Sesuatu yang mulai rusak

43.1K 4.3K 304
                                    

Haiiii!!!!

Seneng gak aku update???

Aku seneng banget karena peringkat cerita ini di wattpad ternyata lumayan bagus yaaa. Aku baru engeh. Makasih yang udah baca dan masukin ke reading list ya!!!

Pokoknya komen yang banyak yaaaa biar cerita ini banyak yang lihat lagi. Karena komen dan vote kalian berpengaruh banget genk!!!

Jangan lupa follow IG gani ya Ganindra.putra

Happy reading yaaaa

:))

***

Gladis tersengat kaget ketika tangan Tian menyelusup ke dalam tengkuknya, menahan kepalanya, lalu menekan bibirnya lebih dalam. Lidahnya bermain di antara sela bibir Gladis, sebelum akhirnya memaksa masuk dengan satu gigitan pelan.

Di sisi lain, Gani terpaku. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk percaya pada apa yang mata kepalanya lihat. Seperti mimpi buruk, bahkan mimpi buruknya sekalipun tak pernah terasa seburuk ini.

Perlahan, cowok itu melangkah mundur, jari-jarinya mengepal menahan rasa sesak yang terus menjalar ke dadanya. Andai ia menoleh satu menit lebih lama, dan hanya melihat kejadian setelah ciuman itu terjadi, mungkin rasanya tak akan semenyakitkan ini.

Gani memutuskan untuk segera keluar dari tempat menjijikan itu, namun sampai di ambang pintu, cowok itu kembali berbalik, tiba-tiba teringat sesuatu.

"Ah... Sheryl," gumamnya seraya melangkah maju. Gani memberanikan diri masuk ke dalam dance floor yang sesak akan manusia. Dia tak akan pulang tanpa membawa Sheryl. Gani sudah terlanjur berjanji pada Bik Ratna untuk menjaga cewek merepotkan itu selama di Vinclub.

Di tengah lantai dansa, matanya tak berhenti mengedar sambil terus berusaha menembus kerumunan manusia yang asik berjoget. Namun ternyata tak butuh waktu lama mencari Sheryl karena dress berwarna ungu metalic menyakitkan mata yang Bebi kenakan amat mencolok walau cahaya di sekitar mereka temaram. Gani berjalan mendekat.

"Beb, mana Tian? Lo bilang Tian ke sini terus kalau malam minggu. Gak liat tuh," kata Sheryl setengah berteriak. Tapi Bebi tak menjawab, malah terlihat asik menggoda cowok yang sedang berjoget di sebelahnya, sedangkan Maura tak tahu ke mana, hilang begitu saja beberapa menit lalu.

"Ahh kacang," gumam Sheryl kesal.

Sheryl lalu berbalik dan terkejut begitu wajahny terasa menabrak sesuatu yang tidak terlalu keras. Ah gue nabrak orang lagi. Aduh gimana nih?

"Aduh.... sorry," katanya panik. Sheryl membenarkan letak kaca matanya pada hidung sebelum akhirnya mendongak dan mengetahui siapa yang baru saja ia tabrak.

"Gani?"

"Lo mau nyari Tian kan? Sini biar gue tunjukin," kata Gani datar. Gani meraih tangan Sheryl dan menggengamnya erat.

"Lo tau Tian di mana, Gan?" tanya Sheryl antusias.

Gani tak menjawab. Mereka berjalan menerobos dance floor dan keluar di depan deretan sofa yang hampir semuanya berpenghuni. Mata Sheryl mengedar dan menemukan Siska bersama Rafael and the genk sedang menempati satu sofa tak jauh dari tempatnya berdiri, namun Sheryl tak menemukan Tian di sana, Gladis pun tak ada.

"Mana Tian? Nggak ada," kata Sheryl.

Gani lalu kembali menariknya. Kali ini menyusuri satu demi satu sofa. Beberapa kali Sheryl menangkap wajah tak asing—yang sepertinya anak satu sekolah dengannya—sedang mengobrol, tertawa, bahkan mabuk-mabukkan di antara sofa-sofa tersebut.

"Wah! Gan, itu Tian!!!!" pekik Sheryl kesenengan. Ia menunjuk meja bar besar di mana Tian dan Gladis terduduk

"Gan, kita duduk di bar ya! Di sebelah Tian!" usul Sheryl di sela langkahnya. Tapi Gani tak merespon apapun. Yang cowok itu lakukan hanya menggenggam tangan Sheryl dan berjalan lurus mendekati tempat yang Sheryl tunjuk itu.

"Asyikkk!!!" kata Sheryl gembira.

Semakin dekat, wajah Tian akhirnya terlihat. Mata cowok itu sayu menatap cewek di sebelahnya dengan senyuman, lalu satu tangannya menahan kepala yang sepertinya mulai terasa berat karena efek alkohol yang baru saja ditengguknya.

Di sebelah Tian, Gladis terduduk. Cewek itu menengguk habis minuman di depannya. Ia lalu menatap wajah Tian dengan tajam. Tatapan yang belum pernah Sheryl lihat di mana pun. Baru kali ini ia melihat wajah gadis yang biasa tersenyum itu marah. Lalu tak lama, Gladis terlihat seperti mengatakan sesuatu yang membuat ekspresi Tian langsung berubah menjadi ketakutan.

"Dis, gue cuma bercanda." Suara Tian terdengar frustrasi.

"Bercanda lo nggak lucu, Yan," jawab Gladis ketus. Cewek itu terlihat benar-benar marah. Mereka kenapa sih? pikir Sheryl. Sheryl lalu menggeleng. Ah nggak penting! Bagus dong kalau mereka berantem, peluang gue buat deketin Tian makin banyak. Sheryl tersenyum dalam diam memikirkan hal itu.

"Pokoknya kalau lo sam—" Gladis tiba-tiba saja terdiam. Matanya membulat menemukan Gani dan Sheryl tengah berjalan ke arahnya. Gladis buru-buru bangkit, lekas berdiri begitu Gani dengan cuek menggengam tangan Sheryl sambil berjalan melewatinya.

"Gani?" kata Gladis tak percaya.

Hanya kata itu yang Sheryl dengar karena ketika Gladis akan kembali mengatakan sesuatu, Gani langsung menarik tangan Sheryl dan tiba-tiba saja merangkul Sheryl ke dalam pelukannya, membuat Gladis mengurungkan ucapannya melihat gestur penolakan yang benar-benar membuatnya syok itu.

Sheryl mendingak menatap Gani. "Gan—"

"Sttt!!" potong Gani seraya mengeratkan dekapannya. Gani tiba-tiba saja mencium puncak kepala Sheryl, membuat Sheryl semakin bingung dengan tingkah laku aneh yang tiba-tiba saja Gani lakukan padanya.

Gani lalu mendekatkan wajahnya ke pipi Sheryl, lalu berbisik pelan dengan nada datar yang terasa memilukan.

"Kita pulang ya, Sher."

Sheryl mengangguk. Ia sempat menoleh ke belakang, menemukan Gladis masih terpaku di tempatnya, menatap ke arahnya dengan tatapan putus asa, membuat Sheryl bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

****

Gimana? Suka gak?
Maaf ya tulisan aku lagi jelek huhuhu

Apa harapan kalian buat cerita ini?

Apa harapan kalian buat

Gani

Gladis

Sheryl

Ada pesan buat aku gak?

Jangan lupa komen dan vote

Semoga suka ya :))

Jangan lupa follow instagram

Putrilagilagi
Ganindra.putra
Gladisya.alunar
Misca_adidarma

BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang