu membuat pria berkulit putih ini sudi melirik anak gadisnya tersebut. Lagi, Rawa akan begitu santun menerima ajakan makan malam, walau ia tahu maksudnya untuk mendekatkannya dengan anak gadis mereka, tetapi setelahnya Rawa no respon.

Sampai saat ini, rahasia hati hanya Rawa yang tahu. Ia mudah bergaul dengan wanita manapun. Namun para wanita itu justru dibuatnya mendapat harapan palsu. Jika ada wanita yang mendesaknya memberi jawaban, ia dengan ketus menjawab bahwa ia tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun dan tak pernah membuat siapapun menunggu. Kasihan para gadis itu! Makanya di usianya yang menjelang 30 tahun, ia belum menentukan tambatan hati. Pikirnya, segala sesuatu bisa dilakukannya sendiri.

Namun, perlakuannya seperti itu justru membuat semua gadis bertambah penasaran dan tertantang untuk menaklukannya. Namun, tetap belum ada satupun gadis yang menggetarkannya. Rawa selalu berpikiran sama: gadis itu mengincar uangnya atau ingin membesarkan perusahaan keluarga mereka.

Hal yang pasti karena di usianya itu dia belum menikah juga, berita yang beredar tentang Rawa pun aneh-aneh. Ada yang mengatakan Rawa hanya melirik gadis berkelas saja. Makanya, gadis-gadis yang mencoba mendekati Rawa pun dengan rela hati mengikuti kelas kepribadian. Belum lagi ia dikatakan homo. Atau.. Rawa yang sebenarnya sudah punya anak di luar negeri, dan lain sebagainya.

Intinya, Rawa tidak peduli. Dia hanya memikirkan hal yang berguna baginya. Ia termasuk orang yang tidak memedulikan orang lain.

Ayah Rawa selalu mengatakan Mamanya yang membuat Rawa menjadi begitu. Entahlah. Hal yang pasti Rawa begitu memuja Mamanya, tapi kini Mamanya meninggalkannya. Nah, sejak kehilangan Mamanya, ia menjadi pemurung dan suka marah-marah. Terlebih pada ibu tirinya yang menurutnya sumber dari semuanya.

Ibu tiri Rawa berbeda 180 derajat dengan Mamanya. Ibu tiri Rawa heboh dan ceplas ceplos. Itulah yang membuat Rawa tidak betah di rumah karena menurutnya rumah jadi berisik. Makanya, Rawa memilih tinggal di apartemen atau rumah miliknya sendiri seperti saat ini di Bogor dari pada tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Apalagi ada 3 adik tiri: Andrika, Melisa, dan Marsha. Rumah bisa jadi super heboh.

Rawa suka keheningan. Desain rumahnya saja yang saat ini ia huni bernuansa hitam putih. Tak ada warna lain. Padahal hidup itu berwarna, bukan?

***

Bagaimanakah pertemuan Dara dan Rawa selanjutnya? Simak terus di sini ya...

Oops! Sorry cause I ... YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang