Prolog

63 16 0
                                    

Entah dimana aku berada sekarang. Disini, aku sendiri. Di dalam sebuah ruang yang gelap, luas, dan tak berpenghuni. Dapat ku lihat setitik cahaya terang di ujung ruang sana. Aku pun mulai melangkahkan kakiku, berjalan menyusuri ruang hingga menimbulkan suara decitan gesekan antara sepatu dan lantai.
Aku pun sampai di titik yang ku tuju. Disitu kulihat sebuah pintu kayu berwarna putih. Kubuka pintu itu dan mulai memasukinya, hingga sampailah aku pada sebuah ruang yang seakan itu semua adalah ingatan.
Terlihat jelas disana, semua hal yang telah ku lalui bersamanya. Sebuah senyuman, sebuah tawa, suara tangis, ingatan tentang perdebatan kecil, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Semakin aku jauh melangkahkan kakiku, gambaran-gambaran itu semakin terasa nyata. Tanpa ku sadari, dengan malu-malu aku mulai membentuk senyuman di bibirku. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masih pada ruang yang sama, disitu kulihat sesosok wanita cantik, wanita yang sangat kucintai, wanita yang telah memberikan warna pada dunia ku, wanita yang selalu berhasil menguras emosiku. Disitu, kulihat dia sedang asyik melakukan perdebatan kecil dengan seseorang. Nampaknya mereka sedang bertengkar. Wajah sang wanita terlihat sangat marah dan kesal, sedangkan lawan bicaranya sangat terlihat santai, bahkan dia tertawa terbahak-bahak. "Sen! Lo tuh nyebelin banget ya! Sumpah gue kesel banget!!" teriak sang wanita. "Hahahaha" sementara lawan bicaranya tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. Melihat hal itu wanita itu semakin geram dengan sikap lawannya tersebut. Ia memukul-mukul lengan lawannya itu. Tak sampai disitu, sang wanita juga menaiki punggung lawannya tersebut hingga lawannya itu jatuh tersungkur.  Masih belum puas meluapkan kekesalannya,  wanita itu menjambaki rambut lawannya itu hingga seseorang tersebut mengangkat tangannya tinggi-tinggi tanda bahwa ia telah mengaku kalah dan menyerah. Entah mengapa, walau aku berteriak berusaha memanggil mereka, namun mereka seakan tuli dan tak mendengarku. Seakan aku hanyalah makhluk ghaib yang tak nampak di mata mereka.  Ribuan kali aku berusaha berbicara, namun tetap, mereka tak mendengarkanku.  Aku pun melangkah mendekat, hingga akhirnya aku bisa melihat sosok mereka lebih jelas. Wanita itu masih tetap sama seperti dulu, tak ada yang berubah dari nya
Ya, vectoria memang tak akan pernah berubah.  Dan lawannya itu, dia seorang pria. Ralat! Itu aku. Pria itu adalah diriku. Namun mengapa ada 2 "AKU" disini? Sebenarnya dimanakah aku??  Dimanakah aku saat ini??  Mengapa ini semua terlihat sangat nyata?  Dan mengapa mereka tak bisa mendengarku? Hingga perlahan, ruangan itu mulai meredup dan pada akhirnya hanya meninggalkan kegelapan.  Dan aku kembali lagi disini, masih pada situasi yang sama, hanya sebuah kegelapan mencekam.




Hay semua
Makhluk hidup yang satu ini baru mulai belajar nulis lho.
So, sorry bgt kalo mungkin ceritaku masih kurang rapi :)
Mohon kritik dan sarannya ya
Jangan lupa voment nya yaa gaes :v
Thanks buat kalian semua
#my first story 😉

A Star In The DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang