Arsen menahan tawa ketika melihat wajah cantik sahabatnya itu seketika menjelma layaknya sebuah kanvas yang telah digunakan oleh seorang seniman dalam menuangkan kreativitasnya.
Arsen dan Vectoria memang bersekolah pada satu tempat yang sama. Dan sialnya lagi bagi Vectoria karena mereka berada dalam satu kelas yang sama pula. Bahkan bangku yang mereka tempati saja bersebelahan. Vectoria menganggap ini semua adalah sebuah kesialan yang hakiki, mengingat Arsen yang memiliki predikat sebagai mekhluk hidup ter-usil dalam hidupnya yang memang tak tertandingi.
Lain hal nya dengan Arsen. Ia merasa sangat beruntung atas kehidupannya saat ini. Bersahabat dengan vectoria. Satu sekolah dengannya. Satu kelas juga, bahkan tempat duduk mereka yang bersebalahan. Arsen merasa Dewi Fortuna memang selalu berada di pihak nya. Bagi Arsen, segala hal yang menyangkut Vectoria adalah urusannya juga. Entah mengapa, Arsen pun tak paham. Namun memang perasaan Arsen seakan muncul begitu saja. Arsen selalu ingin bersamanya, menjaganya, mengusilinya, dan tak pernah sekalipun Arsen ingin meninggalkannya.Hari ini kelas mereka sedang kosong karena memang mereka baru saja menyesaikan ujian nasionalnya.
Arsen dan Victoria yang saat itu masih berstatus sebagai bocah ingusan. Anak SD yang baru akan lulus dalam beberapa minggu kedepan.
Namun karena rasa bosan yang datang menghampiri Arsen, jadilah Arsen mencoret-coret wajah Vectoria yang sedang tertidur pulas di atas bangkunya menggunakan spidol warna-warni.
Wajah itu nampak seperti kepala kucing. Hidung dengan bintik hitam yang lumayan besar. Tiga helai kumis kucing yang tergambar di sisi kiri dan kanan pipinya. Serta kening dengan tulisan "I AM A WONDER WOMAN" yang melengkapi tampilannya. Yaa, itu adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi Arsen.
Belum selesai disitu kejahilan yang Arsen lakukan. Tiba-tiba Arsen berteriak heboh seakan-akan ada seorang guru yang masuk dalam kelasnya"Ve.. Bangun Ve!! bangun!! bu guru datang" teriak Arsen heboh.
Vectoria pun terbangun karena kaget
"Hadir bu" kata Vectoria lantang sambil mengacungkan tangannya.
Mendengar teriakan itu teman-teman nya pun seketika menoleh kearah Vectoria. Tatapan mereka lekat seakan-akan sedang mengintimidasi dirinya.
Dan pada detik berikutnya, tawa mereka pun pecah. Mereka tertawa terpingkal-pingkal melihat tampilan Vectoria yang sangat absurd.
Vectoria yang tak mengerti dengan keadaan tersebut hanya dapat terdiam dan mematung"Ve, muka mu kenapa? Ancur banget." kata vigo, teman sekelas Vectoria.
"Hah?" Vectoria masih tak mengerti dengan ucapan Vigo.
Seakan tau bahwa Vectoria tak menyadari penampilannya, tanpa banyak bicara Tasya pun menuntun Vectoria kearah cermin yang terpasang di depan kelasnya.
Alangkah terkejutnya Vectoria ketika melihat pantulan wajahnya di cermin yang menjelma bak seekor singa betina.
Vectoria pun berbalik melangkahkan kakinya ke arah Arsen yang sedang menertawainya hingga ia berguling-guling di lantai sambil memegangi perutnya yang terasa sakit.
Hingga langkah Vectoria terhenti tepat di depan Arsen.
Kelas yang awalnya begitu ramai itu, seketika berubah menjadi suasana hening.
Arsen pun mendongakkan kepalanya hingga ia bisa melihat raut wajah Vectoria yang penuh dengan kemurkaan.
Arsen pun menyengirkan wajahnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Karena emosi Vectoria yang tlah memuncak, Tanpa banyak bicara, Vectoria memukul-mukul lengan Arsen sebagai tanda atas kekesalannya.
Arsen pun hanya dapat terdiam.
Sayup-sayup Arsen dapat mendengar suara isakan kecil yang keluar dari bibir Vectoria.
Dan, sedetik kemudian, Vectoria pun berlari meninggalkan kelasnya menuju taman belakang sekolah."Veve, maafin aku ya. Aku minta maaf udah jahilin kamu. Kamu jangan nangis lagi dong Ve." kata Arsen berusaha meredam tangisan Vectoria.
Namun, Vectoria masih tak menggemingkan suara Arsen. Ia masih tetap pada posisinya. Tubuhnya meringkuk sambil memeluk lututnya. Wajahnya sengaja ia sembunyikan didalam lipatan tangannya.
"Veve, udah dong jangan nangis lagi. Nanti kalau kak Luna tau aku buat kamu nangis bisa mati aku." kata Arsen lagi dengan raut wajah sedikit tegang.
Namun tetap saja, Veve masih tetap menangis dalam diam.
Sesekali bahu gadis itu terlihat bergerak. Ya, Veve sedang menangis hingga sesenggukan."Ayolah Vee, udah dong ah nangisnya. Nanti aku bisa dimarahin kak Luna kalau dia tau aku bikin kamu nangis. Ishhh... Jangan cengeng ah!"
"Apa kamu bilang?! Aku cengeng??! Ya wajarlah Sen aku nangis. Kamu udah berhasil bikin malu aku si depan mereka semuaa!!" kata Vectoria emosi.
"Ya maaf.. "
"Terus apa lagi? Kamu bilang kamu takut sama kak Luna?! Kamu egois Sen. Pernah gak kamu pikirin perasaan aku?! Pernah gak sekali aja kamu gk bikin aku kesel? Pernah gak sekali aja kamu gk usah jahilin aku?!! "
Arsen hanya terdiam mendengar semua perkataan Vectoria
"Kamu egois Sen! Kamu cuma mikirin kesenangan kamu aja!" kata Vectoria kesal.
"Aku benci sama kamu." lanjutnya.
"Kita emang udah temenan dari kecil, tapi kamu gak pernah bisa berubah. Sekali aja aku minta sama kamu suapaya kamu bisa bersikap dewasa." kata Vectoria masih dengan intonasi tinggi.
"Ya Ve, mana bisa aku bersikap dewasa seperti yang kamu minta. Kita aja masih SD, yahh jelas kalau aku masih suka main-main. Aku kan emang masih anak-anak. Kamu lupa ya Ve. Kebanyakan nonton sinetron sih kamu. " jawab Arsen santai.
Emosi Vectoria pun sudah sampai di ubun-ubun kepalanya.
Makhluk yang saat ini berada didepannya memang sering kali menguji kesabarannya."Kamu pergi sana! Nyebelin kamu. Jauh-jauh dari hidupku!"
Vectoria pun melangkah pergi dengan air mata yang masih mengalir membasahi pipinya.
Sementara Arsen masih tetap berdiri terpaku sambil memandangi punggung sahabatnya itu yang kian menjauh."Lahh bukannya tadi dia yang nyuruh aku pergi ya?? Tapi kenapa malah dia yang ninggalin aku disini? " batin Arsen dengan tampang polosnya.
"Aneh" kata Arsen lagi.
Hay-hay
Kog gua ngerasa gaje ya sama part ini😅
Gapapalah yaa, maklumin.
Oke, jangan lupa voment nya
Makasih buat yang udah Setia baca story ku ya gaes. Semoga. Sukaa😉 aminn.
Bintang pojok bawahnya pencet dong gaess jangan lupa
Hehehe😅
KAMU SEDANG MEMBACA
A Star In The Darkness
Ficção AdolescenteVectoria Aurum Meidhika, ia tlah berhasil menemukan satu bintangnya setelah sekian lama ia berlabuh mencari satu sosok bintang miliknya diantara ribuan bintang yang ada diangkasa. Satu kebodohan yg tlah ia perbuat di masa lalu yang tanpa sengaja tla...